Quote:
Penulis Kontributor Jayapura, Dhias Suwandi | Editor Abba Gabrillin JAYAPURA,
KOMPAS.com - Kerusuhan terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019). Kerusuhan tersebut tak hanya merusak bangunan dan fasilitas umum. Kerusuhan dan bentrokan yang terjadi ternyata juga mengakibatkan korban jiwa.
Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto mengatakan, terdapat 16 orang warga sipil yang tewas dalam kerusuhan. Sementara, 65 orang lainnya menderita luka-luka.
"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban," ujar Candra Diyanto saat dihubungi Kompas.com, Senin. Namun, Candra belum bisa menjelaskan secara rinci penyebab korban tewas.
Saat ini, ia memastikan bahwa situasi mulai kondusif. Namun, seluruh aparat masih dalam posisi siaga. "Aparat stand by 24 jam, semua objek vital kita amankan. Secara umum untuk di kota kondusif, namun kita antisipasi ada aksi susulan," kata Candra.
Sebelumnya, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat. Unjuk rasa yang berujung kerusuhan itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.
Hal itu membuat siswa marah hingga kemudian kabar itu meluas dan memicu aksi unjuk rasa pelajar di Kota Wamena.
Aparat kepolisian dan TNI berusaha memukul mundur siswa demonstran. Hal itu berlangsung sekitar 4 jam. Namun, siswa demonstran tetap bertahan dan semakin membuat kerusuhan
Menurut Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, suara tembakan terdengar di mana-mana selama 3 jam. John Roy menyebutkan, sebagian warga panik karena kehilangan anggota keluarga. Selain itu, semua warga di kota itu sudah mengungsi ke kantor polisi dan Kodim.
Massa yang berunjuk rasa berusaha merangsek masuk ke pusat bisnis Wamena. Namun, mereka segera dihadang aparat kepolisian. Wamena merupakan ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Kota ini merupakan satu-satunya yang terbesar di pegunungan tengah Papua.
Di Wamena juga terdapat pusat bisnis, sehingga ketika terjadi kerusuhan, kawasan itu dijaga ketat aparat kepolisian. Presiden Joko Widodo pernah dua kali mengunjungi Kota Wamena, yakni pada 28 Desember 2014 saat membicarakan persoalan-persoalan yang ada di daerah itu.
sumur
nonton dulu gan bro......kali aja di bilang HOAX
Rekayasa hoax BIN membawa 67 tokoh papua manjur abies.......

Menolak minta bantuan ke Amrik........

Memalsukan dukungan United Nation.......

Menolak diplomasi ke Israel......yang notabene sama-sama "
OCCUPAYING COUNTRY"
SUDAHLAH......Bapak presiden yang terhormat serta para ajudannya yang tercinta.......Lepaskan saja PAPUA......tidak ada gunanya kalian pertahankan
Toh kalian juga tidak bisa membela hak mereka........malah terus menindas rakyat negeri itu seperti kelakuan
"ISRAEL"
Mari kita bersama-sama metata ulang negara ini........agar lebih beradab dan membela kepentingan semua golongan.......dimulai dari aceh, bali, Sulawesi Utara, dan Maluku.........mari berlakukan DOM didaerah tersebut.........dan tutup semua akses kesana.........agar kejadian PAPUA dan TIMOR LESTE.......tidak terjadi untuk ke-Tiga kalinya
