Pernikahan seharusnya adalah sebuah kegembiraan yang terlampau indah, bukan? Tetapi tidak semua pernikahan berlangsung indah dan menyenangkan, pada hari Jumat tanggal 12 Juli, tepatnya jam 8;25 Hj Refni yang berada di Palembang, harus menghembuskan napasnya yang terakhir, sebuah tangis haru biru dari para tetangga dan para natizen yang melihat unggahan di Facebook, berdatangan.

Seharusnya Jumat kemarin ini diisi dengan senyuman lepas, namun kebahagiaan dan kesedihan harus bergabung di antara suratan takdir dari Yang Maha Kuasa. Pada akhirnya, air mata berjatuhan. Bagaimana tidak? Ibu dari salah satu mempelai harus menutup mata.



Ucapan antara selamat menjalani hidup baru atau semoga Khusnul khatimah, datang di hari yang sama. Sebuah pesta yang berbonus belasungkawa. Ini miris bukan? Hari pertama saat pengantin akan membuka pintu dunia baru di buka dengan rasa yang bertolak belakang, sedih dan duka.





Dari tanah kembali ke tanah. Kemarin kakak Delia juga meninggal. Begitu banyak duka di antara kesenangan dalam dunia. Kita yang ditinggalkan pasti bersedih dan tidak rela untuk berpisah. Namun kehidupan harus terus berjalan. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Bahkan kita tidak mengetahui rahasia Allah di sebalik duka yang diberikan.

Kakak Delia orang baik, bahkan semua barang-barang yang dia bawa saat kecelakaan itu terjadi, tidak ada satupun yang hilang selain nyawanya. Kecelakaan itu merenggut nyawanya. Dan mengambil sebagian kebahagiaan keluarga kecilnya.





Gan-sis, apakah kalian pernah merasakan seperti Delia kemarin, atau serupa keluarga Almarhum Hj Refni?

Semoga tidak ya?

Sebab sebuah kehilangan itu serupa satu senyum tercabut secara paksa dan untuk memulihkannya perlu waktu yang sangat panjang.

See you again agan dan sista! Sudahkah kalian bahagia?

Asli tulisan ts.