inal74Avatar border
TS
inal74
Sejarah Singkat Khilafah Islam: Melihat Sisi Terang dan Sisi Gelapnya


Bila membaca buku-buku tentang sirah nabawiyah atau sejarah Islam karya siapapun, kita tidak akan menemukan istilah “Khilafah Rasulullah SAW” atau “Khilafah Nabi Muhammad SAW” di dalamnya. Ini menunjukkan bahwa para cendekiawan muslim penulis buku-buku tersebut memahami dengan benar bahwa memang harus dibedakan antara kualitas pemerintahan Islam yang dipimpin oleh seorang manusia biasa yang ditakdirkan menjadi utusan Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW, dengan kualitas pemerintahan Islam yang dipimpin oleh seorang manusia biasa yang bukan nabi.

Sementara itu, para pengusung khilafah yang tergabung dalam Hizbut Tahrir dan Hizbut Tahrir Indonesia meyakini bahwa kualitas khilafah atau pemerintahan terbaik bagi kaum muslim masa kini adalah kualitas pemerintahan Islam yang dipimpin oleh manusia biasa yang bukan nabi. Mereka merujuk pada salah satu hadits Imam Muslim sebagai pondasi untuk membangun dalil ini. Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Hazim yang mengatakan: Aku telah mengikuti majelis Abu Hurairah selama lima tahun, pernah aku mendengarnya menyampaikan hadits dari Rasulullah SAW yang bersabda: Dahulu Bani Israil selalu dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada Nabi sesudahku. (Tetapi) nanti akan ada banyak khalifah ……. .

Berdasarkan hadits di atas, Hizbut Tahrir dan Hizbut Tahrir Indonesia memandang bahwa khilafah yang dipimpin oleh kaum muslim sepeninggal Nabi Muhammad SAW wafat merupakan kualitas pemerintahan Islam terbaik yang harus dihidupkan kembali. Sejarah Islam mencatat, terdapat sekitar 103 khalifah yang telah berkontribusi dalam membangun pemerintahan Islam selama kurang lebih 1290 tahun. Para ahli sejarah Islam membaginya ke dalam 4 masa pemerintahan. Seperti apakah kualitas pemerintahan Islam ini?

Pemerintahan Islam sepeninggal Nabi Muhammad SAW wafat terbagi ke dalam 4 masa, yaitu:

1. Khilafah Masa Khulafa ar-Rasyidin (632-661 Masehi, para sahabat Nabi Muhammad SAW), yaitu: Abu Bakar ash-Shidiq (632-634 Masehi, lahirnya gagasan Ahlul Halli Wal Aqdi), Umar bin al-Khathab (634-644 Masehi, dilembagakannya Ahlul Halli Wal Aqdi), Utsman bin Afan (644-656 Masehi), dan Ali bin Abi Thalib (656-661 Masehi). Pada masa ini, terdapat 3 peristiwa penting yang harus dicatat: Pertama, terjadinya perluasan kekuasaan Islam sampai ke Irak, Suriah, dan Mesir. Kedua, perang saudara pertama (Perang Shiffin) dalam dunia Islam yang terjadi karena pemberontakan Mu’awiyah terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai reaksi atas dibunuhnya khalifah Utsman bin Afan. Ketiga, penyerahan ke-khalifah-an dari seorang bapak (Ali bin Abi Thalib) kepada anaknya (Al-Hasan bin Ali) sebagai tonggak awal lahirnya politik dinasti dalam sistem khilafah Islam pasca wafatnya Rasulullah SAW. Perang saudara selama 5 tahun ini (sepanjang ke-khalifah-an Ali bin Abi Thalib) berakhir ketika Al-Hasan bin Ali (menjadi khalifah ke-5 selama kurang lebih 7 bulan) menandatangani perjanjian damai dan menyerahkan tampuk ke-khalifah-an kepada Mu’awiyah bin Abu Sofyan. Ini menunjukkan bahwa setelah 24 tahun Rasulullah SAW wafat, Allah SWT pun mulai menguji kembali keimanan kaum muslim lewat politik kekuasaan, tapi kali ini tanpa bimbingan langsung seorang nabi. Pada masa ini, wilayah kekuasaan Islam masih meliputi Jazirah Arab.

2. Khilafah Masa Dinasti Umayyah (661-750 Masehi). Pada masa ini, terdapat 14 khalifah yang semuanya memiliki hubungan keluarga turun temurun (sangat kental dengan politik dinasti) dan tetap memakai konsep Ahlul Halli Wal Aqdi dalam memilih pemimpin. Berkat kemenangan dalam Perang Shiffin melawan saudara seimannya Khalifah Al-Hasan bin Ali, Mu’awiyah bin Abu Sofyan pun menjadi khalifah pertama dari Dinasti Umayyah selama 20 tahun (661-680 Masehi). Selanjutnya, khalifah kedua hingga kelima dari dinasti ini adalah:

  • Yazid bin Mu’awiyah (680-683 Masehi)

  • Mu’awiyah bin Yazid (683 Masehi, hanya 3 bulan menjadi khalifah)

  • Marwan bin Al Hakam (683-692 Masehi)

  • Abdul Malik bin Marwan (692-705 Masehi).


Dengan beribukota di Damaskus (Suriah), Dinasti Umayyah mulai menjadi pelopor kemajuan dan kejayaan Islam ketika pada masa khalifah ke-6, yaitu Al-Walid bin Abdul Malik Umar bin Abdul Aziz (705-715) alias Al Walid I. Di bawah kepemimpinan Al Walid bin Abdul Malik, kas negara khilafah surplus melimpah ruah, dan sektor pembangunan sangat diutamakan. Pembangunan sumur, pabrik-pabrik, dan masjid-masjid digalakkan. Di antara masjid yang dibangun adalah Masjid Al Amawi atau Al Umawi di Damaskus, Masjid Al Aqsa di Yerussalem, dan perluasan masjid Nabawi di Madinah. Pada masa khalifah ini pulalah kekuasaan Islam mulai meluas keluar Jazirah Arab, yaitu ke Spanyol. Selanjutnya, perluasan ke Spanyol ini dilanjutkan oleh para khalifah ke-7 hingga ke-14:

  • Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 Masehi)

  • Umar bin Abdul Aziz (717-720 Masehi, khalifah yang terkenal kaya raya namun hidupnya sangat sederhana dan terkenal jujur serta adil)

  • Yazid bin Abdul Malik (720-724 Masehi)

  • Hisyam bin Abdul Malik (724-743 Masehi)

  • Al Walid bin Yazid bin Abdul Malik (743-744 Masehi). Khalifah ke-11 ini memiliki catatan sejarah menarik, yaitu tercatat sebagai khalifah gay (menyukai sesama lelaki) pertama dalam sejarah Islam.

  • Yazid bin al-Walid (744 Masehi, hanya 6 bulan menjadi khalifah)

  • Ibrahim bin al-Walid (744 Masehi, hanya beberapa bulan menjadi khilafah, dan sangat takut terhadap lawan-lawan politiknya)

  • Marwan bin Muhammad (744-750 Masehi, dijuluki dengan sebutan Himar alias keledai karena kesabarannya menghadapi pemberontakan di masa pemerintahannya).


Selama rentang waktu dari tahun 661 sampai dengan tahun 717 Masehi di masa Dinasti Umayyah, mimbar Jum’at dikabarkan dipenuhi cacian terhadap almarhum Ali bin Abi Thalib. Lalu pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, tradisi buruk tersebut dihentikan.

Khalifah Al Walid I (pakaian merah)


3. Khilafah Masa Dinasti Abbasiyah (750-1515 Masehi). Pada masa ini, terdapat 54 khalifah telah ikut berkontribusi dalam pemerintahan Islam, dan masih tetap mengandalkan politik dinasti serta Ahlul Halli Wal Aqdi. Setelah berhasil merebut kekuasaan dari khalifah terakhir Dinasti Umayyah, Abu Al Abbas As Saffah pun menjadi khalifah pertama dari Dinasti Abbasiyah selama 4 tahun (750-754), dan memindahkan ibukota dari Damaskus (Suriah) ke Baghdad (Irak). Khalifah ke-2 adalah Abu Ja’far al Manshur (754-775 Masehi, memelintir pemahaman khalifah dengan sering mengucapkan: Sesungguhnya Saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya, dan melakukan persekusi ulama terhadap Imam Abu Hanifah). Puncak keemasan Islam di masa dinasti ini berada pada khalifah ke-3 hingga ke-10, yaitu:

  • Al-Mahdi (775-785 Masehi)

  • Al-Hadi (785-786 Masehi)

  • Harun Ar-Rasyid (786-808 Masehi). Khalifah terbaik pada masa Dinasti Abbasiyah, berhasil membuat Romawi menundukkan kepala karena wibawanya. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 Masehi.

  • Al Amin bin Harun Ar-Rasyid (808-809 Masehi, menyukai sesama lelaki alias gay)

  • Al-Ma'mun (809-813 Masehi)

  • Al-Mu'tashim Billah (833-842 Masehi). Khalifah ini memberi hukuman cambuk kepada ahli hadits Imam Ahmad karena berbeda pendapat dalam urusan agama

  • Al-Watsiq bin Al-Mu’tashim Billah (842-847 Masehi, menyukai sesama lelaki alias gay)

  • Al-Mutawakkil Alallah (847-861 Masehi, senang minum khamr dan memiliki 4000 budak perempuan)


Pada rentang tahun 775 sampai dengan tahun 861 Masehi, perekonomian Khilafah Islam mulai tumbuh pesat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Kekayaan khilafah Islam banyak dimanfaatkan untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada jaman keemasannya. Khalifah ke-11 Al Muntashir Billah (861-862 Masehi) mengawal dengan baik kejayaan Islam ini. Namun Khalifah ke-12 Al Musta’in Billah (862-866 Masehi) menjadi buruk kepemimpinannya akibat ulah anaknya sendiri al-Abbas yang melakukan korupsi. Sedangkan Khalifah ke-13 Al Mu’taz Billah (866-869 Masehi) yang senang naik kendaraan berlapis emas ini sulit menjaga nama baik Islam, karena sang khalifah melakukan korupsi dengan cara menguras habis semua harta umat yang tersimpan di Baitul Mal. Lalu dari tahun 869 sampai dengan tahun 944 Masehi, khalifah ke-14 sampai dengan ke-21 mampu memperbaiki pemerintahan Islam. Mereka adalah:

  • Al Muhtadi Billah (869-870 Masehi)

  • Al Mu’tamid Alallah (870-892 Masehi)

  • Al Mu’tadhid Billah (892-905 Masehi)

  • Al Muktafi Billah (905-908 Masehi)

  • Al-Muqtadir Billah (908-932 Masehi)

  • Al-Qahir Billah (932-934 Masehi)

  • Al-Radli Billah (934-940 Masehi)

  • Al-Muttaqi Lillah (940-944 Masehi)


Namun di masa khalifah ke-22, khilafah Islam mengalami krisis ekonomi parah akibat perang, dan karena sang khalifah hanya menjadi pemimpin boneka bagi kelompok syi’ah Bani Buwaihi. Selama lebih dari 100 tahun, Bani Buwaihi menguasai para khalifah. Ini berarti, dari tahun 944 sampai dengan 1055, khalifah ke-22 sampai dengan ke-26 merupakan khalifah boneka kelompok syi’ah. Mereka adalah:

  • Al Mustakfi Billah (944-945 Masehi)

  • Al-Muthi’ Lillah (945-974 Masehi)

  • Ath-Tha`i’ Lillah (974-991 Masehi)

  • Al-Qadir Billah (991-1031 Masehi)

  • Al-Qa`im Bi Amrillah (1031-1074 Masehi)


Setelah Bani Buwaihi runtuh, khalifah ke-27 sampai dengan ke-54 (1074-1515 Masehi) tidak ada yang menjadi corong kepentingan kelompok syi’ah. Mereka adalah:

  • Al-Mu’tadi Bi Amrillah (1074-1094 Masehi)

  • Al-Mustadhhir Billah (1094-1118 Masehi)

  • Al-Mustarsyid Billah (1118-1135 Masehi)

  • Al-Rasyid Billah (1135-1136 Masehi)

  • Al-Muqtafi Liamrillah (1136-1160 Masehi)

  • Al-Mustanjid Billah (1160-1170 Masehi)

  • Al-Mustadli`u Biamrillah (1170-1180 Masehi)

  • Al-Naashir Lidinillah (1180-1225 Masehi)

  • Al-Dhahir Biamrillah (1225-1226 Masehi)

  • Al-Mustanshir Billah (1226-1242 Masehi)

  • Al-Musta’shim Billah (1242-1258 Masehi). Khalifah pertama yang mengangkat seorang Nasrani menjadi menteri dalam khilafah Islam.

