NegaraKITAAvatar border
TS
NegaraKITA
Perang Menhan vs KSAD Soal Enzo
Spoiler for enzo:


Spoiler for Video:


Kita semua tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah mencegah lebih baik daripada mengobati. Slogan tersebut tak hanya berlaku di bidang medis, akan tetapi berlaku juga di berbagai aspek kehidupan kita. Termasuk dalam hal menjaga Pancasila dari ideologi lain yang mengintainya, yakni ideologi khilafah.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu terus berupaya keras dalam mencegah penyebaran virus bernama khilafah ini. Pemikiran akan ideologi khilafah akan membangkitkan radikalisme. Ketika radikalisme sudah tak terkontrol, maka ia akan berkembang menjadi terorisme. "Harimau yang ganas makan orang, tapi tidak pernah dia melukai anaknya. Itu macan. Tapi kalau kita lihat bom bunuh diri kemarin, bagaimana seorang ibu dengan dua anak menyongsong bom bunuh diri. Harusnya takut, tapi kenapa tidak takut? Mindset-nya sudah diubah, oleh siapa? Khilafah, teroris," kata Menhan Ryamizard saat mengisi kuliah umum di Universitas Sebelas Maret (UNS) hari Selasa 13 Agustus.

Detik[Menhan Ajak Mahasiswa UNS Tolak Paham Khilafah]

Perhatian Menhan terhadap berkembangnya radikalisme tentu memiliki dasar yang kuat. Menurut data dari Kementerian Pertahanan yang telah ia paparkan beberapa waktu yang lalu, Menhan mengaku bahwa 3 % dari TNI yang seyogyanya sumpah setia dan menjaga Pancasila ternyata telah ikut terpapar radikalisme. Hal ini sangat berbahaya karena hal ini menandakan TNI yang erat dengan persenjataan memiliki potensi terorisme tumbuh di dalam tubuhnya.

Detik [Menhan Sebut 23,4% Mahasiswa di RI Terpapar Radikalisme]

Contoh teranyar dapat kita lihat dari polemik Enzo Zenz Allie. Calon prajurit taruna TNI di Akademi Militer (Akmil) tersebut disinyalir telah terpapar oleh radikalisme. Saat mendengar kabar itu, Menhan Ryamizard berpendapat apabila benar ada taruna atau anggota TNI terindikasi terpapar radikalisme, maka langsung saja diberhentikan, karena sama saja dengan berkhianat.

Akan tetapi, pihak TNI tetap mempertahankan Enzo menjadi calon prajurit taruna. KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan Enzo tetap dilantik setelah TNI AD menerapkan tes moderasi bernegara. "Kesimpulannya Enzo Zenz Allie dilihat dari indeks moderasi bernegara itu kalau dikonversi menjadi persentase nilai 84 persen. Nilainya di situ adalah 5,9 dari maksimum 7. Jadi indeks moderasi bernegaranya cukup bagus," kata Andika saat ditanyai di kantor Mabes TNI AD, Jakarta, Selasa 13 Agustus 2019.

Menanggapi keputusan itu, Menhan menduga bahwa Enzo telah berubah setia pada NKRI dan Pancasila. Ia hanya berpesan, “Kalau disinyalir dia berubah, dia setia pada NKRI, dia setia kepada Pancasila tidak masalah. Masalahnya kalau dia tetap mempertahankan khilafah dan lain-lain itu harus keluar. Tidak ada tawar-menawar lagi. Pancasila harus nomor satu," kata Ryamizard.

Tirto [TNI Pilih Enzo Tetap di Akmil, Menhan: Mungkin Berubah & Setia NKRI]

Berdasarkan pernyataan dari KSAD Andika Perkasa dan Menhan Ryamizard kita bisa sedikit menganalisa. Apa yang dikatakan oleh Menhan agar Enzo langsung dipecat ada benarnya. Argumennya adalah, sebuah ideologi tidak dapat diukur apakah dia benar-benar telah bersih dari ideologi tersebut ataupun tidak. Apabila Enzo telah benar-benar steril dari ideologi selain Pancasila, mengapa ada 3% TNI yang terpapar radikalisme? Mengapa paham tersebut masih bercokol di benak mereka? Bisa saja Enzo berpura-pura setia pada Pancasila.

Kemungkinan KSAD mengakui bahwa argumen dari Menhan itu benar. Akan tetapi, langkah KSAD untuk tetap mempertahankan Enzo adalah demi menjaga nama baik TNI. Apabila ia mengakui Enzo telah terpapar radikalisme dan mengeluarkannya, maka citra TNI akan menjadi jelek. Masyarakat bisa saja menyayangkan proses penerimaan Taruna Akmil yang kecolongan dan bertanya kenapa justru setelah kasus tersebut menjadi ramai, Enzo dikeluarkan. Mengapa tidak sedari awal saat proses penyaringan? Bahkan masyarakat dapat bertanya-tanya bagaimana dengan 3% prajurit TNI yang terpapar radikalisme? Apakah mereka tidak dikeluarkan juga?

Dalam hal ini, kemungkinan KSAD Andika memiliki keyakinan akan cara persuasif dan penggemblengan dari TNI. Ia bisa jadi meyakini dengan penananaman nasionalisme dan patriotisme di dalam tubuh TNI dapat mengubah pandangan radikalis seseorang menjadi kembali setia pada Pancasila. Oleh karena itu pula, demi menjaga nama baik TNI, maka Menhan terlihat sedikit melunak dalam menyikapi kasus Enzo.

Cara tersebut memang masuk akal. Tapi harus diingat, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Agak unik sebenarnya kedua pandangan yang bertolak belakang ini. Uniknya adalah pandangan kedua tokoh tersebut bertolak belakang dari personal mereka selama ini. KSAD Andika Perkasa selama ini terkenal akan ‘otot’nya, tapi polemik radikalisme Enzo menyebabkan ia menggunakan ‘otak’ dalam menyikapinya. Sedangkan Menhan Ryamizard selama ini identik menggunakan ‘otak’ dalam menghadapi berbagai situasi. Tetapi, terkait khilafah, ia terlihat keras dan lebih menggunakan ‘otot’.
Diubah oleh NegaraKITA 14-08-2019 15:26
taofikkills
taofikkills memberi reputasi
1
2.1K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan