AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Catatan Seorang Odapus: Berdamai Dengan Kenyataan


Quote:

*****
Namaku Baiti Najihah, usiaku 34 tahun, terlahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara. Tinggal di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ayah dan seorang kakak perempuan saya sudah meninggal dunia.



Sejak kecil saya sudah sering sakit sampai-sampai paramedis di Rumah Sakit dan Puskesmas hafal dengan diriku, karena saking banyaknya rekam medis yang kumiliki.

Sariawan sudah menjadi langganan hingga dewasa, demam malaria pernah, bronchitis, polip, dan mudah mimisan bila kelelahan.

Setelah lulus dari SLTP, saya masuk ke Pondok Pesantren di Coper, Jetis, Ponorogo. Tetapi setelah tiga bulan di sana, saya mengalami demam typhoid dan akhirnya kembali bersekolah di Kalimantan Selatan.

Pada awal masuk kuliah dan menjalani Opspek, saya kelelahan dan akhirnya typhoid kembali menyapa. Saya pun harus diopname selama 1 minggu di RS Ratu Zaleha. Itu adalah kali terakhir saya dirawat di Rumah Sakit hingga saya menikah, dikaruniai seorang putri, dan sekarang sudah menjadi single parent.

Sebelum bercerai selama hampir 4 tahun saya ikut bersama suami tinggal di Kabupaten Balangan. Setelah bercerai, saya kembali tinggal bersama orang tua di Kabupaten Banjar.

Saya mengambil kuliah lagi meneruskan jenjang S1 dari pendidikan sebelumnya yang hanya D3. Dari sini saya mulai bangkit lagi berdamai dengan keadaan dan mengikhlaskan kehidupan saya yang lalu.



Anak saya kala itu masih berusia 3 tahun selalu bersama saya. Tetapi karena sering dijemput kakek dan neneknya (dari suami), akhirnya dia tidak mau lagi ikut dengan saya.

Hati saya hancur saat itu: Bagaimana seorang ibu terpisah dengan anaknya. Tetapi saya tidak mau tarik menarik karena khawatir akan mengganggu jiwa anak. Jadi kita berdamai saja. Saya membiarkan anak saya ikut dengan kakek dan neneknya, walaupun hal ini sering membuat saya mengalami sindroma Baby Blues.

Almarhum kakak saya saat itu membesarkan hati saya: “Kalaupun anak ikut kamu, tuh dia juga perlu figur seorang ayah.”

Anak saya juga sering berebut (bertengkar) dengan sepupu-sepupunya. Kadang juga saya tanpa sengaja memarahinya tanpa sebab yang jelas, akibat mood disorderdan depresi panjang yang saya alami.

Akhirnya anak saya jadi sangat sensitif. Mengingat semua itu, saya selalu merasa bersalah, dan sebagai ibu yang gagal. Tak segan-segan saya meminta maaf kepada anak saya berkali-kali. Alhamdulillah sekarang anak saya sudah besar - sudah kelas 6 SD.



Dia akhirnya secara perlahan-lahan mengerti dengan sendirinya bagaimana keadaan saya waktu itu. Kondisi perceraian dengan depresi yang sangat menekan. Walaupun anak saya ikut bersama kakek dan neneknya, kami masih bisa bertemu setiap kali anak libur panjang sekolah.


Tahun 2018 yang Penuh Kejutan

Akhir tahun 2017, saya ta’aruf dengan seorang duda. Meski belum saling mengenal secara mendalam, dua bulan kemudian kami memutuskan untuk menikah, tepatnya pada tanggal 12 Februari 2018.

Tanggal tersebut sungguh sangat berarti bagi saya, penuh rasa syukur, bahagia, dan penuh dengan harapan-harapan indah. Namun itu ternyata hanya cerita singkat. Cinta yang diuji, cerita tentang kesabaran dan keikhlasan ternyata menyita segala perasaan, hati, pikiran, waktu, dan tenaga.

Psikis saya secara aktif terus berputar di ranah kegalauan. Akhirnya kebahagiaan yang tercipta harus kandas. Rumah tangga kembali gagal untuk yang kedua kalinya. Kami bercerai tanpa ada kata ‘talak’ dengan alasan yang susah kujelaskan.

Bulan demi bulan tiada kejelasan dan penuh keraguan. Tapi di benak saya hanya ada satu keyakinan: prasangka baik (positive thinking). Saya lelah, tetapi dengan perlahan dengan tetap memompa semangat dan dinamika jatuh dan bangun.

Saya hanya berdoa dan berpasrah untuk melakukan yang terbaik untuk diriku dan anakku. Saya berusaha tersenyum bahagia, tetapi saya tidak bisa bohong pada diri sendiri bahwa sebetulnya saya pun rapuh.

Belum dengan kondisi saya yang ikut di rumah orang tua saya (ibu yang sudah tua, sementara ayah sudah tiada). Ingatan ibu sudah berkurang dan sudah tidak bisa diajak curhat. Selain itu, juga harus bertebal muka dengan tetangga terkait dengan masalah perceraian itu. Saya malu karena kegagalan berulang ini. Tapi mau tidak mau, hidup harus jalan terus.

Orangtua yang berlatar belakang PNS juga membuat saya malu dengan keadaan ini. Kadang saya iri dengan teman-teman Odapus yang punya pendamping yang sangat perhatian; sedangkan saya harus berusaha keras sendiri, bergulat antara mau sehat atau tidak.

Namun saya tetap bersyukur dengan semua kondisi ini. Apapun yang telah terjadi mendewasakan saya, dan saya percaya masih ada Tuhan yang tidak meninggalkan saya.

Di bulan Agustus 2018, kisah jalanku yang tidak rata ini memasuki babak berikutnya. Saya yang hampir tidak pernah lagi berhubungan dengan Rumah Sakit, kecuali untuk keperluan membesuk, kini mulai membuka mata terhadap kenyataan bahwa selalu dibutuhkan segudang uang (selain tubuh yang fit) untuk pembiayaan perawatan Rumah Sakit. Kala itu, saya sama sekali tidak tahu apa lagi yang saya alami dan jenis penyakit apa yang kuderita ini.


Pertengahan Agustus 2018

Seperti biasa, saya merasakan lelah yang amat sangat menguras tenaga, hati, dan pikiran. Mengejar target pekerjaan yang selalu membuat tubuh ini drop, sakit-sakitan, kadang flu, demam menggigil, radang rongga mulut dan tenggorokan, dll.

Saya berpikir ini hanya penyakit biasa. Tatkala kelelahan muncul lantas kubiarkan saja. Sampai lalu kutemukan ada benjolan di leher dan hal itu membuat saya takut.

Dari sini saya mulai menyadari pentingnya kesehatan. Saya menjalani pemeriksaan medis termasuk di poli gigi dan mulut. Ternyata gigi saya banyak yang rusak dan terinfeksi, ada yang abses dan mengakibatkan peradangan kelenjar getah bening di leher.


Awal September 2018

Tubuh ini terasa semakin lemas dan tidak ada perubahan dari bulan sebelumnya. Demam tak kunjung hilang. Kadang membaik, tetapi seketika kambuh lagi. Sariawan juga tak kunjung sembuh dan sudah hampir satu bulan lamanya nafsu makan turun karena tidak bisa menelan makanan.

Dalam 2 minggu berat badan saya turun 1-2 kg. Melakukan pemeriksaan medis dan perawatan gigi namun tidak ada perbaikan terhadap gejala yang muncul.

Akhirnya saya dirujuk ke poli penyakit dalam dengan dr. Nanang Miftah Fajeri, SpPD. Seperti sebelumnya: dokter tidak mengatakan apa-apa: hanya menenangkan pasiennya agar tidak stress.

Pada tanggal 17 September 2018, saya diminta untuk melakukan pemeriksaan ANA dan anti-dsDNA. “Hmmm... apa lagi ini”, pikirku. Pernyataan dokter yang membuatku kurang puas kutanyakan kembali ke dokter Patologi Klinik setelah hasil pemeriksaan keluar: ternyata pemeriksaan ini adalah pemeriksaan untuk penyintas Lupus.

Dunia terasa runtuh bagiku. Tapi bagaimanapun kenyataan inilah yang harus saya jalani. Tanggal 20 September 2018 saya dinyatakan positif SLE. Namun akhirnya saya tetap berpikir positif: Terima saja, berdamai dengan kenyataan dan menghadapi semuanya sendiri tanpa dukungan pendamping.

Hanya satu yang menguatkan diriku: Putriku semata wayang. Saya harus mulai bersahabat dengan temanku yang baru ini: Penyakit seribu wajah yang bisa menghantui diriku kapan saja.

Alhamdullilah saya juga diberi bakat oleh Tuhan, yaitu keterampilan menjahit pakaian wanita dengan berbagai model.



Ternyata hobi dan keterampilan saya ini bisa menghasilkan. Dari situ rupanya Allah memberikan rezeki kepada saya, walaupun saat ini karena kondisi saya juga tidak dapat maksimal bekerja, sehingga terpaksa minta orangtua untuk biaya berobat.

Saat ini saya masih menjalani terapi Lupus bersama dr. I Nyoman Suardjana SpPD-KR dan sempat mengalami kasus pendarahan uteri, sehingga masih dalam evaluasi bersama dengan dokter Obstetri Ginekologi setelah beberapa kali opname.(*) {No.436}
****
Diolah berdasarkan Catatan Harian (Diary) tokoh.
Diubah oleh Aboeyy 06-09-2019 18:52
KnightDruid
someshitness
scorpiolama
scorpiolama dan 10 lainnya memberi reputasi
11
3.6K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan