iissuwandiAvatar border
TS
iissuwandi
Pendakian Terakhir, Misteri di Gunung Arjuno yang Tidak Terungkap


"Tolooong!"

Suara Bayu nyaris tidak terdengar. Ia terus berusaha bersuara agar bisa didengar oleh teman-temannya. Suasana kian mencekam, entah siapa yang telah mendorongnya ke dalam jurang. Kondisi tubuhnya mengenaskan. Darah terus mengalir dari pelipisnya yang koyak, kaki kanannya tertancap ranting pohon yang patah, dari celah celana yang koyak, darah mengalir membasahi tanah. Sementara tidak jauh dari tempat ia jatuh, terdapat pemandangan yang membuat jantungnya hampir berhenti berdetak.

*****

"Ah, cemen lo, Raka. Masa percaya sama mitos, sih. Gue, ni, yang sudah bolak balik naik gunung, buktinya sampai detik ini baik-baik saja. Arka juga sudah setuju untuk ikut dalam misi kita kali ini."

Bayu terus membujuk sahabatnya agar mau mendaki bersama. Pria berambut cepak dengan gaya metropolitan itu tidak mau kehilangan momen pendakian kali ini.

"Jangan banyak mikir! Cepat kemasi barang-barang yang akan dibawa, gue jemput besok!"

"Terserah, lo, dah. Tapi kalo ada apa-apa, gue enggak tanggung jawab."

"Nah ... gitu, dong. Sohib forever. Gue cabut dulu, ya. Mau packing buat besok. Sekalian mau ngabarin Arka."

Bayu pun segera berlalu, ia senang bisa meyakinkan Raka kali ini, setelah dua pendakian sebelumnya tidak berhasil.

*****

Sumber gambar

Gunung yang dipilih Bayu untuk pendakian kali ini adalah Gunung Arjuno. Meskipun banyak mitos yang beredar, tidak membuat nyalinya ciut. Jiwa petualangnya semakin tertantang. Tapi tidak bagi Raka, lelaki bermata elang itu percaya dengan semua mitos, hanya demi pertemanan ia rela mengikuti niat gila Bayu.

"Ingat, jangan sampai terpisah. Fokus. Pikiran jangan sampai kosong!" Arka memberi intruksi. Dari mereka bertiga, bisa dibilang, Arka lah yang punya lebih banyak pengalaman dalam urusan daki mendaki. Hampir semua gunung tertinggi di Pulau Jawa, sudah ditaklukinya. Meskipun postur tubuhnya lebih kecil di antara Raka dan Bayu, tetapi ia yang paling prima kondisi fisiknya.

"Masih jauh, ya, Arka?" tanya Bayu. Ia mulai terlihat kelelahan. Wajahnya memerah, napasnya tersengal.

"Kenapa, capek?" ledek Raka. Meskipun ia merasakan hal yang sama.

Arka hanya tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya.

"Kalo kita terus berjalan, sebelum sore hari, kita sudah bisa mendirikan tenda. Hayuk, jalan terus! Ingat, jaga ucapan!"

Mereka terus berjalan diselingi obrolan ringan. Jalanan setapak semakin terjal. Di kiri kanan dipenuhi pohon tinggi menjulang. Hingga tibalah mereka di Alas Lali Jiwo atau hutan lupa diri yang terkenal dengan kisah mistisnya.

"Gue enggak sanggup, Arka, Raka. Kita istirahat sebentar! Gue pengen buang air kecil. Dari tadi gue nahan, kebelet banget."

"Jangan sembarangan buang hajat di sini, Bayu. Bisa celaka nanti!" Raka mengingatkan. Hal itu juga dibenarkan oleh Arka.

"Bener, kata Raka, permisi dulu sama penunggunya!"

"Ini sudah tahun berapa, Arka, Bayu? Udah, ah. Kebelet gue!"

