Amien Rais-Djoko Santoso Hadiri Syukuran Klaim Kemenangan Prabowo di TMII

Jakarta - Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais hingga Ketua BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Djoko Santoso menghadiri acara syukuran klaim kemenangan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Prabowo juga dijadwalkan akan hadir.

Pantauan detikcom, acara 'Syukuran dan Munajat Kemenangan Prabowo-Sandi' itu digelar di Padepokan Pencak Silat TMII, Rabu (24/4/2019), Amien Rais yang mendapat kesempatan lebih dulu untuk memberikan sambutan, menyinggung Moeldoko yang disebutnya menerapkan total war.

"Saya akan menyampaikan catatan sedikit pada pertengahan Maret, tokoh salah satu di pemerintahan sekarang ini kalau tidak salah namanya Moeldoko, dia mengatakan akan menerapkan perang total atau total war, di sana dikatakan pemerintah akan menggunakan segenap daya dan dana kemampuan pemerintah untuk mencapai 70% masuk ke calon 01," ujar Amien.



Amien Rais lalu menyinggung soal Capres Jokowi yang pernah mengatakan dihina selama 4 tahun. Saat itu, kata Amien, Jokowi menurutkan akan melawan.

"Sebulan setelah itu pada pertengahan April Pak petahana mengatakan saya 4 tahun dihina, direndahkan tapi di sini saya akan lawan. Bro, yang dilawan siapa? Jadi Pak Jae akan melawan rakyatnya sendiri. Maka itu saya mengingatkan bahwa demokrasi kita sudah bersubstansi otoriterisme," sambungnya.

Amin mengaku tak gentar dengan seruan total war yang menurutnya sempat diucapkan Moeldoko. Sebab, menurutnya, pemerintah tak bisa mengalahkan suara rakyat.

"Tidak ada dalam sejarah kemanusiaan ada penguasa bisa mengalahkan kemampuan rakyat. Pak Lurah Indonesia ini jangan main-main dengan kekuasaan," ujarnya.

Hingga pukul 14.15 WIB, Prabowo belum tampak hadir di lokasi. Sementara itu, setelah Amien menyampaikan pidato, giliran ustaz Bachtiar Nasir menyampaikan sambutan.
Sumber

==========================



SENGKUNI

Dalam kisah pewayangan, tokoh ini adalah representasi dari seseorang yang licik, penuh dendam kesumat, pemecah belah, provokator.

Kisah pewayangan yang dianggap fiksi menunjukan sedikit kebenarannya tentang perilaku seorang manusia di Indonesia ini. Manusia yang tidak pernah bisa menghargai orang lain. Manusia yang merasa DNAnya suci dan bersih. Manusia yang merasa punya jasa besar bagi Republik ini. Manusia yang pernah tidak laku menjual dirinya kepara rakyat Indonesia sehingga diabaikan dalam konstelasi pemilihan Presiden dimasa lalu. Manusia yang sesumbar menghancurkan kolusi, korupsi, dan nepotisme, tetapi justru berkolusi dengan kelompok licik, korupsi padasejarah, dan mempertontonkan nepotisme keluarga dengan membiarkan seluruh anaknya menjadi caleg. Manusia yang membiarkan anaknya yang bergelar dokter gigi membuat hoax dengan bangga, melecehkan seorang dokter ahli bedah kosmetik.

Sengkuni Rasis adalah contoh sebaik-baiknya yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Ketika Allah memberi umur panjang kepada seseorang, maka ada 2 hal yang pastinya melatari. Satu, untuk introspeksi diri sebelum datangnya ajal. Kedua, untuk memberi pelajaran kepada orang lain dengan melihat seluruh kehidupan orang yang berumur panjang tersebut.

Bicara soal perang total dalam pertarungan politik, hal itu adalah sebuah kewajaran. Pertarungan politik bisa dimenangkan dengan memberi bukti nyata hasil kerja. Dengan menggerakan mesin partai. Menyatukan seluruh kader partai dan pendukung dalam satu barisan yang kuat, tak goyah oleh serangan bertubi-tubi. Tapi oleh Sengkuni dianggap sebuah pernyataan ketidakwajaran. Dianggap sebagai persiapan kecurangan. Terlalu naif!

Ketika seseorang memanggil nama orang lain dengan panggilan yang melecehkan, maka dia memberi ruang yang sama untuk dilecehkan juga dengan panggilan yang bernada menghina. Itulah keadilan. Jadi tak salah apabila kita memanggil manusia licik ini dengan panggilan Sengkuni Rasis.

Jokowi mampu menjadi Presiden. Amien Raiso.

Ketika jabatan Presiden dilecehkan, maka sebenarnya itu cerminan dari dendam yang tak berkesudahan, dimana diri orang ini dicampakan begitu saja dalam pemilihan presiden dimasa lalu. Itu artinya rakyat tahu mana yang terbaik bagi bangsa ini. Tapi manusia ini seperti tak pernah mau melihat kenyataan.

Ketika berbicara agama, ketika berbicara tentang kekuasaan Allah, ketika berbicara tentang ayat-ayat suci, mereka berbicara hingga berbusa-busa, seolah-olah merekalah pemilik kebenaran, merekalah pemilik agama yang sah. Merekalah pemilik ayat-ayat Allah yang terpilih. Tetapi ketika diberikan fakta bahwa Allah Maha Pemilik Takdir, mereka mengingkari berjamaah! Mereka melawan kehendak Allah! Mereka melawan Hak Prerogatif Allah!

Jokowi menjadi Presiden adalah takdirnya yang telah digariskan Allah bagi bangsa ini.
Jokowi terpilih lagi menjadi presiden adalah Takdir Allah.
Ketika Allah memberi ketetapan, maka biarpun jutaan orang mendukung Prabowo, ribuan orang bergelar ulama atau ustadz berbaris membentengi Prabowo, akan sia-sia ketika Allah Berkehendak. Tak pernahkah mereka menyadari akan adanya Asmaul Husna?

Kegilaan ini akan terus terjadi hingga KPU selesai menetapkan presiden terpilih. Ini belum selesai. Bukan cuma satu atau dua ustadz saja yang akan menghina Ulama. Ini akan bertambah. Para Ustadz ini menjual dirinya membela seseorang yang untuk mengucap kebesaran nama Rasulullah saja tidak bisa.

Dan ini sebenarnya bukan pertarungan antara Jokowi dengan Prabowo.
Ini pertarungan antara Jokowi dengan Habib Rizieq.
Ini Pilpres antara Jokowi dengan Habib Rizieq.
Semua pemuka agama dibelakang Prabowo bukan tunduk pada perintah Prabowo, tetapi tunduk pada perintah Habib Rizieq.

Semoga dimasa pemerintahan Jokowi untuk kedua kalinya, ketegasan pemerintah akan mempunyai momentum yang besar.

Bersihkan bangsa dan negara ini dari para pengganggu, mereka yang mendompleng keBhinnekaan, Pancasila, UUD 45, dengan topeng yang mulai terbuka.

Seret Sengkuni ke penjara!