venomfox88Avatar border
TS
venomfox88
InsightID Bantah Jadi Buzzer Separatisme Papua, Lelaki Berludah Api Dan Polisi
JAKARTA, JITUNEWS.COM - InsightID membantah menjadi buzzer separatisme Papua. Pernyataan tersebut merespon pemberitaan yang dinilai keliru.

Pihak InsightID mengatakan bahwa Tim Cybersecurity Facebook menemukan dan telah menghapus ratusan akun palsu yang digunakan sebagai buzzer untuk menyebarkan isu Papua Barat.

Akun-akun yang ada di Facebook dan Instagram tersebut berisi konten-konten berbahaya bagi keamanan negara yang mendukung gerakan separatisme di Papua Barat.



"Indonesia Tanpa Papua Bukanlah Indonesia"
Dia juga melaporkan, setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, dia menemukan ada satu pihak yang terkait erat dengan semua kejadian ini.

“Meskipun orang-orang di balik kegiatan ini berusaha menyembunyikan identitas mereka, penyelidikan kami menemukan tautan ke perusahaan media di Indonesia bernama InsightID,” pungkasnya.

Terkait pemberitaan yang mengesankan bahwa InsightID mengelola seluruh akun-akun yang dihapus oleh Facebook.

“Ada total 145 akun, yakni 69 akun Facebook, 42 Facebook Pages, dan 34 ajun Instagram,” ujar Nathaniel.

Dia juga melaporkan, setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, dia menemukan ada satu pihak yang terkait erat dengan semua kejadian ini.

“Meskipun orang-orang di balik kegiatan ini berusaha menyembunyikan identitas mereka, penyelidikan kami menemukan tautan ke perusahaan media di Indonesia bernama InsightID,” pungkasnya.

Lebih lanjut mengenai poin pemberitaan bahwa InsightID membelanjakan dana sejumlah 4,2 miliar untuk Facebook Ads.

“Koordinator aksi ini menghabiskan total USD300 atau Rp4,2 miliar hanya untuk di platform Facebook saja,” ujarnya.

Berikut poin-poin klarifikasi dari InsightID:
1. Konten-konten InsightID mendukung persatuan Indonesia dan kami melawan narasi hoaks Separatis Papua Merdeka yang memanfaatkan isu kemanusiaan untuk mendapatkan dukungan publik internasional atas agenda politiknya dan memperkeruh pencapaian solusi damai untuk Papua.

Konten-konten kami fokus ke pesan bhinneka tunggal ika, persatuan Indonesia dan optimisme usaha-usaha Indonesia dalam menyelesaikan masalah Papua.

TIDAK BENAR jika konten-konten kami mendukung kemerdekaan Papua Barat.



"Indonesia Tanpa Papua Bukanlah Indonesia"
Rilis Facebook membahas ada 2 kelompok yang mengangkat isu Papua:

1. Kelompok Separatis Papua Merdeka

2. Kelompok Pro Indonesia

They primarily posted in English and Bahasa Indonesia about West Papua with some Pages sharing content in support of the independence movement, while others posting criticism of it (newsroom.fb.com, 2019)

Mereka utamanya memposting dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia tentang Papua Barat dengan beberapa pages mendukung gerakan kemerdekaan, sementara beberapa pages lainnya memposting kritik terhadap Papua Merdeka (newsroom.fb.com, 2019)

Facebook hanya membuka kelompok PRO INDONESIA yakni InsightID.

Tapi, Facebook tidak membuka siapa dibelakang akun-akun kelompok Separatis Papua Merdeka.

Sehingga, menciptakan persepsi yang ambigu di publik dan membuat kami dituduh melakukan 2 hal yang sangat bertentangan: mendukung kemerdekaan Papua dan mendukung persatuan Indonesia.

Faktanya, InsightID berdiri sangat jelas di posisi MEMBELA DAN MENJAGA PERSATUAN INDONESIA.

Akun kami dihapus oleh Facebook BUKAN karena mengandung HOAKS tapi karena alasan teknis di platform tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan resmi Facebook Indonesia yang dilansir dari CNN (LINK): “akun-akun yang diblokir bukan karena berita hoaks tapi karena pola CIB.”

2. Kami merasa ada disinformasi yang menyudutkan kami. Kami tidak pernah mengeluarkan uang sebanyak USD300,000 untuk beriklan. Kami sangat yakin bahwa jumlah itu adalah GABUNGAN dari berbagai kelompok yang mengangkat isu Papua, baik Kelompok Separatis Papua Merdeka maupun Pejuang Pro Indonesia lainnya.

Tentang InsightID

InsightID adalah kumpulan praktisi dan profesional komunikasi dari berbagai bidang.

Terkait komunikasi Pro Indonesia di isu Papua, kami berada dalam sebuah gerakan yang terbentuk atas kepedulian dan keresahan akan masifnya informasi sesat dan tidak berimbang yang dilancarkan oleh pihak Separatis Papua Merdeka yang dipimpin Benny Wenda dengan mempolitisasi dan memanipulasi isu kemanusiaan dan konflik di Papua untuk kepentingan politiknya.

Sebuah gerakan nasionalisme yang berbasis konten kreatif dengan 2 obyektif:

1. Membangun diskursus positif optimisme soal Papua dan fokus ke pesan persatuan Indonesia

2. Mengkritisi gerakan dari kelompok pro-separatis Papua Merdeka, yang dimotori oleh Benny Wenda, yang mayoritas narasinya adalah Hoaks dan Propaganda dan tersebar secara masif di banyak negara seperti Inggris, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Belanda, serta negara-negara kepulauan pasifik.

Konten komunikasi dari gerakan ini jauh dari konten Hoaks, tapi JUSTRU KONTEN FAKTA YANG MENGKRITISI separatis Papua Merdeka yang sarat akan hoaks dan manipulasi.
https://m.jitunews.com/read/108881/i...apua?halaman=2


Lelaki Berludah Api Dan Polisi

NINOY Karundaeng saat ini adalah orang yang paling berbahaya di Indonesia. Dia ‘berludah api’. Apapun yang keluar dari mulutnya membakar segalanya. Dan, itu adalah berarti bencana. Siapa pun yang namanya disebut Ninoy, bakal mengalami musibah dan sengsara.
BERITA TERKAIT

Ya, Ninoy korban amuk massa di sekitar Pejompongan Jakarta Pusat yang diselamatkan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Falah itu, kini benar-benar sakti mandraguna. Dia juga bak bocah manja yang tengah merayakan ulang tahun, yang segala keinginannya dipenuhi orang tuanya. Apapun yang diinginkannya langsung diamini Polisi. Tidak tanggung-tanggung, 13 nama disebutnya, 13 nama itu pula yang langsung dicomot Polisi dan menyandang status tersangka. Dan, jangan lupa, tiga dari 13 itu adalah emak-emak.

Menculik itu salah, tapi...

Merujuk kasus Ninoy ini, di grup-grup percakapan whatsapps (WA) ada yang nyeletuk, menculik itu suatu kesalahan. Tapi melepaskan orang yang diculik adalah kesalahan yang lebih besar lagi.

Rupanya apes tengah menyergap sejumlah pengurus DKM Masjid Al Falah Pejompongan. Mereka melakukan beberapa ‘kesalahan’. Pertama, para pengurus masjid itu ‘bersalah’ karena TIDAK menculik Ninoy. Yang terjadi, justru mereka menyelamatkan buzzer alias anjing penggonggong Istana itu dari amuk massa. Cerita dan latar belakang peristiwa ini sudah berseliweran di grup-grup WA dan ranah media sosial. Jadi, tak perlu lagi saya ulangi di sini.

Masih dalam tuduhan menculik, nasib apes juga dialami Sekjen Persaudaraan Alumni 212, Bernard Abdul Jabbar. Pasalnya, justru Bernard yang menyelamatkan anjing penggongong Istana itu dari amuk massa. Bahkan, meminjam kalimat Jubir PA 212 Habib Novel Bamukmin, Ninoy berutang nyawa kepada Bernard.

Tapi, begitulah. Ninoy telah menyebut nama Bernard. Maka jam 3 dini hari, di jalan tol dalam perjalan pulang dari Lampung, mobil Bernard dipepet lima mobil Polisi. Dia ditangkap tanpa selembar pun surat perintah penangkapan ditunjukkan saat kejadian.

‘Kesalahan’ para DKM yang kedua, mereka memperlakukan Ninoy dengan baik, memberi makan dan minum. Bahkan mereka menyewakan mobil untuk mengantar pria yang tulisan-tulisannya di medsos sarat dengan tebaran kebencian, hoax, dan fitnah kepada tokoh dan umat Islam itu pulang ke rumah. (Mana ada penculik melepaskan yang diculik, menyewakan mobil untuk mengangkut motor yang bersangkutan, dan mengantarkan pulang sampai ke rumah korbannya?)

‘Kesalahan’ ketiga, ya itu tadi, pengurus DKM melepaskan Ninoy. Maka, jadilah orang ini berludah api. Kebiasaannya menebar fitnah dan kebencian di dunia maya, kini wujudkan di dunia nyata, di hadapan Polisi. Serunya lagi, aparat berbaju cokelat yang oleh kalangan demonstran dan aktivis disebut Wercok alias wereng cokelat itu pun mengamini apapun semburan ludah Ninoy.

Ninoy vs Anjing

Masih ingat pepatah, menolong anjing terjepit menggigit? Maksudnya, anjing yang ditolong setelah lepas justru menggigit si penolong.

Seperti itukah Ninoy? O, tidaaaak. Dia lebih hina lagi. Coba perhatikan, si anjing yang telah ditolong dari keterjepitannya itu menggigit penolongnya dengan moncongnya sendiri. Tapi Ninoy?

Manusia rendah ini menggigit para penolongnya dengan menggunakan ‘moncong’ Polisi. Maka, jadilah para penolong tadi ditangkapi Polisi dan diganjar status tersangka. Ninoy juga tidak peduli dengan Bernard yang telah menyelamatkan nyawanya. Pendukung Jokowi garis keras itu dengan sengaja melupakan adegan saat dia berterima kasih serta mencium tangan Bernard karena nyawanya diselamatkan dari amuk massa.

Bagaimana dengan surat pernyataan bermaterai yang menyatakan, saya telah ditolong dan diselamatkan oleh DKM Masjid Al Falah dan tim medis serta warga?" Di surat pernyataan itu, lelaki hina dina tersebut juga menulis, saya tidak akan menuntut dan mempermasalahkan kejadian ini, dan semua sudah diselesaikan dengan baik.”

Bahkan, menjelang akhir surat pernyataannya, pria yang ternyata derajatnya lebih rendah daripada anjing ini menulis, saya juga mengucapkan terima kasih kepada DKM Masjid Al Falah dan tim media serta warga.”

Semua kalimat tersebut sama sekali tak bermakna. Di hadapan Polisi dengan gampang Ninoy mengatakan, bahwa surat pernyataan itu dibuat karena terpaksa, di bawah tekanan dan paksaan pihak lain, walaupun dia juga menulis, demikian surat pernyataan ini saya buat berdasarkan kesadaran tanpa paksaan dari pihak manapun.” Dan, lagi-lagi, polisi mengamini apapun kata Ninoy.

Kekesalan umat Islam terhadap Ninoy khususnya ini membuat di grup-grup WA dan medsos berseliweran meme yang berbunyi, jika ada buzzer penghina Allah dan Rasul-Nya yang dilindungi aparat, habisi saja tanpa jejak. Jangan ada saksi maupun bukti. Paham kaan...!?”

Umat marah, wajar saja. Ninoy si anjing penggonggong istana yang ditolong malah menebar fitnah kepada orang-orang yang menolongnya. Sudah begitu, patut diduga Polisi menjadikan skandal ini sebagai pintu masuk menangkapi ulama dan aktivis umat yang kritis terhadap penguasa.

Polisi begitu sigap memproses kasus yang dianggap pelakunya melibatkan ummat atau tokoh Islam dan aktivis kritis. Tapi pada saat yang sama, sangat lambat bahkan enggan memproses laporan jika pelakunya para anjing penggonggong istana atau mereka yang propenguasa. Ditolaknya laporan atas fitnah yang ditebar Denny Siregar atas ambulans Pemprov DKI yang dituding membawa batu dan bensin, adalah contoh terang-benderang ketidakadilan Polisi.

Dengan seabreg fakta yang ada, tidak heran bila pakar hukum tata negara Universitas Parahyangan, Asep Warlan Yusuf menyatakan sejak dipimpin Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Polri telah kehilangan jati dirinya sebagai lembaga penegak hukum dan telah berubah menjadi bumper Parpol pendukung pemerintah.

Saya hanya ingin mengingatkan, bahwa segala sesuatu ada masanya. Kali ini, boleh saja Ninoy dan kawanan anjing penggonggong istana sedang berpesta-pora. Saat ini boleh jadi polisi sedang di atas angin. Tapi, sekali lagi semua ada waktunya.

... dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). Dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir), serta agar sebagian dari kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (TQS Ali Imron [3]:140).

Ingat, tidak ada pesta yang tak berakhir. Begitu juga dengan kalian!

Oya, satu lagi, siapa pun kalian, jika beriman dan punya Tuhan, tentu kalian paham dan yakin bahwa setiap perbuatan baik dan buruk di dunia ini, sekecil apapun pasti akan mendapat balasan di akhirat. Dah, gitu ajah![***]

Edy Mulyadi
Wartawan senior
http://www.rmoljabar.com/read/2019/1...pi-Dan-Polisi-


jgn pitnah mulu bong emoticon-Traveller


ntapzzz
soljin7
soljin7 dan ntapzzz memberi reputasi
0
1.7K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan