- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mengunjungi Pengrajin Tempe satu-satunya di Israel
TS
kellyrp
Mengunjungi Pengrajin Tempe satu-satunya di Israel
Roy Grant berpose dengan tempe bikinanannya. Dia adalah pengrajin tempe satu-satunya di Israel.
Quote:
Di Israel, dia memang bukan selebritas. Tapi dia penting untuk diketahui rakyat Indonesia. Dia adalah orang mempopulerkan tempe di negara Zionis itu. Dialah satu-satunya produsen makanan asli Indonesia itu di negara Bintang Daud ini.
Roy Grant girang betul ketika saya bilangingin mewawancarai dia. "Halo Faisal, saya senang sekali untuk diwawancara, saya merasa terhormat," katanya kepada Albalad.co melalui WhatsApp kemarin.
Seperti di Indonesia, usaha tempe lelaki setengah abad itu adalah industri rumahan. Dia memproduksi tempe di tempat tinggalnya di Beit Herut, permukiman berada di antara Ibu Kota Tel Aviv dan Haifa. Dia membuat tempe di dapur kecil di luar rumahnya.
Beit Herut (dalam bahasa Ibrani berarti Rumah Kebebasan) dibangun pada 1933 oleh imigran Yahudi asal Amerika Serikat. Hanya terdapat 904 bermukim di sana, menurut data Biro Statistik Israel 2018.
Dia tahu cara membikin tempe ketika berlibur sembilan hari di Bali pada April 2000. Di datang ke Pulau Dewata ini memakai paspor Amerika Serikat, bukan paspor Israel. "Ketika di Bali saya pergi ke sejumlah tempat memproduksi tempe, juga satu orang pembuat tofu," katanya seraya tersenyum. "Saya terkesan perajin tempe di Bali tidak menggunakan inkubator untuk mengatur suhu saat proses pembuatan tempe, tapi bisa membuat tempe selalu cukup hangat."
Sepulang dari Bali, Roy mulai membuat tempe. Sejatinya, dia sudah pernah merasakan makanan dari kacang kedelai. Ketika menetap beberapa bulan di Jepang, dia rutin mengkonsumsi natto, terbuat dari kacang kedelai difermentasi. Dia memang vegan, orang memilih menjadi vegetarian untuk menjalani program diet.
Pertama kali memproduksi tempe hanya beberapa kilogram saja dan dijual di Beit Herut. Dia bilang hanya orang-orang pernah tinggal di Amerika atau Eropa mengenal tempe. "Mereka bilang tempe buatan saya terasa enak," ujar Roy.
Hingga 19 tahun bisnis tempenya berjalan, Roy tidak mempekerjakan satu orang pun. Hanya dibantu oleh orang tuanya untuk menghemat waktu pembuatan. Dia sadar usaha tempenya tidak mungkin berkembang besar. "Ini adalah negara kecil. Jadi tidak ada alasan untuk membangun pabrik tempe di Israel," tutur ayah dua anak ini.
Roy juga selalu bilang kepada pelanggannya, tempe adalah makanan asli Indonesia. Tapi sebagian besar tidak mengetahui mengenai negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia ini. Karena tidak ada hubungan diplomatik, jadi informasi tentang Indonesia di Israel sangat sedikit.
Roy menjelaskan sebagian besar orang Israel tidak pernah mendengar nama makanan tempe, cuma vegetarian dan vegan saja pernah merasakan kelezatan tempe. Dia kini memiliki 200-300 pelanggan setia menunggu tempe bikinannya sekali dalam sepekan. Mereka memesan tempe melalui WhatsApp atau telepon langsung.
Selain di Beit Herut, pelanggan tempe buatan Roy terbanyak ada di Tel Aviv dan Yerusalem. Mereka berasal dari beragam latar belakang, termasuk orang-orang Yahudi orthodoks.Dia kini menghasilkan 40 kilogram tempe tiap minggu dan dijual dalam kemasan 250 gram seharga 17 shekel (Rp 68 ribu), sudah termasuk ongkos kirim.
Di tiap kemasan tempe bikinannya, dia kasih selebaran tentang bagaimana cara emmasak tempe, juga dilengkapi foto-foto saat dirinya berlibur di Bali.
Menurut Roy, jumlah pelanggannya mulai meningkat dalam tiga tahun terakhir. Dia mengakui tiap bulan memang ada pertambahan konsumen namun sangat sedikit. Dia pernah mencoba menyalurkan tempe ke toko-toko namun cara ini tidak berhasil
Roy, istri, dan dua anaknya, sangat menggeamri tempe. Satu atau dua kali dalam sepekan, tempe menjadi menu makanan keluarga. kalau tidak dogreng, dibikin tempe orek, atau ditumus dengan sayuran.
אריכות ימים ישראל
Roy Grant girang betul ketika saya bilangingin mewawancarai dia. "Halo Faisal, saya senang sekali untuk diwawancara, saya merasa terhormat," katanya kepada Albalad.co melalui WhatsApp kemarin.
Seperti di Indonesia, usaha tempe lelaki setengah abad itu adalah industri rumahan. Dia memproduksi tempe di tempat tinggalnya di Beit Herut, permukiman berada di antara Ibu Kota Tel Aviv dan Haifa. Dia membuat tempe di dapur kecil di luar rumahnya.
Beit Herut (dalam bahasa Ibrani berarti Rumah Kebebasan) dibangun pada 1933 oleh imigran Yahudi asal Amerika Serikat. Hanya terdapat 904 bermukim di sana, menurut data Biro Statistik Israel 2018.
Dia tahu cara membikin tempe ketika berlibur sembilan hari di Bali pada April 2000. Di datang ke Pulau Dewata ini memakai paspor Amerika Serikat, bukan paspor Israel. "Ketika di Bali saya pergi ke sejumlah tempat memproduksi tempe, juga satu orang pembuat tofu," katanya seraya tersenyum. "Saya terkesan perajin tempe di Bali tidak menggunakan inkubator untuk mengatur suhu saat proses pembuatan tempe, tapi bisa membuat tempe selalu cukup hangat."
Sepulang dari Bali, Roy mulai membuat tempe. Sejatinya, dia sudah pernah merasakan makanan dari kacang kedelai. Ketika menetap beberapa bulan di Jepang, dia rutin mengkonsumsi natto, terbuat dari kacang kedelai difermentasi. Dia memang vegan, orang memilih menjadi vegetarian untuk menjalani program diet.
Pertama kali memproduksi tempe hanya beberapa kilogram saja dan dijual di Beit Herut. Dia bilang hanya orang-orang pernah tinggal di Amerika atau Eropa mengenal tempe. "Mereka bilang tempe buatan saya terasa enak," ujar Roy.
Hingga 19 tahun bisnis tempenya berjalan, Roy tidak mempekerjakan satu orang pun. Hanya dibantu oleh orang tuanya untuk menghemat waktu pembuatan. Dia sadar usaha tempenya tidak mungkin berkembang besar. "Ini adalah negara kecil. Jadi tidak ada alasan untuk membangun pabrik tempe di Israel," tutur ayah dua anak ini.
Roy juga selalu bilang kepada pelanggannya, tempe adalah makanan asli Indonesia. Tapi sebagian besar tidak mengetahui mengenai negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia ini. Karena tidak ada hubungan diplomatik, jadi informasi tentang Indonesia di Israel sangat sedikit.
Roy menjelaskan sebagian besar orang Israel tidak pernah mendengar nama makanan tempe, cuma vegetarian dan vegan saja pernah merasakan kelezatan tempe. Dia kini memiliki 200-300 pelanggan setia menunggu tempe bikinannya sekali dalam sepekan. Mereka memesan tempe melalui WhatsApp atau telepon langsung.
Selain di Beit Herut, pelanggan tempe buatan Roy terbanyak ada di Tel Aviv dan Yerusalem. Mereka berasal dari beragam latar belakang, termasuk orang-orang Yahudi orthodoks.Dia kini menghasilkan 40 kilogram tempe tiap minggu dan dijual dalam kemasan 250 gram seharga 17 shekel (Rp 68 ribu), sudah termasuk ongkos kirim.
Di tiap kemasan tempe bikinannya, dia kasih selebaran tentang bagaimana cara emmasak tempe, juga dilengkapi foto-foto saat dirinya berlibur di Bali.
Menurut Roy, jumlah pelanggannya mulai meningkat dalam tiga tahun terakhir. Dia mengakui tiap bulan memang ada pertambahan konsumen namun sangat sedikit. Dia pernah mencoba menyalurkan tempe ke toko-toko namun cara ini tidak berhasil
Roy, istri, dan dua anaknya, sangat menggeamri tempe. Satu atau dua kali dalam sepekan, tempe menjadi menu makanan keluarga. kalau tidak dogreng, dibikin tempe orek, atau ditumus dengan sayuran.
אריכות ימים ישראל
אריכות ימים ישראל
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
3K
Kutip
46
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan