lin.dwijaAvatar border
TS
lin.dwija
Bukankah Kita Sama?



Gelas kecil berbahan plastik berdiri tegak di atas meja. Sendiri dan sedang menatap ke arah depan dengan tatapan penuh rasa iri. Dia memang sebuah benda, tapi merasa sangat tidak berguna. Disimpan dan hanya bisa melihat teman-teman yang sama sepertinya sedang digunakan. Berdiam di lemari lusuh dan tidak pernah dilihat atau dipegang. Sungguh, ia sangat ingin merasakan kembali berguna untuk sang pemilik. Membantunya untuk dapat melepaskan dahaga saat lelah dan tersedak. Namun, kehadiran teman-temannya, oh ralat. Mereka bukan temannya. Mereka sombong dan angkuh. Gelas berbahan kaca yang terlihat lebih indah darinya, lebih menarik dan lebih membuat sang pemilik senang hingga akhirnya ia kini terbuang. Ia berfikir dengan hati yang sangat terasa pedih. Bukankah kita sama?

Sementara di lemari kaca yang sangat besar dan mewah, berdiri beberapa gelas kaca yang sangat indah. Terlihat anggun seakan sedang menebarkan pesonanya. Menawan dan sangat indah. Gelas kaca itu melirik ke arah samping yang terdapat beberapa temannya ada di sana.

Tersenyum sombong dan berkata, "Tidak akan ada yang bisa melebihi keindahan kita. Lihat pemilik kita, mereka sangat sering menggunakan kita daripada yang lain. Kalian tahu apa artinya? Pemilik begitu mencintai kita." Gelas kaca yang berada di tengah itu tersenyum dengan menatap teman-temannya satu persatu.

"Kamu benar, kita menjadi yang paling bersinar diantara yang lain. Tidak ada yang dapat mengalahkan kita." Gelas kaca di sebelah yang tidak kalah indah membuka suaranya.
Mereka tersenyum bersamaan.

"Hei, kita akan kembali digunakan. Ayo tebarkan pesona kalian," ujar Gelas Kaca pertama yang tadi berbicara, karena melihat sang pemilik berjalan ke arah mereka. Tanpa mereka sadari, Gelas Plastik Kecil terus menatap ke arah mereka. Menghembuskan nafas pelan dan menundukan kepalanya.

"Suatu saat nanti, kamu akan merasakan apa yang mereka rasakan saat ini." Suara lain membuat Gelas Plastik Kecil terkejut dan menoleh.

"Kakek, kamu membuatku terkejut. Sejak kapan Kakek berada di sini?" pekik Gelas Plastik Kecil yang kini sepenuhnya berbalik menghadap asal suara itu.

Di depannya, ada sebuah gelas berbahan stainless yang menyerupai mug yang sangat besar tengah menatapnya dengan senyum penuh arti. Gelas stainless besar itu di panggil kakek oleh yang lainnya karena sangat terlihat jika ia sudah tua. Namun, ia sangatlah bersejarah karena ia masih suka dipakai oleh para tetua yang berada di rumah ini. Gelas Plastik Kecil itu berjalan menghampiri gelas stainless besar.

"Apa maksud kakek, aku tidak paham," tanya Gelas Plastik Kecil yang hanya dibalas senyuman misterius oleh gelas stainless besar itu. Lalu gelas stainless besar itu pergi meninggalkannya yang kini menatap kepergiannya dengan raut penuh kebingungan.

"Kakek, tunggu! Apa maksud Kakek," teriak Gelas Plastik Kecil tetapi tak dihiraukan.

"Apa maksud kakek, ya?" gumam Gelas Plastik Kecil itu dan menatap kepergian gelas stainless yang kini mulai menjauh.

***
Malam harinya, saat semua barang-barang diletakan kembali ke tempat asalnya, Gelas Plastik Kecil sangat penasaran dengan lemari kaca yang besar dan mewah, tempat gelas kaca yang sering digunakan oleh sang pemilik. Ia keluar dari lemari lusuh yang ia tempati, lalu berjalan ke arah lemari kaca yang membuatnya begitu ingin berada di sana. Merasakan betapa luasnya tempat itu dan dapat dipandang oleh siapa pun saat mereka melewatinya 

Kini Gelas Plastik Kecil berada di depan lemari kaca yang menjulang tinggi di depan. Matanya menatap kagum dengan keindahan yang ada di hadapannya. Bahkan ia sampai tidak berkedip karena sangat terpesona. Mulutnya ikut terbuka saking kagum dengan tempat yang begitu istimewa itu. Ia berjalan menghampiri lemari kaca itu dan menempel pada lemari kaca itu.

"Tempat ini sangat indah, bagaimana rasanya jika berada di dalam sana, ya?" gumam Gelas Plastik Kecil seraya menempelkan dan menggesek tubuhnya. Memejamkan mata, membayangkan jika ia berada disana, "Pasti menyenangkan."

"Hei, kecil! Sedang apa di sana?" Ada suara yang membuatnya terkesiap dan membuka mata dengan segera dan melepaskan tubuh dan menjauh sedikit dari lemari kaca itu. Gelas Plastik Kecil mendongak dan menatap beberapa gelas kaca yang kini menatapnya tajam.

"Kembali ke tempatmu yang lusuh itu, gelas sepertimu tidak layak berada di lemari indah seperti ini," ucap salah satu Gelas Kaca itu.

"Benar, kamu itu tidak berguna lagi. jangan berharap untuk bisa berada di sini," ucap salah satu Gelas Kaca lainnya. Gelas Plastik Kecil menudukan kepalanya. Ia sangat sedih, mereka menghinanya sangat kasar hingga membuat hatinya sakit. Tanpa terasa bulir bening mengalir dari mata kecilnya.

"Untuk apa masih berada di sini? Kamu itu tidak tuli, kan? Kamu itu merusak keindahan kami!" bentak salah satu Gelas Kaca itu membuat Gelas Plastik Kecil itu mendongak dengan memancarkan kemarahan dari matanya.

"Memang mengapa jika aku berharap bisa berada di sana? Kita itu sama. Tidak ada yang berbeda diantara kita," pekik Gelas Plastik Kecil dengan raut kekesalan terpancar di wajahnya. Tanpa ia sadari ucapannya membuat gelas-gelas kaca itu marah.

"Tentu kita berbeda! Kamu lihat dirimu, begitu kumuh dan usang. Tidak ada yang menarik dari dirimu yang patut kamu banggakan. Bahkan hargamu juga pasti lebih murah daripada kami. Jadi sangat jelas jika kita berbeda. Paham!" ucap gelas kaca sangat kasar yang membuat Gelas Plastik Kecil seperti tertusuk dihatinya. Ia tidak bisa lagi menahan air mata dan menangis terisak di hadapan gelas-gelas kaca tersebut.

"Lebih baik kamu pergi sekarang! Jangan pernah kamu mencoba untuk kembali lagi atau memiliki harapan untuk bisa berada di sini bersama kami!" usir Gelas Kaca itu yang membuat Gelas Plastik Kecil berlari meninggalkan lemari kaca.

"Dasar tidak berguna."

***
Gelas plastik kecil masih setia dengan tangisannya. Ia kini berada di tempat gelap bawah meja makan. Menangis meraung-raung karena rasa sakit yang ia rasakan. Gelas-gelas kaca itu sangat jahat. Mereka semua sangat berbeda dengan tampilannya yang indah dan menawan.

"Me-memangnya apa yang berbeda, hiks. Kita sama-sama dibuat untuk menampung air untuk pemilik kita minum, hiks. Bukan karena tampilan yang membuat kita seakan tidak memiliki fungsi," isak Gelas Plastik Kecil.

"Mereka tidak layak berada di tempat seindah itu dengan sifat yang sangat buruk," tukasnya. Gelas kecil menghembuskan nafas berkali-kali untuk menahan airmata yang terus mendesaknya untuk menangis . Ia tidak boleh seperti ini.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Gelas Kecil, kamu tidak takut? Di sini gelap." terdengar suara yang membuat Gelas Plastik Kecil terkejut. Ia menoleh dan mendapati Gelas Stainless Besar ada di sampingnya.

"Kakek! kakek selalu membuatku terkejut. Kakek seperti hantu," ucap Gelas Plastik Kecil dan bergidik ngeri.

"Tunggu, kamu Kakek, 'kan? Kakek Stainless Besar, 'kan? Bukan hantu?" tanya Gelas Plastik Kecil memastikan membuat Gelas Stainless Besar mendengus kesal.

"Heii, mana ada hantu setampan aku," dumel Gelas Stainless Besar membuat Gelas Plastik Kecil mencibir.

"Memang ada benda yang tampan atau cantik. Setahuku tidak ada," ucap Gelas Plastik Kecil pelan.

"Sudah tahu kenapa bertanya!" tukas Gelas Stainless Besar dengan kesal.

"Ishhh, kamu memang Kakek Stainless. Dia kan memang menyebalkan," ucap Gelas Plastik Kecil membuat Gelas Stainless besar mendelik.

Gelas Plastik Kecil menyengir dan bersiap untuk berlari takut menerima hukuman dari ucapannya. Namun, sebelum itu terjadi suara Gelas Stainless Besar menahannya.

"Ada yang membuat kamu bersedih? Ingin bercerita?" tanya Gelas Stainless besar membuat Gelas Plastik Kecil tidak jadi untuk melangkah.

"Hmm ... para gelas kaca itu. Mereka sangat sombong. Aku tidak menyukai mereka," jawab Gelas Plastik Kecil membuat Gelas Stainless Besar mendekat dan berdiri di sampingnya.

"Apa yang memangnya mereka lalukan sampai kamu menangis seperti anak kecil seperti tadi?" tanya Gelas Stainless Besar itu dengan nada meremehkan.

"Kakek, aku memang masih kecil. Wajar saja aku menangis jika ada yang menyakiti perasaanku. Lagi pula mereka memang benar-benar jahat," jawab gelas plastik kecil membuat gelas stainless besar itu menoleh menatapnya.

"Sudah kukatakan, jika nanti kamu akan merasakan hal yang mereka rasakan saat ini. Kamu hanya perlu bersabar." Gelas Plastik Kecil mengrenyitkan keningnya.

"Sejak tadi Kakek selalu bicara seperti itu. Aku sungguh tidak mengerti," ucap Gelas Plastik Kecil membuat Gelas Stainless Besar lagi-lagi tersenyum misterius.

"Akan ada saatnya mereka tidak akan terpakai lagi," ucap Gelas Stainless besar yang lagi-lagi tidak dipahami Gelas Plastik Kecil.

***
Beberapa minggu setelah itu, para Gelas Kaca semakin sering meremehkan Gelas Plastik Kecil. Sering kali membuat gelas plastik kecil menangis. Namun, setiap Gelas Plastik Kecil bersedih, entah mengapa Gelas Stainless Besar selalu tahu dan selalu mendengarkan keluh kesahnya dan lagi-lagi mengucapkan kalimat yang sama yang masih belum Gelas Plastik Kecil pahami tetapi setidaknya meskipun gelas kakek-kakek itu menyebalkan, tapi ia pendengar yang baik. Bahkan sering kali ia mendapatkan nasihat juga semangat untuk tidak bersedih lagi karena hinaan dari para Gelas Kaca.

Hal itu pun membuat gelas plastik kecil tidak lagi bersedih. Ia menjadi lebih kuat dan tidak memperdulikan setiap ocehan dari para Gelas Kaca. Saat ini banyak lalu lalang orang di rumah sang pemilik. Tempat ini saat dihias begitu indah dengan ornamen berwarna putih. Banyak bunga-bunga mawar berada di sudut ruangan. itu membuat Gelas Plastik Kecil, para Gelas Kaca dan Gelas Stainless Besar yang saat ini bersamaan melihat merasa heran. Beberapa orang berjalan ke arah lemari kaca dan mengambil para Gelas Kaca. Sontak itu membuatnya bahagia karena sang pemilik lagi-lagi memilih mereka untuk digunakan. Para Gelas Kaca didirikan di sebuah meja bundar yang kini dihiasi begitu indah lalu para Gelas Kaca itu di tempelkan pita kupu-kupu kecil dan hiasan gaun putih kecil yang membuat tampilan mereka menjadi semakin indah.

Setelah mereka dihias begitu indah, para orang yang tadi menghias beralih ke tempat lain untuk merapihkan yang lain.

"Wah lihat aku, aku menjadi lebih cantik," ucap salah satu Gelas Kaca.

"Iya, aku juga cantik. Lihat kita memakai gaun yang membuat kita semakin cantik," ucap Gelas Kaca lainnya.

"Tapi ini acara apa? Mengapa kita dihias cantik seperti ini?" tanya salah satu Gelas lainnya.

"Tidak perlu dipikirkan, yang penting pemilik kita semakin mencintai kita," ucap Gelas Kaca yang berbicara pertama tadi. Para Gelas Kaca yang lain hanya menganggukan kepalanya bersamaan dan tersenyum senang.

Di lain tempat, gelas plastik kecil menatap para gelas kaca dengan nanar. Betapa beruntungnya mereka karena sang pemilik begitu sering menggunakannya. Ia sangat merasa iri, ia merasa saat inilah titik terendahnya. Tidak sanggup lagi menahan rasa sakitnya, ia benar-benar sakit melihat para gelas kaca itu sering di gunakan oleh sang pemilik. Tidakkah ia dibutuhkan lagi? batinnya.

"Jangan terlalu banyak berfikir. Sebentar lagi," ucap Gelas Stainless besar membuat Gelas Plastik Kecil menoleh.

"Kakek, aku sangat iri. Aku ingin menjadi mereka," lirih Gelas Plastik Kecil dan menatap Gelas Stainless Besar dengan mata berkaca.

"Untuk apa kamu iri, untuk apa kamu ingin menjadi mereka. Bersabarlah, Gelas Kecil," ucap gelas stainless besar membuat Gelas Plastik Kecil geram.

"Kakek, jelaskan padaku apa maksud setiap ucapan kakek?" tanya Gelas Plastik Kecil kesal. Namun, Gelas Stainless besar itu malah meninggalkannya.

"Kakek ...." Rengek Gelas Plastik Kecil dan berlari mengejar Gelas Stainless Besar itu. Ia harus mendapatkan jawabannya.

***
Ternyata sang pemilik mengadakan acara pernikahannya. Banyak sekali manusia yang datang ke acara pernikahan sang pemilik. Banyak juga dari mereka yang menggunakan para gelas kaca yang membuat para gelas kaca semakin menebarkan pesona serta senyuman bahagia.

Acara itu diselenggarakan sampai tengah malam. Setelah para manusia pulang satu persatu, kini tinggalah beberapa pelayan yang sedang merapihkan sisa-sisa pernikahan. Para Gelas Kaca kini ditempatkan di dapur untuk dibersihkan. Mereka berkumpul bersama di wajah kecil berwarna putih yang bersorak senang karena sukses membuat sang pemiliknya senang di hari bahagiannya.

Salah satu gelas kaca itu melihat Gelas Plastik Kecil berjalan tak jauh darinya dan dengan sombongnya, ia berkata, "Hei Kecil, sudah sadar dengan kejadian tadi? Kamu itu sudah tidak diinginkan lagi. Lebih baik, kamu pergi ke kardus besar yang ada di ujung sana dan tinggalah di sana selamanya."

"Sebentar lagi kalian juga akan berakhir di penyimpanan." Suara bass dari gelas stainless besar mengalihkan pandangan para Gelas Kaca dan Gelas Plastik Kecil.

"Hei Kakek, apa maksud kamu! Jangan bicara yang tidak akan mungkin terjadi?" tanya Gelas Kaca yang lebih dominan. Gelas Stainless Besar hanya tersenyum misterius.

"Ayo gelas kecil. Kita pergi," ucap Gelas Stainless besar yang tidak menjawab pertanyaan lebih memilih pergi.

***
Isakan tangis dari Gelas Plastik Kecil membuat Gelas Stainless Besar pusing mendengar tangisannya. Sejak tadi dia tidak mau berhenti. Ingin sekali rasanya mengetukkan tubuh besarnya kepada tubuh kecil Gelas Plastik Kecil itu hingga dia kesakitan. Namun, ia tidak sampai hati melakukannya mengingat gelas plastik kecil yang sedang bersedih tapi ia juga sangat kesal. Melakukannya sekali tidak apa-apa, kan? batinnya.

"Kakek, mereka jahat hikss.. hikss," isak gelas plastik kecil dengan sesenggukan.

"Ish, kamu ini berisik sekali. Aku sudah bilang padamu, bersabarlah," ucap Gelas Stainless Besar membuat Gelas Plastik Kecil menoleh.

"Bersabar dan bersabar. Sebenarnya apa maksud ucapan Kakek selama ini?" tanya Gelas Plastik kecil menggeram frustasi. Gelas Stainless Besar lagi-lagi hanya menampilkan senyum misteriusnya yang membuat Gelas Plastik Kecil rasanya ingin mendorong gelas tua itu dari ketinggian dan membuatnya penyok.

"Kamu akan tahu nanti. Jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh para Gelas Kaca itu," ucap Gelas Stainless Besar itu membuat Gelas Plastik Kecil mendesah parsah

"Apa jika aku bersabar aku akan mendapatkan kebahagiaan seperti dulu?" tanya Gelas Plastik Kecil membuat Gelas Stainless Besar tersenyum.

"Pasti."

***
Beberapa bulan kemudian Gelas Plastik Kecil tidak lagi menunjukan wajahnya pada para Gelas Kaca. Lebih tepatnya, ia kini sedang mengikuti ucapan dari gelas kakek tua untuk bersabar. Hari ini sang pemilik memiliki anggota baru di dalam keluarganya. Seorang bayi kecil yang sangat tampan. Begitu kecil dan merah. Sang pemilik mengadakan acara untuk penyambutan anggota baru mereka dan rasa syukur untuk sang pencipta. Para Gelas Kaca kembali bahagia saat mereka kembali digunakan di acara bahagia sang pemilik.

Gelas Plastik Kecil, hanya bisa diam dengan menatap para Gelas Kaca yang sedang digunakan. Ia menghembuskan nafas berkali-kali dan memilih pergi dari tempat itu.

"Sabar Gelas Kecil, kamu akan mendapatkan kebahagiaan nanti," ucapnya menyemangati diri sendiri. Gelas Stainless Besar tersenyum melihat Gelas Plastik Kecil lebih kuat dari sebelumya. Ia sungguh tidak sabar untuk melihat raut bahagia yang akan terpancar dari wajahnya dan buah dari kesabaran.

Beberapa bulan kemudian. Bayi kecil yang dulu sangat merah dan terlihat mungil, tumbuh menjadi bayi yang sangat aktif. Di umurnya yang sangat kecil, ia sudah dapat duduk, merangkak dan mencoba berdiri. Tak lama datang sang istri pemilik membawa makanan ke tempat sang bayi yang kini tengah duduk di karpet bulu dengan mainan di sekelilingnya. Dengan senyum senang sang istri pemilik melangkah mendekati bayi tampan itu dan duduk di hadapannya dengan menaruh gelas kaca itu tidak jauh dari mereka. Sang istri pemilik begitu telaten menyuapi sang bayi tampan yang begitu lahap.

"Praaak!" suara barang di lempar membuat istri sang pemilik menoleh dan tersenyum melihat bayi tampannya dengan sengaja melempar mainan untuk mengajaknya bermain. Bayi itu tersenyum sangat manis hingga membuatnya menjadi menggemaskan. Istri sang pemilik ikut tersenyun menaruh mangkuk kecil berisi bubur dilantai dan berjalan untuk mngambil mainan itu.

Selagi menunggu sang ibu mengambilkan mainannya, sang bayi tampan begitu penasaran saat melihat sebuah benda bening yang sangat indah, membuatnya merangkak untuk bisa menghampiri benda tersebut. Saat ia sampai di bawah sebuah meja yang diatasnya terdapat benda bening itu, ia memegang pinggiran meja dan berusaha berdiri.

"Bibibibi...." Bayi tampan itu mengoceh sembari menguatkan kakinya agar dapat berdiri. Sementara di tempat lain, Gelas Plastik Kecil yang berjalan, tidak sengaja melihat ke arah bayi mungil yang kini tengah berusaha berdiri. Awalnya ia tersenyum, bangga melihat anak dari sang pemilik tumbuh dengan sehat dan cepat tapi tiba-tiba senyumanya menghilang dan berganti dengan belalakkan mata dan ketakutan yang luar biasa. Bayi tampan itu berusaha meraih gelas kaca yang ada di atas meja. Itu sangat berbahaya, bagaimana jika Gelas itu jatuh dan pecah? Bagaimana jika bayi tampan itu terluka? Sungguh ia sangat takut. Apa yang harus ia lakukan?

Gelas plastik kecil mencari keberadaan sang ibu. Ia melihat sang istri dari pemiliknya sedang berjalan berlawanan dari dari sang bayi untuk mengambil sebuah mobilan kecil. Gelas plastik kecil semakin ketakutan saat melihat sang bayi hampir menggapai gelas kaca itu dan sang ibu masih juga belum menyadari bahaya yang akan menimpa anaknya.

Haruskah ia berteriak? Bagaimana mungkin?

Kini bayi tampan itu berdiri sempurna di depan meja dengan menopang tubuhnya dengan memgang sisi dari meja tersebut. Ia tersenyum saat melihat benda yang sejak tadi membuatnya penasaran, kini ada di depannya. Ia tidak menyadari hal apa yang akan terjadi padanya.

"Kamu ingin memegangku Hans yang tampan? Ayo pegang aku dengan tangan mungilmu itu," ucap gelas kaca itu dengan selalu melebarkan senyum .

"Bibibibibibi...." oceh bayi tampan itu membuat Gelas Kaca itu tertawa gemas.

"Ayo raih aku Hans yang tampan, aku menunggumu," ucap Gelas Kaca yang senang melihat tangan bayi tampan itu berusaha meraihnya.

"Sedikit lagi," ucap Gelas Kaca itu dan menatap bayi tampan itu dengan senang.

Hans hampir berhasil menggapai Gelas Kaca itu. Namun, pijakannya sedikit goyah karena ia hanya berpegangan dengan satu tangan tetapi dengan tekad yang sudah dimiliki bayi tampan itu, ia kembali berusaha menguatkan kakinya dan mencoba lagi meraih gelas kaca itu. Sampai tiba-tiba ...

Hap! Gelas kaca itu berhasil ada di tangan kanannya dan seketika juga kakinya melemah dan ia mulai goyah kembali. Gelas Kaca seketika panik melihat dirinya yang kini ada di genggaman bayi tampan itu bergoyang-goyang.

"Hans, lepaskan aku. Aku bisa jatuh dan pecah. Aku tidak mau hancur berkeping-keping," ucap Gelas Kaca panik lalu ....

"Praaang!"
"Huaaa ... hiks, hiks .... huaaa!"

Terdengar suara benda pecah dan tangisan dari bayi tampan itu. Bayi tampan itu jatuh berbarengan dengan pecahnya gelas. Seketika pula, sang ibu yang mengambil mainan berbalik dan berlari menghampiri. Sang ibu ikut menangis saat meliha bayi tampannya terluka karena terkena pecahan kaca yang pecah di sampingnya. Ia memanggil sang suami dan saat itu juga mereka pergi ke rumah sakit. Sekembalinya sang pemilik, dia meminta para pelayan untuk menyimpan semua gelas kaca dan menggantinya dengan gelas plastik.

***
Gelas plastik kecil tidak menyangka jika dirinya kini akan digunakan lagi. Apalagi kini ia menjadi gelas khusus untuk bayi tampan itu dan Hans juga tampak senang dengannya. Ia menatap Gelas Kaca dan Gelas Stainless Besar yang berada tidak jauh dari pandangannya.
Inilah buah kesabaran selama ini.

Bukankah kita sama?

-selesai-

Picture by : Pinterest
Diubah oleh lin.dwija 14-05-2019 10:00
febrianaryna
tsuway.c001
anasabila
anasabila dan 26 lainnya memberi reputasi
27
3.5K
116
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan