sumber klik di sini
Di Tanggerang, salah satu Puskesmas menolak membawa jenazah bocah tenggelam di Sungai Cisadane, Tanggerang. Alasannya, "Ambulans kami tidak untuk membawa jenazah." Tidak adil bukan? Kenapa seperti itu?

Apa gunanya Ambulans kalau tidak diperbolehkan untuk membawa jenazah? Bukankah Pasien yang belum meninggal atau sudah meninggal sama saja?

Orang tua korban terpaksa menggendong jenazah anaknya sampai ke rumah duka. Apakah itu berhak disebut tidak berperikemanusiaan? Tentu! Itu sungguh tidak mempunyai jiwa manusiawi.



Anak-anak, dewasa dan orang tua wajib mendapatkan pertolongan dari pihak Rumah Sakit dan Puskesmas atau tempat berobat manapun. Tidak ada yang boleh melarang menggunakan Ambulans untuk membawa Pasien meninggal. Sudah seharusnya Ambulans digunakan untuk menolong orang yang membutuhkan.
Lalu ... untuk apa diadakannya Ambulans, jika ada yang membutuhkan tapi tidak dibolehkan?

Apalagi sampai tega membiarkan jenazahnya digendong seperti itu. Bagaimana jika anaknya yang diperlalukan seperti itu oleh orang lain? Sakit hati bukan?
Orang tua mana yang ingin melihat anaknya menderita. Apalagi dia sudah meninggal, di akhir hidupnya malah diperlakukan seperti halnya bangkai yang tidak ada gunanya lagi.

Melihat berita itu, sungguh hati ini terenyuh. Miris!
Kenapa sesama manusia tidak saling tolong menolong? Bukankah mengharapkan pahala lebih mulia dari pada mengharapkan imbalan? Menolong orang yang sedang kesusahan pun.

Di mana hati nuraninya, sampai ia tega melakukan itu terhadap sesama manusia? Di mana jiwa kemanusiawiannya? Di mana jiwa sosialnya?

Kalau pun itu sudah menjadi peraturan, kenapa peraturannya harus seperti itu? Masih banyak peraturan yang bisa diterapkan selain itu. Bukan kita yang akan membalasnya, tapi Tuhan. Ketika Sang Pencipta sudah berkehendak, apa daya kita sebagai manusia?

Yuk! Kita tanamkan jiwa sosial, agar tidak terjadi lagi hal seperti sekarang ini. Kita hindari kejadian-kejadian yang tidak patut dicontoh.





Salam santun.
BBB