powerpunkAvatar border
TS
powerpunk
Mendung Hitam Olah Raga Indonesia

Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
emoticon-Nyepi




Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terbesar kelima didunia. Secara hitung - hitungan diatas kertas, sumber daya manusia Indonesia sangatlah melimpah. Sayangnya, sumber daya yang melimpah tersebut tak bisa dimaksimalkan karena kurang mendapat dukungan dari pemerintah. Dalam hal olahraga misalnya, berapa banyak anak - anak kita yang bercita - cita ingin menjadi pemain sepak bola, namun mereka harus berlatih dengan peralatan seadanya. Sehingga hasilnya pun tak akan bisa maksimal.

Coba bandingkan dengan negara - negara lain, yang meski jumlah penduduknya lebih sedikit namun mereka mampu "berbicara" dikancah olah raga dunia. Atau ada pula negara lain yang jumlah penduduknya jauh lebih besar dari Indonesia namun mampu menghasilkan banyak atlet berprestasi. Tiongkok misalnya, dengan jumlah penduduk terbesar di dunia namun mereka tetap bisa menyumbang banyak medali di berbagai kejuaraan olah raga dunia. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa banyak penduduk bukan jadi alasan untuk tidak fokus membina atlet. Asal ada kemauan dan kemampuan, pasti bisa.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Olah raga Indonesia sendiri nampaknya hanya jalan ditempat, jika tak mau disebut mengalami kemunduran. Sepakbola sebagai salah satu olahraga dengan peminat dan antusiasme dari suporter yang begitu besar tak mampu berbicara banyak di level dunia. Jangankan level dunia, di Asia bahkan regional Asia Tenggara saja kita tak berkutik jika bertemu dengan musuh bebuyutan Malaysia, ataupun Thailand. Dengan negara yang dulunya merupakan bagian dari Indonesia, Timor Leste saja kita beberapa kali terseok - seok. Padahal secara finansial maupun sumber daya manusia, kita jauh lebih siap dari mereka.


Image Source

Ada apa ini sebenarnya? Adakah yang salah? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita menengok dua kasus besar yang terjadi belakangan ini. Pertama, kasus kerusuhan yang terjadi pada pertandingan Prapiala Dunia Group G yang terjadi antara Indonesia melawan Malaysia. Pertandingan yang berlangsung di Gelora Bung Karno ini berakhir dengan kekalahan timnas Indonesia. Berkat kekalahan inilah suporter Indonesia yang mendominasi tribun bertindak beringas dan berusaha melakukan intimidasi terhadap suporter lawan. Bahkan dari berita yang beredar, lemparan batu dan suar meluncur ke tribun pendukung tim lawan.

Mengejutkan? Tentu tidak. Di kompetisi lokal sudah sering kita menyaksikan beringasnya suporter kita. Beberapa kali kebringasan suporter ini bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Lalu, apa hubungannya dengan prestasi olah raga Indonesia? Jelas ada. Kalau suporternya saja tak bisa bertindak sportif dan dewasa, lalu bagaimana olah raga kita bisa berprestasi. Sebagai contoh, saat ini Indonesia sedang dalam rencana mendaftarkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia bersama dengan Australia. Dengan menjadi tuan rumah, setidaknya Indonesia akan otomatis melaju ke babak penyisihan Piala Dunia tanpa melalui kualifikasi.

Meski ini tak bisa disebut sebagai prestasi, dengan lolosnya Indonesia ke partai penyisihan Piala Dunia jelas akan mengangkat mental para pemain Indonesia. Ini sekaligus juga bisa sebagai sarana pemain kita menimba ilmu secara langsung dengan pemain - pemain kelas dunia. Tapi masalahnya, apakah federasi akan mau memilih negara yang suporternya kalau kalah ngamuk? Jelas tidak. Masih banyak negara lain yang mampu memberi jaminan keamanan bagi para atlet yang sedang bertanding.


Image Source

Satu lagi kasus yang masih hangat, bahkan sedang menjadi headlinedi berbagai pemberitaan. Seperti yang kita ketahui, salah satu penyebab tak berkembangnya prestasi olah raga Indonesia adalah kurangnya pembinaan terhadap para calon atlet. Entah karena anggaran yang sedikit atau bagaimana, pemerintah yang seharusnya bertugas melakukan pembinaan terkesan kurang serius melakukan pembinaan terhadap para calon atlet usia dini. Bulutangkis, salah satu cabang olahraga yang banyak menyumbangkan medali bagi Indonesia selama ini pembinaan usia dininya lebih banyak campur tangan dari pihak swasta.

Pemerintah hanyalah sebagai regulator sekaligus penyambung para atlet yang sudah "jadi" agar bisa berkancah di kejuaraan dunia. Namun sayangnya, perusahaan swasta tersebut kini menyerah untuk melakukan pembinaan usia dini terhadap para calon atlet masa depan Indonesia. Gara - garanya mereka dituduh oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah melakukan eksploitasi terhadap anak dibawah umur untuk promosi produk tembakau. Untuk menghindari polemik, akhirnya perusahaan tersebut memutuskan untuk menghentikan pembinaan mulai tahun depan.

Miris. Satu kata yang bisa kita gunakan untuk menggambarkan situasi masa depan olah raga Indonesia. Bagaimana tidak? Olah raga populer seperti sepak bola dan bulu tangkis Indonesia sudah seperti tak punya masa depan. Meski saat ini babak penyisihan Prapiala Dunia 2022 masih berlangsung dan Indonesia masih punya peluang, namun melihat prestasi timnas dan kelakuan pendukungnya yang beringas, rasa - rasanya sulit untuk kita mampu berlaga di pentas dunia, setidaknya hingga tahun 2022 nanti. Begitu juga jika pembinaan usia dini bulu tangkis dihentikan, maka lonceng kematian bulutangkis Indonesia seperti baru saja ditabuh. Dan kita akan melihat hasilnya beberapa tahun kedepan.






Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini dan Ini
Sumur Gambar : Om Google






Diubah oleh powerpunk 09-09-2019 23:52
cattleyaonly
skydavee
rtrn
rtrn dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.2K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan