dhenokwidaAvatar border
TS
dhenokwida
Kakak Pembina Pencuri Hati


"Ayo...ayo...cepetan baris," suara kak Santi yang cempreng terdengar berisik. Kak Santi adalah salah satu pembina pramuka di sekolah gue, SMA Kebangsaan 01. Orangnya kecil mungil, parasnya cantik dengan rambut lurus panjang sebahu.
"Hey, Luna! Kok malah bengong, buruan baris!" Kak Santi setengah berteriak sambil menepuk pundak gue.
"Eh, iya kak, sorry," ujar gue tergagap sambil setengah berlari masuk ke barisan. Gue berdiri di samping Dea, sahabat gue sejak kelas 1. Dea ternyata menangkap raut muka gue yang kusut.
"Kenapa sih Lun, kusut amat tu muka," tanya Dea. Gue diem aja, males banget nanggepin pertanyaan Dea.
"Heh, Luna?! Gue dikacangin," tanya Dea lagi dengan nada agak kesal.
"Hemm, jangan bilang loe masih baper. Udah, yang lalu biar berlalu. Semangat dong, mau camping nih kita. Lumayan kan itung-itung buat refreshing," Dea nyerocos dan bikin gue makin badmood.
"Tau deh De, gua males aja camping-camping gini, capek," jawab gue ogah-ogahan.
"Katanya udah move on, tapi masih aja baper tiap tahun. Kejadian itu kan udah setahun yang lalu Luna. Udah lah lupain," ujar Dea yang terdengar makin berisik di telinga gue.
Dea bener. Emang gue masih baper. Dan belum bisa move on dari sosok pemuda tampan berlesung pipit itu. Membayangkan senyumnya yang manis bikin ingatan gue terlempar pada kejadian saat camping setahun lalu.

***


Gambar: instagimg @kartunpramuka

"Halo adik-adik semua, perkenalkan nama saya Arif. Dan saya ketua pembina pramuka di SMA ini," Arif memperkenalkan diri.
Terdengar riuh suara siswi-siswi kelas 1 yang saat itu berbaris di lapangan sekolah. Semua siswi terlihat berbisik-bisik membicarakan ketampanan kakak pembina yang sedang memperkenalkan diri di depan. Gue tersenyum, merasa terbius juga oleh lesung pipitnya yang manis ketika dia tersenyum.
"Dan kakak-kakak pembina yang lain, dari ujung sana ada kak Rendi, kak Bagas, kak Mira dan di sebelah saya kak Santi," lanjut Arif memperkenalkan semua kakak pembina pramuka.

"Dea, kayaknya gue bakalan rajin dan semangat nih ikutan pramuka," ucap gue pada Dea yang berdiri di sebelah gue.
"Hadeh, Luna...Luna... Jangan berharap too muchdeh, entar kalo ngayal ketinggian pas jatoh sakit loh," nyinyir Dea.
"Biarin aja. Loe liat deh De, kak Arif tu ganteng banget. Kayanya gue jatuh cinta pada pandangan pertama," gue senyum-senyum tanpa bisa melepaskan mata gue dari lesung pipit kak Arif.
"Heh Luna! Sadar... Aduh, kenapa jadi ngomongin cinta sih. Siapa tau kak Arif itu udah punya pacar. Jangan ngarep deh Lun," timpal Dea dengan nada kesal.
"Ah elu De, ga boleh su'udzon"
"Loh, kok su'udzon dibawa-dibawa sih. Gue cuma ngingetin eloe Lun, jaga hati loe baik-baik. Hati loe cuma satu Luna," kata Dea sambil ngelus-elus pundak gue.
"Hish apaan sih De, udah ah ayok tu disuruh praktek tali temali nih"
Gue semangat banget apalagi deket-deket sama kak Arif kaya gini. Dea cuma geleng-geleng kepala.

***


"Oke, ada yang mau ditanyakan lagi adik-adik?" Tanya kak Arif.
"Kalo tidak ada, kita sudahi pramuka hari ini ya. Jangan lupa besok kita sudah harus berkumpul di sekolah pukul 6 pagi ya. Karena jam 8 kita sudah harus sampai di bumi perkemahan," Kak Arif menutup latihan pramuka. Semua siswa bergegas pulang ke rumah masing-masing. Gue ga sabar banget nunggu hari esok buat camping. Karena 3 hari 2 malam gue bakalan ketemu terus sama kak Arif.
"Luna, kenapa loe? Senyum-senyum sendiri. Ati-ati kesambet lho," ujar Dea sambil ngacak-acak rambut gue.
"Ih apa sih De, orang gue semangat nih buat camping besok," jawab gue sekenanya.
"Iya deh iya...yang semangat mau ketemu kak..." Gue langsung menutup mulut Dea, takut kedengeran sama temen-temen lain. "Hush Dea, pelan-pelan dong," ucap gue dengan pipi terasa terbakar, malu.

***


Gambar: gramha.net

Pagi ini lapangan sekolah sudah ramai siswa siswi yang mau berangkat camping. Gue sama Dea juga udah siap di barisan untuk masuk ke bus. Dan yang bikin makin semangat adalah gue naik bus yang sama dengan kak Arif. Aduh, rasanya jantung gue dag-dig-dug mulu. Dan bibir ini gabisa berhenti tersenyum. Hati ini beneran udah dicuri oleh makhluk tampan di sebelah gue. Ya, gue dapat tempat duduk paling depan dengan 3 kursi. Gue duduk di tengah. Sebelah kiri gue Dea, dan di sebelah kanan gue kak Arif. OMG...beneran kaya mimpi bisa sedeket ini sama dia. Dan yang bikin makin meleleh adalah kak Arif orangnya perhatian banget. Dia nawarin roti buat sarapan, bukain botol air mineral gue, bantu bawain tas gue yang lumayan berat. Ah, gue makin jatuh cinta.
Sampai di bumi perkemahan kami langsung mendirikan tenda. Masing-masing regu terdiri dari 8 orang. Dan tiap regu dipandu oleh 1 orang kakak pembina. Kak arif menjadi pemandu diregu gue.
Rasanya ini adalah hari-hari terbaik dalam hidup gue. Gue semangat banget ngikutin semua kegiatan. Dari mencari jejak, lomba tali temali, sampai gamesketangkasan. Semua gue ikutin dan hampir di semua lomba regu gue juara 1. Kak Arif bener-bener bikin semua orang di regu gue semangat, terutama gue.

Dan akhirnya sampailah di puncak acara camping ini. Yang paling ditunggu-tunggu, yaitu api unggun. Tiap regu wajib menampilkan 1 hiburan. Ada yang nyanyi, nari, drama, dan sulap. Setelah semua regu tampil, giliran kakak-kakak pembina yang tampil. Kak Arif main gitar, dan kak Santi nyanyi lagu kemesraan. Petikan gitar kak Arif sungguh apik, ditambah suara kak Santi yang merdu bikin suasana api unggun makin syahdu. Liat mereka berdua perform terbersit rasa cemburu di hati gue. Tapi segera gue tepis rasa itu. Acara api unggun malam ini pun diakhiri dengan penyerahan hadiah bagi regu terbaik dan ter-aktif.

***


Pagi ini semua siswa mulai berkemas. Tenda-tenda dilipat rapi. Semua perkakas dimasukkan dalam kardus dan dibawa ke bagasi bus masing-masing. Semua siswa berbaris sebelum masuk ke dalam bus. Tiba-tiba gue pengen ke toilet. "Dea, temenin gue yuk, kebelet pipis nih," gue langsung tarik tangan Dea menuju toilet yang ga jauh dari parkiran bus. "Aduh Luna, pelan-pelan dong," ucap Dea sambil melepaskan tangannya. "Ayok cepet udah ga tahan nih," gue setengah berlari menuju toilet diikuti Dea dibelakang gue.
"Ah...lega deh..."
"Ya udah ayok buruan Lun, itu anak-anak udah pada masuk bus," ajak Dea.
"Iya ayok"
Saat menuju bus, tak sengaja gue dan Dea melihat kak Arif sedang jongkok membetulkan tali sepatu kak Santi.
"Duh...kamu ni, kebiasaan deh sepatu ga diiket talinya. Nanti kalo kesrimpet bisa jatoh loh," sayup-sayup terdengar kak Arif bicara pada kak Santi.
"Iya, maaf deh sayang...hehe..." Jawab kak Santi manja sambil mengacak-acak rambut kak Arif. Gue kaget bukan kepalang. Bagai mendengar petir di siang bolong. Ga terasa bulir-bulir hangat menetes di pipi gue. Gue langsung lari masuk ke bus diikuti Dea yang panik liat gue nangis.
"Lun...Luna, jangan nangis dong," ucap Dea berusaha menenangkan gue. Gue terisak pelan, sesak rasanya dada gue.
"Gue sebenernya udah lama mau cerita ke elo Lun, tapi gue takut elo sedih," ujar Dea pelan. "Kak Arif sm kak Santi itu udah tunangan, sebentar lagi mereka nikah," lanjut Dea.
"Jadi loe udah tau De?!" Gue kaget.
"Anak-anak juga banyak yang udah tau kok Lun..."
"Jadi cuma gue aja yang ga tau? Bodoh banget sih gue De," gue makin terisak.
"Udah Lun, cup cup jangan nangis lagi," Dea masih berusaha menenangkan gue. Bus mulai jalan perlahan, dan kursi di sebelah gue masih kosong. Sudut mata gue mencari. Dan ternyata kak Arif duduk di kursi belakang, di sebelah kak Santi yang menyandarkan kepala di bahunya. Saat itu gue merasa jadi cewek paling bodoh sedunia.

***


"Semangat dong Lun," Dea membuyarkan lamunan gue.
"Lagian kak Arif kan udah ga jadi pembina pramuka di sekolah kita lagi," lanjut Dea.
"Iya sih, tapi masih ada kak Santi. Gue jadi ga bisa lupa kejadian dulu De, apalagi mereka sekarang udah jadi suami istri," kata gue dengan nada lemah.
Tiba-tiba semua siswa terdengar berbisik satu sama lain. Terlihat sosok pemuda tinggi tegap, hidung mancung, kulit sawo mateng dengan rambut ikal agak gondrong. Maskulin banget.
"Halo semua, nama saya Pandu, saya disini menggantikan kak Arif sebagai pembina pramuka di sekolah ini," pemuda itu memperkenalkan diri diikuti tepuk tangan dan gemuruh suara siswi-siswi kelas 2 SMA Kebangsaan 01. Mendadak jantung gue terasa dag-dig-dug. Akankan hati gue dicurilagi sama kakak pembina pramuka?

***
fiiliyah
anasabila
tien212700
tien212700 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.9K
19
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan