Digital yang mulai menggeliat hingga muncul di debat para calon pemimpin negara. Yaitu dunia digital dari hulu hingga hilir adanya perubahan zaman yang tak bisa dibendung, dengan adanya unicorn dan e-sport yang sukses di tampilkan di Asian Games membuat kita harus sadar dunia digital bukanlah hal remeh temeh.

Seperti e sport ialah satu cabang Olahraga digital yang tak bisa dipandang remeh, banyaknya perputaran ekonomi di dalam dunia tersebut baik developer, user dan juga kompetisinya, lalu bagaimana dengan pemilu kali ini ? Sayang sekali di tengah dunia digital yang cukup berkembang nampaknya pemilu masih menggunakan cara konvesional, dengan mencoblos surat suara yang dilipat bahkan cenderung tidak efektif ketika banyak kasus logistik pemilu yang belum sampai.

Banyaknya dugaan kecurangan hingga KPU sendiri sering input salah data, maka tentu saja tidak salah bila human error ini kedepannya harus di minimalisir, maklum data yang salah input terindikasi hanya paslon tertentu yang di kurangi hasilnya dari C1.

Padahal di dalam dunia online pemilu pun bisa dilakukan secara online melalui situs pemilu kpu dengan registrasi ktp dan foto diri di smartphone lalu kirim ke kpu di hari yang di tentukan. Lemahnya cara ini ditakutkan bisa memilih ganda, maka di pakai cara seperti biasa namun secara online.



Sistem digital dengan cara seperti biasa datang ke TPS tapi memilih dengan menyentuh layar touch screen yang disediakan untuk warga yang ingin partisipasi, sehingga penghitungan suara otomatis akan terakumulasi secara sempurna namun hasilnya bisa dilihat ketika partisipasi masyarakat sudah semua memberikan suaranya. Selain surat pendaftaran sebelum memilih akan ada foto diri, atau bila identitas warga sudah modern maka sidik jari pun bisa dipakai untuk mengakses halaman pemilihan suara.



Atau memilih dengan smartphone di rumah, dengan data diri dan foto diri untuk mengakses ke dalam situs pemilu online, itu juga menyingkat waktu para pemilih yang ingin bepergian.



Banyak cara yang bisa dipakai ada sistem e votting layaknya mesin atm dengan mengeluarkan struk bukti surat suara yang di masukkan ke dalam kotak suara, tapi setidaknya perhitungan otomatis dan ada bukti manual bila terjadi rusaknya sistem, karena hack atau masalah yang lain.

Sistem ini dinilai lebih efektif, memang biaya yang akan dikeluarkan mahal tapi hasil yang di dapat akurat dan meminimalisir kecurangan oleh oknum KPU sendiri. Surat suara terconlos sendiri sudah tak ada lagi dan 1 man 1 vote pun lebih bisa adil tak perlu tinta dengan mencelupkan jari, sebab bila ingin curang bekas tinta di gosok dengan autan dan jeruk nipis bisa luntur hari itu juga.



Apakah di 2024 nanti sistem pemilu sudah digital, saya harap begitu maraknya dunia digital di zaman saat ini memang mengubah anak-anak muda sekarang yang lebih familiar dengan gadget dibandingkan dengan kertas, e book, e ktp, e tol, dan lainnya sanggupkah e pemilu di hadirkan yang sering disebut e votting.

Atau masih mengurusi masalah swasembada pangan, masalah militer yang belum kuat, masalah import Tenaga Kerja Asing hingga dunia digital dianggap sebelah mata. Nampaknya kita perlu orang yang cerdas dengan pemikiran yang sehat dan berjiwa millenial karena dari dunia digital mereka bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan. Jangan remehkan digital yang selalu berkembang tiap detiknya, hingga uang digital pun menjadi fakta nyata saat ini dimana ada go pay dan ovo yang bisa menjadi alat pembayaran membeli sebuah barang.



Nah bagaimana nih pendapat agan dan sista semua, silahkan komentar, beri TS cendol, follow, rate bintang 5, dan tentu juga jangan lupa share and like karena semua itu gratis !! 



c4punk@2019
referensi tulisan

Gambar google

GIF