Raka dan Arka hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Bayu. Ia memang sudah terkenal dengan sikap arogannya. Mereka harap-harap cemas menunggu Bayu yang sudah lenyap di balik pepohonan.
Spoiler for video youtube:


Terdengar sayup suara alunan gamelan di kejauhan. Semakin lama semakin terdengar pilu di telinga Raka dan Arka. Membuat bulu kuduk keduanya meremang. Mereka hanya bisa saling pandang tanpa berani mengeluarkan sepatah kata pun. Tercium juga bau kembang melati bercampur bau busuk menyengat. Membuat Arka dan Raka refleks menutup hidung. Mulut keduanya komat-kamit melantunkan doa. Arka terlihat lebih tenang, sementara Raka wajahnya sudah pucat pasi. Pandangannya tidak lepas dari sebuah pohon di depannya. Terlihat sosok hitam besar dengan mata merah menyala, sedang menatapnya. Raka tidak bisa bergerak, tubuh kaku, suaranya tercekat di tenggorokan. Arka yang melihat keanehan pada diri sahabat, mencoba menyadarkannya. Diguncangkan tubuh Raka. Raka pun tersadar, dari sudut matanya ia mengisyaratkan pada Arka apa yang baru saja dilihat. Ketika Arka menoleh sosok tersebut sudah lenyap.
Quote:


Perlahan suara alunan gamelan menghilang disusul lenyapnya bau busuk. Yang tertinggal hanya harum bunga melati.

"Tetap waspada! Pikiran jangan sampai kosong!" perintah Arka.

Raka hanya bisa pasrah. Apa yang ditakutkannya sudah terjadi.

Setelah menunggu lama, Bayu tidak juga muncul. Arka dan Raka berinisiatif untuk menyusul ke tempat Bayu pergi. Mereka berteriak memanggil nama Bayu. Tidak ada jawaban. Hal ini membuat Raka dan Arka panik.

Mereka terus berjalan masuk ke dalam hutan. Sambil terus menyerukan nama Bayu. Nihil. Hanya gema suara mereka yang terdengar. Mereka terus berjalan , semakin masuk ke dalam hutan. Tanpa Raka dan Arka sadari, mereka telah jauh tersesat. Mereka kehilangan jejak untuk kembali.

"Bagaimana ini Arka, aku takut terjadi sesuatu kepada Bayu. Apa yang akan kita katakan nanti kepada keluarganya."

"Keadaan kita juga memprihatinkan Raka, kita harus mencari bantuan. Hanya itu satu-satunya cara menemukan Bayu."

Tiba-tiba dari balik pohon, seorang lelaki paruh baya dengan pakaian serba hitam keluar. Jari manis dan jari tengah kedua tangannya memakai batu akik, ukurannya yang besar menambah kesan angker padanya. Kemunculannya yang tiba-tiba membuat kedua lelaki muda tersebut tersentak kaget.

"Kalian, kenapa bisa masuk ke dalam hutan larangan? Hutan ini terlarang untuk dimasuki. Bukankah ada plang yang bertuliskan bahaya di depan sana?"

"Maafkan kami, Pak. Kami ceroboh hingga tanpa sadar memasuki area terlarang. Tapi kami tidak bermaksud buruk. Salah seorang teman kami menghilang." Arka menjawab pertanyaan lelaki paruh baya tersebut. Raka sudah tidak bisa berkata-kata.

"Kalian lurus saja, ikuti jalan setapak ini, nanti di depan sana akan ada rombongan pendaki lain. Siapa tahu, teman kalian ada di sana."

"Baik, Pak. Terima kasih." Raka dan Arka menjawab bersamaan. Ada secercah harapan untuk menemukan kembali Bayu. Setelah basa basi sejenak, mereka pun bergegas pergi mengikuti petunjuk yang telah diberikan.

Arka hampir lupa bertanya siapa nama lelaki paruh baya itu, ketika ia berbalik menoleh, Arka tersentak. Pria berbaju serba hitam tersebut sudah tidak terlihat. Kemana perginya? Baru beberapa detik yang lalu ia menoleh. Raka yang melihat gelagat Arka memilih diam melanjutkan perjalanan.

