l13skaAvatar border
TS
l13ska
Mudik Tersingkat dan Terdekat Saya Bersama Keluarga Kecil


Mudik saya sebenarnya tak seperti mudik sahabat kaskus yang lain. Mudik di luar kota yang memakan waktu perjalanan berjam-jam hingga seharian penuh. Tapi mengingat hanya saat lebaran keluarga besar bisa bekumpul. Terlebih suami jarang mau diajak menginap, jadi saya sebut aja ini mudik terdekat dan tersingkat.

Tahun ini saya tak mudik jauh ke Madura karena nenek dari pihak ibu saya sudah almarhumah sejak empat tahun silam. Seperti tahun-tahun yang lalu kami sekeluarga pulang kampung di desa Santrean yang jika jalan kaki bisa memakan waktu sejam dan 15 menitan dengan mengendarai motor.

Perjalanan mudik singkat kami sekeluarga bisa dibilang lancar saja meskipun agak macet. Tak seperti biasa kami memilih mudik di H+3 karena H+1 dan H+2 kami habiskan di desa Kauman, Kelurahan Sisir Kota Batu. Alhamdulillah, suami yang bekerja sebagai tukang kunci kebanjiran job sehingga kami harus mengurungkan niat untuk pulang kampung di H+2.

Tak banyak yang bisa saya ceritakan dari perjalanan mudik ini kecuali betapa macetnya kota Batu di hari ini (7 Juni 2019). Penyebab macet jalan raya adalah membludaknya jumlah mobil pribadi yang melenggang bebas. Ketika saya berkesempatan melirik isi dalam mobil-mobil tersebut, ternyata jarang ada mobil yang terisi penuh dengan penumpang. Kebanyakan mobil sekelas Honda Brio, Avansa, dan mobil-mobil mewah lainnya hanya diisi dua orang tak lebih.

Kami berangkat dari rumah kontrakan bakda sholat Jumat, yakni sekitar pukul 13.00 WIB. Beruntungnya, meskipun macet, perjalanan kami tak begitu terhambat karena kami mengambil rute terdekat. Yakni di Jalan Brantas, sepuluh menit kemudian suami mengarahkan motor ke kiri jalan menuju Jl. Metro.
Spoiler for Situasi Lalu Lintas Jl. Brantas:

Awal memasuki kampung Metro kami disuguhkan dengan mural warna-warni yang sudah ada sejak Agustus silam. Iya, Mural tersebut dibuat untuk menyambut hari kemerdekaan RI yang ke-73. Jalanan bisa dikatakan lenggang karena tak begitu banyak kendaraan melewati jalan Metro ini. Hanya beberapa motor dengan beberapa penumpang yang saling berboncengan.

Spoiler for Gambar Mural di Dinding Gerbang Masuk Jl. Metro:


Jika dibandingkan dengan hari biasa, jalan Terusan Metro bisa dibilang lumayan ramai. Biasanya dalam sejam hanya beberapa sepeda dan mobil yang lewat. Namun kali ini banyak juga mobil dan sepeda yang lewat jalur ini. Jalan Metro emmang bisa dijadikan jalan alternatif ketika kemacetan terajadi di sepanjang jalan menuju tempat wisata Selecta, Coban Talun dan pemandian air panas Cangar. Lewat jalan Metro bisa tembus ke beberapa desa seperti Sumberejo, Pager Gunung dan Kandangan.

emoticon-Ketupat


Mudik ke Santrean adalah hal yang sangat saya sukai dari lebaran semenjak 4 tahun tinggal jauh dari keluarga besar. Selain bisa bertemu keluarga besar. Suami yang tak pernah mau diajak menginap ketika berkunjung, suka rela menginap meskipun untuk satu hingga dua hari saja. Bahagia karena saya bisa menginap tanpa rasa beban meninggalkan suami sendiri di rumah.

Spoiler for Moment kami tiba di rumah ibu:

Desa Santrean sekarang, memang tak seperti saya sewaktu masih kecil. Sudah banyak bangunan rumah di desa ini. Terlebih sejak dibangunnya sekolah SMKN 3 yang dibangun dekat dengan sekolah TK dan SD saya dahulu. Bahkan kini, beberapa sawah sudah beralih fungsi menjadi rumah. Otomatis suasana asri dari warna hijau tanaman sayur dan daun-daun bunga andalan warga Santrean sudah mulai berkurang.

Spoiler for Suasana Perjalanan Menuju Desa Santrean:


Quote:


Setelah berkeliling ke rumah Mbak Lilik dan Mbak Wiwit (dua saudara kandung saya), saya pun mengajak suami untuk pergi ke kondangan salah satu murid saya dulu (Pencak Silat). Tepatnya bakda sholat asar yakni sekitar pukul 15.30 WIB. Acara resepsi tersebut diadakan di daerah Junggo, jarak dari desa Santrean sekitar 6 Km. Perjalanan lumayan lama karena kondisi lalu lintas yang lumayan padat.

Saat sampai di acara begitu banyak hadirin yang meramaikan acara tersebut. Saya dan suami serta anak pertama kami memutuskan untuk duduk dulu sambil menunggu giliran dipersilahkan makan. Saat gikiran kami makan, banyak jenis makanan yang dihidangkn antara lain: rawon, bakso, gado-gado dan nasi goreng serta ayam rica-rica. Pasca dari acara kami pun memberi selamat dan pulang



Quote:


emoticon-Ketupat


Waktu menunjukkan pukul 18.30 WIB ketika saya dan suami mengunjungi beberapa keluarga. Dimulai dari kelurga Mak Suparti Si Mbah cilik (adik dari nenek). Suasana di rumah lumayan ramai karena keluarga Mbak Lilik (kakak kedua saya) sudah ada disana terlebih dahulu.
Spoiler for Kebersamaan Kami di Keluarga Mak Ti:

Quote:


Spoiler for Kebersaman kami ketika sowan ke rumah Keluarga Pak Kuswandi:

Sayangnya, perut saya kali ini sedikit bermasalah sehingga harus menolak tawaran makan dari bek Lik (bibi), istri dari Pak Kus (paman saya). Perut saya protes karena beberapa hari telah saya paksa makan makanan pedas dan kacang-kacangan secara berlebihan.

Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik ya Agan Sista?..Terlebih pasca menjalankan puasa, perut belum lagi terbiasa dengan porsi makanan yang besar dan makanan pedas. Jikalau dipaksa ya begini jadinya, bikin sakit perut. emoticon-Ngakak

Mudik singkat saya di kampung halaman ini pun berakhir pada 8 Juni 2019. Suami sudah mengajak pulang karena belum sowan ke keluarga besar suami serta banyak janji dengan para pelanggan yang mau membuat kunci.
Malam hari, bakda sholat Isak kami sekeluarga pulang dengan membawa banyak barang bawaan.

Ibu saya membawakan begitu banyak barang bawaan. Ada nasi dengan lauk, kata ibu buat makan malam anak-anak. Ada berbagai macam jajanan lebaran. Yah, begitulah seorang ibu selalu menghawatirkan segala sesuatu bahkan untuk hal kecil sekalipun.

Perjalanan pulang kami bisa dibilang lumayan lancar karena kami sekeluarga memilih lewat jalan pintas di Kampung Baru. Memotong jalan di Jalan Terusan Metro. Suami sengaja menjalankan motor Mio125 kami agar kami bisa mampir ke rumah bibi dan paman suami yang ada di daerah Lesti. Jadi, kami pun akhirnya berkunjung le rumah Bu Lek Tri (Bu Lek itu panggilan untuk bibi, adik dari ayah/ibu), Lek Parto dan Lek Yono yang rumah mereka hampir berdekatan.

{thread_title}


Sepulang dari rumah Lek To dan Lek Yono, kami langsung meluncur ke Jl. Lesti hingga sampai di Jl. Panglima Soedirman. Benar adanya sebagimana penuturan suami, jalanan kota Batu masih macet tak terkecuali Jl. Panglima Soedirman ini.

Quote:


Pasca terbebas dari padatnya jalan raya, suami melenggangkan motor ke kiri jalan. Menuju Jl. Brantas, kami melewati pasar kecil gentengan. Lewat pasar Gentengan lebih cepat sampai rumah dibandingkan harus mengambil jalan memutar melewati alun-alun kota. Setidaknya, kami menghemat waktu sepuluh menit perjalanan dengan lewat pasar kecil ini.

Malam hari jam setengah sembilan, kami sekeluarga sudah tiba di rumah kontrakan di daerah kauman. Pasca makan malam, suami berangkat ke kawasan Agrowisata. Suami masih harus bekerja menerima job dari orang yang terkunci di dalam rumah. Sementara saya dan anak-anak memutuskan beristirahat sambil menonton TV.

Oke, Agan Sista... Inilah mudik tersingkat dan terdekat keluarga saya.

Sekian thread saya tentang pengalaman mudik hari raya Idul Fitri 1440H. Semoga bermanfaat bagi sobat kaskus yang ingin berlibur ke kota wisata Batu.

Sekian dan terima kasih
Wassalam


emoticon-Kiss
emoticon-Rate 5 Star
emoticon-Cendol Gan
Diubah oleh l13ska 19-07-2019 11:59
momo3003
lina.wh
alizazet
alizazet dan 22 lainnya memberi reputasi
23
9.8K
140
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan