Kebakaran hutan akhir-akhir ini semakin sering terjadi. Seringnya terjadi kebakaran hutan diketahui karena pergeseran iklim yang menyebabkan kemarau semakin panjang. Pergeseran iklim sendiri terjadi karena pengaruh pemanasan global sehingga dapat kita sadari bahwa fenomena katastropik yang terjadi saat ini semua karena ulah kita sendiri. Yups mulai dari tidak bijak menggunakan kendaraan bermotor hingga membabat habis hutan untuk dijadikan lahan perkebunan.

Baru kali ini kita menyadari ternyata dampak yang dirasakan oleh alam akibat perbuatan kita jauh dari apa yang kita bayangkan. Sementara itu di satu sisi masih banyak dari kita yang merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait dampak pemanasan global. Padahal di luar sana sedang terjadi fenomena mengerikan hanya karena pemanasan global dan fenomena mengerikan tersebut sulit kita akui sebagai kesalahan kita bersama dan kerap kali saling menyalahkan.

Fenomena mengerikan tersebut tak lain ialah kebakaran hutan dahsyat yang menewaskan 350 populasi koala di Australia. Fenomena ini menjadi refleksi bagi kita supaya jangan saling menyalahkan dan kita perbaiki mulai dari diri kita sendiri supaya bijak dalam menggunakan bahan bakar fosil ataupun produk-produk lainnya yang menghasilkan gas rumah kaca agar jangan sampai terjadi lagi kejadian menyedihkan semacam ini.


Di Pesisir Timur Australia sedang terjadi kebakaran hutan dahsyat yang disebabkan terlalu keringnya lahan dan pengaruh angin. Kebakaran tersebut membumi hanguskan kota New South Wales hingga ke Queensland dimana dilaporkan ada 3 orang yang tewas serta 150 rumah ludes terbakar atau kurang lebih 2000 hektar area yang terbakar.

Kali ini yang menjadi perhatian global ialah dilaporkan ada 350 koala yang mati menggenaskan karena kebakaran hutan ini. Walaupun demikian masih ada beberapa koala yang ditemukan selamat namun dalam kondisi yang memprihatinkan, sampai-sampai mereka terlihat pasrah dan mengharapkan pertolongan dari manusia.


Kebakaran hutan ini diduga karena faktor alam dan investigasi membuktikan memang benar bahwa pengaruh pergeseran iklim menyebabkan mudahnya terbakar lahan-lahan kering yang memiliki rerumputan tinggi yang sudah kering. Hal ini makin diperparah dengan hembusan angin yang sedikit membawa air sehingga angin malah membuat api dengan mudah menyebar. Bahkan api menyebar hingga hutan lindung tempat Koala tinggal. Kali ini kebakaran dipicu terjadinya kilat.

Kini jenazah Koala yang mati menggenaskan menjadi saksi bisu. Pemanasan global yang makin meningkat pun akhirnya menjadi bom waktu yang akan terus mengikuti mereka. Kesedihan mereka kehilangan keluarga, tempat tinggal dan tempat mencari makan bisa kita rasakan dari tatapannya. Entah sampai kapan penderitaan ini bisa berakhir.

Koala-koala yang paling beruntung kini berhasil dievakuasi dan dirawat dengan baik. Dari wajahnya saja kita bisa merasakan sepertinya mereka sungguh trauma atas kejadian yang telah terjadi. Bahkan banyak yang mengira setelah mereka sembuh nanti pasti mereka enggan bila dilepaskan ke hutan karena trauma yang kuat ini. Mengingat Koala merupakan hewan yang bisa merasakan empati.




Duh jadi sedih gini melihat kematian massal koala karena kebakaran hutan ini. Hewan yang tak salah apa-apa harus mati sia-sia hanya karena ulah kita bersama. Kejadian ini harusnya menjadi tamparan keras untuk kita supaya selalu bijak dalam menggunakan bahan bakar fosil serta produk-produk lainnya yang menghasilkan emisi karbon atau gas rumah kaca. Semoga kita semua bisa memulai satu langkah saja untuk mengurangi pemanasan global dengan bijak dalam penggunaan energi.