Setelah berjalan beberapa menit, terlihat rombongan pendaki lain. Arka dan Raka segera menghampiri. Mereka menceritakan apa yang telah mereka alami. Dengan bantuan pendaki yang berjumlah 7 orang, Arka dan Raka menuju posko pendakian. Guna melaporkan kejadian yang telah mereka alami dan meminta bantuan untuk menemukan Bayu, sahabat mereka.

*****

"Bayuu ... Bayuu!"

Terdengar suara memanggil disertai suara kentongan yang saling bertalu. Pencarian terus dilanjutkan meskipun matahari sudah terbenam. Dengan dibantu penduduk setempat, Arka, Raka, dan rombongan pendaki tidak kenal lelah mencari keberadaan Bayu.

Lewat tengah malam, pencarian dihentikan sementara. Akan dilanjutkan keesokan harinya. Semua sudah terlihat lelah. Mereka butuh waktu untuk mengistirahatkan tubuh.

*****

Pencarian Bayu kembali dilanjutkan. Arka dan Raka tidak bisa memejamkan mata semalaman. Hanya Bayu yang ada dalam pikiran mereka. Mereka masih berharap Bayu bisa ditemukan dalam keadaan selamat.

Personil tim pencarian Bayu ditambah. Semua pelosok disusuri. Harapan Arka dan Raka kembali muncul setelah terdengar teriakan salah satu personil tim pencarian.

"Di sini!"

Arka, Raka, dan semua anggota tim yang lain bergegas mendekati asal suara. Terlihat pemandangan memilukan. Keadaan Bayu hampir tidak dapat dikenali. Mukanya penuh dengan warna merah darah yang mengering. Bayu tidak sadarkan diri. Yang membuat Arka dan Raka yakin adalah dari pakaian yang dikenakan oleh Bayu.

Satu persatu mereka turun ke bawah jurang menggunakan tali. Pemandangan yang tidak kalah mengejutkan kembali terlihat. Tidak jauh dari tubuh Bayu, terlihat mayat yang sudah membusuk. Terlihat seonggok mayat dengan ratusan belatung yang berpesta menyantap usus yang telah terburai.

Arka dan Raka teringat akan sosok penyelamatnya kemaren. Lelaki paruh baya berbaju serba hitam, dengan empat akik menghiasi kedua tangannya. Ia melihat sosok lelaki paruh baya tersebut pada mayat yang membusuk. Mereka yakin bahwa mayat tersebut adalah orang yang memberi mereka petunjuk arah keluar hutan larangan.

Penyelamatan Bayu berlangsung dramatis. Para anggota tim bahu membahu mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki. Pihak kepolisian pun dilibatkan, karena adanya penemuan mayat tanpa identitas tersebut. Dengan ditemukannya sahabat mereka, Arka dan Raka bisa sedikit bernafas lega. Mereka masih bisa bersama kembali.

******

Nyawa Bayu berhasil diselamatkan. Namun ia harus rela kehilangan sebelah kaki. Karena terlambat mendapat penanganan lukanya mengalami infeksi.

Hingga kini, Bayu tidak tahu bagaimana ia bisa berada dalam jurang. Terakhir yang diingat, dirinya sudah berdiri di pinggir jurang, ketika kesadaran belum kembali utuh ada tangan tidak kasat mata mendorongnya keras.

Semenjak kejadian yang menimpa sahabat mereka, Arka dan Raka, tidak pernah menginjakkan kaki mereka di pendakian manapun. Cukup sekali bagi mereka mengalami pengalaman yang hampir merenggut nyawa sahabat mereka, Bayu. Pelajaran hidup yang membuat ikatan pertemanan mereka semakin kuat.



Tamat

Catatan: Cerita ini hanya rekayasa. Apabila terdapat kesamaan, itu hanya kebetulan semata.
Diubah oleh iissuwandi 20-03-2020 23:54
sebelahblog
zafinsyurga
infinitesoul
infinitesoul dan 33 lainnya memberi reputasi
34
8K
94
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan