n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Tolak Ucapkan 'Innalillahi' untuk Ani Yudhoyono, Warganet Ini Dikecam


Tolak Ucapkan 'Innalillahi' untuk Ani Yudhoyono, Warganet Ini Dikecam

Seorang warganet melontarkan ujaran tak pantas di tengah duka wafatnya Ani Yudhoyono.

Suara.com - Seorang warganet membuat status tidak pantas di tengah duka wafatnya mantan Ibu Negara Ani Yudhoyono usai berjuang melawan kanker, Sabtu (1/6/2019).

Dalam statusnya, warganet itu menolak mengucapkan bacaan istirja atau tarji untuk Ani Yudhoyono hanya karena tidak berjilbab dan bernama asli Kristiani.

Berikut status yang ditulis warganet pengguna akun jejaring Facebook 'A**i P Wi****mi' seperti dikutip SUARA.com, Senin (3/6/2019):

"Sorry sist! Nggak ada ucapan innalilahi bagi perempuan yang mati tak berhijab? dan bernama Kristiani pula... #daripadaragu,"demikian tulisan akun tersebut.



Tak pelak, ujaran tak pantas ini menuai kecaman dari banyak warganet. Tak terkecuali, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi.

Kecaman itu dilontarkan Dedek melalui akun Twitter @Uki23. Dia berkicau, iman tidak akan bikin seseorang pantas untuk menghakimi keimanan orang lain.

"Imanmu tidak akan membuatmu merasa pantas menghakimi keimanan orang lain. Itu ego, bukan iman," cuit Dedek Prayudi.

Dia juga mengunggah status yang dibuat pengguna akun Facebook tersebut. Diunggah, sosok yang ada di foto akun Facebook: seorang laki-laki paruh baya.

Terlihat, rambutnya putih. Dia sedang bertolak pinggang di depan bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid.



Kecaman juga dilontarkan pengguna Twitter Dumdum @yusuf_dumdum yang merupakan simpatisan Jokowi.

"Banyak yang beragama namun justru kehilangan sisi kemanusiaannya. "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"
(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali). (Al-Baqarah 2:156),"
cuit akun @yusuf_dumdum.



Seperti diketahui, bacaan istirja atau tarji merupakan kalimat 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un'. Kalimat itu merupakan potongan dari ayat Alquran, dari Surat Al Baqarah ayat 156.

Istirja merupakan frase umat Islam apabila seseorang tertimpa musibah dan biasanya diucapkan apabila menerima kabar duka cita seseorang.
sumber

============

Dan terjadi lagi....
Selalu saja ada manusia yang merasa berhak untuk mengadili keimanan orang lain, padahal dia sendiri dijamin tak akan pernah bisa mengukur kadar keimanannya sendiri, termasuk penilaian Al-Hakim terhadap dirinya.

Lantas mengapa selalu saja ada orang seperti ini?
Jawabannya sebenarnya mudah. Sebab mereka tak mengerti. Mereka tak mengerti akan perbedaan ego dan iman. Merasa kalau bisa menghujat aqidah seseorang itu adalah bukti tingginya dan besarnya iman mereka, dan ganjarannya adalah pahala serta surga. Merasa dia lebih baik dari orang lain. Ingin mendapat pujian orang lain. Ingin dipandang lebih dibanding orang lain. Padahal.... tolol.

Manusia-manusia picik ini telah menyatukan pandangan mata mereka dengan halusinasi, pendengaran mereka dengan kabar burung, dan pikiran mereka dengan seonggok kotoran. Mereka akan mengamini siapapun juga yang sehaluan dengannya, tak peduli namanya, tak peduli keimanannya, tak peduli ucapannya yang mengandung fitnah. Dijamin!

Ketika orang-orang Indonesia berlomba-lomba berbicara dengan istilah-istilah Islam, istilah-istilah Arab, apakah lantas otomatis meninggikan iman? Atau bukan cuma untuk gaya-gayaan? Padahal Allah tidak suka dengan yang berlebih-lebihan.

Ketika tokoh-tokoh badut Indonesia berlomba-lomba merubah namanya menjadi kearab-araban, sampai susah buat dibaca, apa yang dicari? Biar terlihat keren? Islami? Lantas mendadak menjadi tinggi kadar keimanannya? Terjaga ucapannya? Mulia akhlaknya? Auto surga?

Kagak!!!!

Mereka hanya membungkus yang busuk agar terlihat bagus. Tapi hati....Hati yang tercermin dari setiap tindakan seseorang, ucapan seseorang, nyatanya tidak berubah. Yang busuk tetap busuk.

Kalau nama Kristiani Herawati sebagai nama asli Ibu Ani Yudhoyono digugat tidak islami sehingga diragukan keislamannya, apakah nama Felix Siauw mencerminkan keislaman? Cheng Ho mencerminkan keislaman? Jerry D Gray mencerminkan keislaman?Lalu bagaimana caranya manusia-manusia bodoh yang merasa pintar, membedakan tingkat keislaman seseorang melalui nama?

Apakah saat lahirnya NU dan Muhammadiyah lantas membuat muslim anggotanya mendadak ganti nama? Tidak. Mereka tetap pakai nama Indonesia. Dan tidak sama sekali melunturkan aqidah. Mulyono ya Mulyono. Sugeng ya Sugeng. Tumini ya Tumini. Ratna ya Ratna. Mereka tak mengganti dengan nama Al Kotot, Al Nyolot, Al Bolot, dan lain-lain.

Dia, warganet bodoh yang mempermasalahkan nama ini pastinya tak akan tahu siapa Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker. Pastinya dia akan bilang kalau nama ini adalah nama warga negara Belanda atau Perancis. Ini sama bodohnya dengan mereka yang mempermasalahkan celana jeans rapi dan kaos gelap tangan panjang untuk melayat, sementara mereka tak bisa mengeluarkan dalilnya.

Dan sayangnya, orang-orang bodoh ini terkesan bangga dengan kebodohannya. Bagi mereka, makin bodoh adalah kebanggaan. Sama bangganya ketika mereka makin diserang dengan balasan komentar.



Ketika bodoh telah menjadi pilihan dan jalan hidup, maka tak akan ada lagi kesempatan untuk kembali.
Jadi, matilah kau dengan kebodohan itu.


===============

Quote:


===============

Diubah oleh n4z1.v8 03-06-2019 19:04
aakalma
asukashin
hantumasam
hantumasam dan 58 lainnya memberi reputasi
59
14.2K
242
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan