riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Acara yang Gak Alay yang Gimana Sih?
Hai GanSis!! Adakah diantara GanSis disini masih suka nonton Televisi? Atau lebih sering nge-Youtube? Kalau saya sih dua-duanya ditonton. Why not? Tontonan gratis kok disia-siakan. Haha...

Quote:


Saya dengar dan mungkin kamu suka merasakan, kalau orang-orang kini lebih suka nge-youtube atau streaming film. Ketimbang nonton tv. Katanya mereka-mereka itu tayangan tv sekarang uda gak mendidik dan ALAY!!

Tapi apa tayangan atau konten video di Youtube sudah lebih baik dibanding tayangan tv? Kok saya dengar-dengar konten Youtube kini mulai banyak yang settingan dan menjurus alay. Bener gitu gak sih..

Ya itu benar sekali. Satu, dua, ratusan, bahkan ribuan video Youtube layak disebut gak mutu bahkan sampah. Tapi bukan berarti konten Youtube semuanya begitu. Pandai dan bijaklah memilih channel Youtube yang ingin kamu tonton dan subscribe.

Inilah keunggulan Youtube, banyak pilihannya. Keunggulan demikian bisa kamu miliki pada tayangan tv. Hanya saja perlu berlangganan tv kabel. Lebih banyak pilihan channel di tv berlangganan.

Artinya apa? Duit. Of course!!

Sudah menjadi rahasia umum. Sebenarnya bukan hanya duit. Tapi juga soal selera penonton. Banyak kritik pada stasiun tv terkait tayangan yang gak bermutu, gak mendidik, dan alay.

Namun nyatanya, rating lah yang berbicara. Banyak orang gak suka sinetron, reality show (settingan) dan komedi (celaan). Tapi rating acara yang seperti itu justru tinggi. Sebaliknya acara yang dianggap lebih mendidik justru sepi peminat.

Kalau soal acara tv yang lebih mendidik, positif dan berkualitas. Bagi saya, Net TV, Kompas TV, Talkshow di Metro dan TV One juga bagus. Tv lokal seperti DAAI TV juga bagus. Amannya sih, tonton aja TVRI yang penuh kearifan lokal dan tv nasional yang gak cuma menyiarkan Jakarta & Jawa saja. Tapi nyatanya acara berlabel hiburan lebih diminati, sekalipun nilai pendidikannya kurang.



Selanjutnya kritik pada serial kartun. Orang-orang, terutama para orang tua memprotes kartun Spongebob yang gak mendidik. Begitupun Doraemon, karakter Nobi Nobita yang pemalas dianggap tidak layak dicontoh.

Namun, ada Adit & Sopo Jarwo. Karakter Adit yang digambarkan anak baik-baik, patuh orang tua dan sayang adik. Seharusnya animasi asli Indonesia ini paling banyak ditonton. Tapi gak gitukan kenyataannya. Sama animasi tetangga saja masih kalah populer.

Upin & Upin, bila dibandingkan dengan Adit. Tentunya Adit lebih baik budi dibanding Upin & Ipin yang masih ada nakal-nakalnya. Tapi hasilnya Upin & Ipin lebih laku dipasaran. Bila dibandingkan dengan Doraemon dan Spongebob, tentu serial Upin & Ipin dan Adit & Sopo Jarwo masih kalah tenar.

Secara penilaian kasar, tontonan yang lebih "nakal" dan kontroversional lebih digemari. That's it. Gak perlu di bantah. Video Lucinta Luna ngamuk saja bisa jadi trending di Youtube. Mau Bukti apa lagi. Meminjam kata yang sering diucapkan pak Prabowo, PARADOKS.

Baiklah GanSis, jadi sekarang pertanyaannya ialah "Acara yang gak alay itu yang seperti apasih?"

Pertanyaan mudah, tapi jawabnya susah. Sama seperti kalau ditanya "ukuran cakep dan jeleknya seseorang itu seperti apa?" Relatif dan sesuai selera.

Pihak stasiun tv juga bingung. Mau bikin acara tv yang penuh dengan nilai pendidik, agama dan budaya. Penontonnya sedikit. Karena kita jangan hanya menuding acaranya yang alay. Namun faktanya penontonnya yang suka nonton seperti itu, alay.

Bikin sebuah program dan konten tv itu mahal. Tentunya harus disesuaikan pasar. Gak bisa sok idealis tanpa pedulikan pasar.

Begitupun untuk penonton. Bila ingin tontonan yang dianggap berkualitas, tentunya jangan harapkan pada siaran tv gratis.

Tapikan kalau berlangganan tv berbayar mesti bayar mahal? Yauda, jangan nonton tv. Selesai.

Tapi kalau mau nonton hiburan nanti darimana? Makanya nonton yang baik-baik aja. Jangan nonton yang aneh-aneh. Orang tua juga perlu awasi tontonan anaknya.

Jadi sekarang apa? Kita boleh-boleh saja mengkritik bahkan protes acara tv yang alay-alay. Tapi kalau nuntut mereka (stasiun tv) untuk membuat acara tv sesuai idelialisme kamu. Saya rasa kurang tepat. Tentunya pihak stasiun tv punya mekanisme sendiri yaitu sesuai dengan selera pasar yang gak bisa diubah gitu saja. Saya baca sebuah artikel di Tirto, dan menariknya mereka menyebut kondisi demikian sebagai "rezim rating". Haha nikmati saja.

Kemudian, apalagi kalau sampai kita protes dan nuntut para Youtuber untuk membuat tontonan berkualitas. Bikin sebuah konten berkualitas tentunya butuh budget gede untuk produksi. Apalah dayaku yang hanya penonton gratisan.

Haha... Sudahlah. Bila posisi kita terus-terusan sebagai penonton dan penikmat saja. Gak ada kata puas. Kritik ini, protes ini. Gitu aja terus sampai Lucinta Luna masuk tv.

Mau sampai kapan begitu terus. Kenapa gak usaha bikin tontonan sendiri, konten sendiri dan berkarya sendiri. Sederhananya bila kita gak suka sama karya orang lain, ya jangan dinikmati. Kritik itu penting. Agar orang tersebut paham dirinya salah. Tapi keadaan akan begitu terus, bila kita hanya protes karya orang lain. Sementara kita diam saja dan gak bikin karya apapun.

Oleh Rianda Prayoga. Binjai, 10 Mei 2019 (5 Ramadan 1440 H)

Spoiler for Sumber & referensi:
glofarilestari
jmontefiore
lexanni21
lexanni21 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
7.5K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan