Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.




Seperti yang kita ketahui, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), badan yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan jaminan sosial secara nasional ini beberapa tahun belakangan sedang dirundung masalah keuangan. Salah satu musababnya adalah pembiayaan yang dikeluarkan oleh BPJS untuk membiayai pengobatan jauh lebih besar ketimbang iuran yang diterimanya. Belum lagi banyaknya pengguna BPJS Kesehatan yang hanya membayar iuran jika akan digunakan saja.

Sebenarnya pemerintah pun tidak tinggal diam melihat keadaan ini agar keuangan tak defisit. Mulai dari penerapan kewajiban pendaftaran semua anggota keluarga ke dalam sistem BPJS, dari yang sebelumnya bisa dilakukan per orang. Sehingga mau tak mau semua anggota keluarga dalam satu kepala keluarga harus dibayar preminya jika ada salah satu anggota leluarganya yang sakit. Begitu juga penerapan denda bagi peserta BPJS yang melakukan pembayaran diatas tanggal 10 setiap bulannya. Terakhir, denda ini dihapus dan digantikan dengan sistem yang akan otomatis menonaktifkan peserta jika tak membayar dalam periode tertentu.


Selain itu, clusterisasirumah sakit berdasarkan tingkatan penyakit pun dilakukan. Opsi penggunaan cukai rokok untuk menambal keuangan BPJS pun sempat akan dilakukan. Semua dilakukan demi menekan agar defisit yang dialami BPJS Kesehatan dapat segera teratasi dan peserta BPJS yang dalam hal ini masyarakat luas pun tidak terkena imbasnya. Yang paling baru, BPJS Kesehatan berencana untuk menaikkan iurannya karena menurut Direktur Utamanya, Fachmi Idris, iuran yang ditarik oleh BPJS Kesehatan selama ini masih jauh dibawah hitungan aktuarianya. Hitungan aktuaria yaitu pengelolaan resiko keuangan dimasa mendatang, atau dengan bahasa yang lebih dipahaminya yaitu iuran yang ditarik masih jauh lebih rendah ketimbang resiko yang harus di tutup oleh BPJS.

Nampaknya pemerintah harus putar otak jika tak ingin program nasional ini mangkrak ditengah jalan dan ujung- ujungnya bakal merugikan masyarakat luas. Perbaikan sistem pun harus dilakukan jika tak ingin resiko tersebut terjadi. Kemarin, Jumat (23/8) Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkap bahwa BPJS Kesehatan sedianya akan dibantu oleh perusahaan asuransi asal negeri Tirai Bambu. Bukan untuk membantu dalam hal investasi atau semacamnya, tapi untuk membenahi sistem IT yang ada pada BPJS Kesehatan. Masih menurut Luhut, ada kelemahan dalam sistem BPJS yang perlu dibenahi. Misalnya, bukan tak mungkin kedepan bagi penunggak pembayaran iuran BPJS bakal dikenai punishment, berupa hukuman perdata misalnya.


Intinya, kehadiran perusahaan asuransi asal China bernama Asuransi Ping An ini sendiri diharapkan akan membuat sistem IT BPJS Kesehatan semakin membaik. Dikutip dari detikFinance, Ping An Insurance adalah perusahaan asuransi terbesar di Tiongkok dan telah menerapkan teknologi canggih dalam bidang asuransi. Saking canggihnya, perusahaan ini telah menggunakan Artificial Intelligence/AI untuk mengidentifikasi dan memprediksi seorang pasien menderita penyakit tertentu dengan akurasi yang cukup tinggi. Tak hanya itu, Ping An juga telah menggunakan sistem IT facial recognition technology dan voice print recognition technology untuk membantu penerapan IT di perusahaan ini.


Lalu akankan kehadiran perusahaan asuransi asal China ini mampu menyelamatkan BPJS Kesehatan dari kebangkrutan? Jika melihat profil dari perusahaan ini, kita patut menaruh harapan besar agar BPJS Kesehatan dapat "sembuh" dari defisitnya. Namun yang patut kita sadari juga, masih banyak oknum yang anti terhadap asing dan aseng, apalagi menyangkut perusahaan yang notabene menguasai hajat hidup orang banyak. Akankah kehadiran Ping An akan menimbulkan stigma bahwa aseng telah menguasai kita? Entahlah, biar waktu yang menjawab.






Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Opini Pribadi TS, Ini, Ini, dan Ini
Sumur Gambar : Om Google