  • Al-Mustanshir Billah II (1261-1262 Masehi)

  • Al-Haakim Biamrillah I (1262-1302 Masehi)

  • Al-Mustakfi Billah I (1302-1334 Masehi)

  • Al-Watsiq Billah I (1334-1343 Masehi)

  • Al-Haakim Biamrillah II (1343-1354 Masehi)

  • Al-Mu’tadlid Billah I (1354-1364 Masehi)

  • Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah I (1364-1386 Masehi)

  • Al-Watsir Billah II (1386-1389 Masehi)

  • Al-Musta’shim (1389-1392 Masehi)

  • Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah II (1392-1409 Masehi)

  • Al-Musta’in Billah (1409-1416 Masehi)

  • Al-Mu’tadlid Billah II (1416- 1446 Masehi)

  • Al-Mustakfi Billah II (1446-1455 Masehi)

  • Al-Qa`im Biamrillah (1455-1460 Masehi)

  • Al-Mustanjid Billah (1460-1485 Masehi)

  • Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah III (1485-1494 Masehi)

  • Al-Mutamasik Billah (1494-1515 Masehi)


Harus diakui, pada masa Dinasti Abbasiyahlah (selama kurang lebih 400 tahun) kaum muslim dan non muslim (mayoritas Islam, minoritasnya bervariasi) pernah memiliki khilafah berkualitas terbaik, terkuat dan tak tertandingi, meskipun segelintir khalifahnya ada yang cacat iman dan cacat moral. Khilafah Dinasti Abbasiyah dihancurkan oleh pasukan Tartar (Mongol), sehingga umat Islam sempat hidup tanpa khilafah selama beberapa tahun sampai berdirinya Khilafah Utsmaniyah.

Khalifah Harun Ar-Rasyid (duduk berpakaian putih)


4. Khilafah Masa Dinasti Utsmaniyah alias Kekaisaran Ottoman (1517-1924 Masehi). Pada masa ini, terdapat 30 khalifah telah berkontribusi terhadap perkembangan Islam dengan politik dinasti dan Ahlul Halli Wal Aqdi-nya. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian Asia, Afrika, Eropa, dan sekitar cekungan Mediterania. Khalifah pertamanya adalah Salim I (1517-1520). Puncak kejayaan Utsmaniyah dimulai pada masa Khalifah ke-2 Sulaiman Al Qonuni (1520-1566). Dengan Konstantinopel sebagai ibu kotanya, Dinasti Utsmaniyah atau Kesultanan Utsmaniyah alias Kekaisaran Ottoman menjadi pusat interaksi antara dunia Timur dan Barat selama lebih dari 300 tahun, bahkan diakui sebagai kerajaan Islam terbesar di dunia. Secara berurutan, khalifah ke-3 sampai dengan ke-30 Kekaisaran Ottoman adalah sebagai berikut:

  • Salim II (1566-1574 Masehi). Tanda-tanda Ottoman melemah mulai terlihat, dan praktik korupsi pun mulai tumbuh.

  • Murad III (1574-1595 Masehi)

  • Muhammad III (1595-1603 Masehi)

  • Ahmad I (1603-1617 Masehi)

  • Mushthafa I (1617-1618 Masehi)

  • Utsman II (1618-1622 Masehi)

  • Mushthafa I (1622-1623 Masehi)

  • Murad IV (1623-1640 Masehi). Saat khalifah ke-10 ini memerintah, kas negara dalam keadaan penuh. Murad IV dikenal sebagai sosok yang cerdas, pemberani dan memiliki pandangan yang tajam. Dia mampu menumpas kerusakan hingga ke akar-akarnya dan membasmi para pelakunya. Dia diberi gelar sebagai Pendiri Kedua Pemerintahan Utsmani, karena telah berhasil membangkitkannya setelah kejatuhannya. Ia juga berhasil memperbaiki kondisi keuangan, dan memberantas korupsi.

  • Ibrahim I (1640-1648 Masehi)

  • Muhammad IV (1648-1687 Masehi)

  • Sulaiman II (1687-1691 Masehi)

  • Ahmad II (1691-1695 Masehi)

  • Mushthafa II (1695-1703 Masehi)

  • Ahmad III (1703-1730 Masehi). Dari tahun 1718 sampai dengan 1730, khalifah ke-16 ini melakukan reformasi gaya Barat di dalam Kekaisaran Ottoman, namun gagal dan berakhir dengan pemberontakan.

  • Mahmud I (1730-1754 Masehi)

  • Utsman III (1754-1757 Masehi)

  • Musthafa III (1757-1774 Masehi). Pada masa khalifah ke-19 ini, Kekaisaran Ottoman kalah perang dari Rusia.

  • Abdul Hamid I (1774-1789 Masehi)

  • Salim III (1789-1807 Masehi). Khalifah ke-21 ini melakukan reformasi gaya Barat di dalam Kekaisaran Ottoman, dan berhasil membuat kedutaan resmi Kekaisaran Ottoman pertama di daratan Eropa.

  • Musthafa IV (1807-1808 Masehi)

  • Mahmud II (1808-1839 Masehi). Khalifah ke-23 ini melakukan reformasi di dalam Kekaisaran Ottoman dengan program terkenalnya: Tanzimat.

  • Abdul Majid I (1839-1861 Masehi). Melanjutkan program Tanzimat.

  • Abdul ‘Aziz I (1861-1876 Masehi). Melanjutkan program Tanzimat, namun disertai dengan pinjaman luar negeri yang terlalu besar, sehingga Kekaisaran Ottoman mengalami krisis moneter. Khalifah ke-25 ini pun dikudeta.

  • Murad V (1876 Masehi, hanya 3 bulan menjadi khalifah).

  • Abdul Hamid II (1876-1909 Masehi)

  • Muhammad Rasyad V (1909-1918 Masehi)

  • Muhammad VI (1918-1922 Masehi). Meletus Perang Kemerdekaan Turki

  • Abdul Majid II (1922-1924 Masehi). Perang Kemerdekaan Turki berlanjut hingga akhirnya Kekaisaran Ottoman runtuh dengan kondisi ekonomi dalam negerinya carut marut karena kalah perang.


Di samping itu, Dinasti Utsmaniyah pun menyimpan sisi gelap yang jarang diungkapkan ke publik, yaitu: pada rentang waktu 1915-1920 (masa khalifah Muhammad Rasyad V dan Khalifah Muhammad VI), sebanyak 1,5 juta jiwa penduduk Turki Armenia dibantai dengan kejam tanpa alasan yang jelas.


Abdul Majid II bersama anak-anaknya


Dengan menyusuri perjalanan sejarah Khilafah Islam secara apa adanya seperti ini, jelaslah terlihat betapa manusiawinya Khilafah Islam itu. Ternyata, Khilafah Islam tidaklah jauh berbeda dengan demokrasi alias biasa-biasa saja.



Sumber:

Ahmad Sarwat, Urutan Khilafah Sepanjang Sejarah Islam, Tarbawiyah.com.

Nadirsyah Hosen, ISLAM YES KHILAFAH NO: Doktrin dan Sejarah Politik Islam dari Khulafa Ar-Rasyidin Hingga Umayyah, Jilid 1, Suka Press, Yogyakarta, 2018.

Nadirsyah Hosen, ISLAM YES KHILAFAH NO: Dinasti Abbasiyah, Tragedi dan Munculnya Khawarij Zaman Now, Jilid 2, Suka Press, Yogyakarta, 2018.

Karen Armstrong, ISLAM: A Short History, Phoenix Press, London, 2002.
Diubah oleh inal74 05-08-2019 06:58
gbolazo
rioza
scorpiolama
scorpiolama dan 2 lainnya memberi reputasi
3
4.5K
15
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan