n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Partai Gerindra Ancam Kerahkan People Power untuk Pertahankan Klaim Kemenangan


Partai Gerindra Ancam Kerahkan People Power untuk Pertahankan Klaim Kemenangan Pilpres 2019

Partai Gerindra ancam lakukan cara inkonstitusional guna mempertahankan kemenangan Pilpres yang diklaim Prabowo Subianto melalui people power.

Partai Gerindra akan kerahkan people power untuk pertahakan hitungan suara mereka.

Hal ini disampaikan Dewan Penasehat Partai Gerindra Muhammad Syafii yang juga Pendiri Rumah Aspirasi Romo Center Raden usai Salat Jumat di Masjid Al Jihad, Jumat (19/4/2019).

"Kalau memang hitungan yang telah kami lakukan tidak bisa mereka terima dengan cara yang konstitusional, kami memang akan memilih people power untuk mempertahanankan kemenangan yang bisa dipertanggungjawabkan," kata pria yang akrab disapa Romo.

Menurutnya kemenangan pasangan capres 02 Prabowo-Sandi tidak meleset dari perolehan suara 63 persen seperti yang dinyatakan sebelumnya.

Romo mengatakan kemenangan itu diperoleh melalui real count melalui form C1 yang cukup kredibel.

Namun tidak disebutkan apa indikator kredibel yang disebukan Romo itu. Dia hanya mengatakan melalui 'wadah kredibel' yang masih dirahasiakan.


"Wadah ini ada setiap desa, mereka mengumpulkan C1 yang ada di desa-desa. Dan ini yang kita hitung di BPN pusat sudah mencapai 79 persen. Gak pernah bergeser dari kemenangan Prabowo di 63 peresen," ujar Romo.

Pihaknya tidak akan terima kalau ada pengumuman-pengumuman baik itu real count maupun quick count yang menunjukkan hasil yang berbeda.

"Pengumuman berbeda kita tidak akan bisa kita terima. Tapi kami juga kurang percaya. Toh penyelesaiannya akan dilakukan di Mahkamah Konstitusi," katanya.

Tapi kalau pemungutan suara secara real dilakukan dari masyarakat, pihaknya tidak bisa memungkiri kalau Prabowo yang menang dalam pemilu dari data yang mereka miliki.

"Dengan data yang legal, yang kami miliki. Walaupun mereka bukan lembaga resmi yang mengumpulkan data-datanya," kata Romo.

Sementara itu Tim Advokasi dan Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga melaporkan sejumlah lembaga surveipolitik ke Komisi Pemilihan Umum ( KPU).

Mereka menuding, beberapa hari ini sejunlah lembaga survei menyampaikan berita-berita yang tidak benar, hoaks, dan menyesatkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil hitung cepat yang mereka rilis.

"Yang dilaporkan ada LSI Denny JA, kemudian Indo Barometer, Charta Politika, SMRC, Poltracking dan Voxpol. Beberapa lembaga survei ini kami menduga mereka pasti ada orderan untuk kemudian membuat quick count seperti ini," kata Koordinator Pelaporan Djamaluddin Koedoeboen, di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2019).

Pelapor menuding, sejumlah lembaga survei itu terkesan menjadi tim sukses pasangan calon tertentu.

Sebab, fakta di lapangan menunjukan hasil yang berbeda dengan hitung cepat yang ditayangkan di beberapa televisi.

"Ada yang hasil perhitungannya bahkan melebihi 100 persen dari jumlah pemilih itu sendiri. Ada yang jumlah persentase yang dipaparkan di atasnya berbeda dengan apa yang ada di layar monitor itu sendiri," ujar Djamaluddin.

Apalagi, saat ini KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu belum mengumumkan hasil penghitungan suara secara resmi.

Untuk menjaga netralitas, pelapor meminta supaya KPU memberi sanksi dan mencabut izin lembaga survei.

"Kami minta secara tegas KPU untuk mencabut kembali segala izin-izin yang diberikan kepada mereka. Dan kalau bisa memang lembaga survei untuk sementara jangan pernah menyiarkan apapun lagi untuk mengisi ruang-ruang publik," kata Djamaluddin.

Setelah melapor ke KPU, Djamaluddin juga berencana melaporkan lembaga-lembaga survei tersebut ke Badan Pengawas Pemilu.

KPU tak berwenang


Menanggapi hal tersebut, Ketua KPU Arief Budiman meminta pihak yang menemukan adanya dugaan pelanggaran melapor ke asosiasi lembaga survei politik.

KPU, kata Arief, bukan pihak yang berhak untuk mengakui sebuah lembaga survei politik terpercaya atau tidak.

"KPU bukan lembaga yang mengakui lembaga survei terpercaya atau tidak terpercaya. KPU itu di undang-undang disebutkan kalau mau jadi lembaga survei (yang merilis hitung cepat) harus terdaftar di KPU," kata Arief di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2019).

Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin memenangi Pemilu Presiden 2019 berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count sembilan lembaga.

Suara pasangan nomor urut 01 itu unggul atas pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Kamis (18/4/2019) pukul 08.30 WIB, hasil quick count sembilan lembaga belum mencapai 100 persen data masuk.

Namun, sisa suara sampel yang belum masuk tidak akan mengubah posisi perolehan suara berdasarkan hasil quick count.


Lima dari sembilan lembaga survei tersebut menjadi bagian dari enam lembaga survei yang dilaporkan Tim Advokasi Hukum BPN Prabowo-Sandiaga, yaitu Indo Barometer, Charta Politika, Poltracking, SMRC, dan LSI Denny JA. (*)
Sumber

============================



Mengancam seolah-olah nyawa rakyat tak berharga sama sekali. Atau memang nyawa pendukung kubu 02 tak berharga dimata para pemimpin kubu 02? Segitu murahkah nyawa mereka hanya untuk memuaskan nafsu memperoleh kekuasaan?

Apa repotnya membuka data yang kalian punya?
Kalau PDIP berani membuka data secara terang benderang, kenapa kalian hanya bisa lempar batu sembunyi tangan?



Melaporkan lembaga survey yang memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin?
Lantas kalau memenangkan Prabowo-Sandi seperti jurdil2019.org tidak dilaporkan?

Coba tengok hasil real count KPU vs PDIP vs Jurdil2019.org.
Mana yang berbeda, mana yang tidak?

Hitung-hitungan people power, pasti yang akan maju adalah kader Gerindra, FPI, HTI.

Demokrat? Akan menyingkir jauh-jauh. Toh bagi mereka tak ada gunanya sama sekali bagi kepentingan Demokrat. "Bodo amat!," begitu mungkin seperti meme yang banyak beredar di masyarakat.

PKS? Wow. Mereka sudah anteng ongkang-ongkang kaki di kursi goyang. Strategi mereka mengancam Allah telah berhasil sukses. Jualan SIM seumur hidup dan Pajak Motor gratis telah membius jutaan pemilih partai ini. Mereka sukses melenggang ke Parlemen. Buat people power nampaknya mereka akan bersikap wait and see.

PAN? Kader mereka tak semilitan Gerindra. Bahkan ucapan petinggi mereka Amien Rais aja banyak yang tidak suka. Tak mungkin mereka akan ikhlas membantu Prabowo untuk melakukan people power.

Satu yang para petinggi Gerindra lupa.
Dibelakang Jokowi-Ma'ruf Amin berbaris jutaan para kader partai pendukung beserta underbouw partai yang tentunya akan bahu membahu menyelamatkan arah kebijakan pemerintah serta membela kepentingan negara.



Ini belum termasuk TNI-POLRI yang mempunyai doktrin politik negara. Artinya mereka akan melibas siapapun yang akan mengancam keutuhan negara dan bangsa.

Jadi saran kami sebagai pendukung 01 buat seluruh pendukung kubu 02.
Pakailah pikiran sehat dan logika sehat. Jangan lagi memakai logika sesat berbungkuskan akal sehat.

Jangan mau ditunggangi oleh kepentingan oknum-oknum yang ingin bangsa dan negara ini pecah berantakan.

1 untuk semua, semua untuk 1.
Persatuan yang utama.
Kekuasaan nomor 2.




Diubah oleh n4z1.v8 20-04-2019 05:40
52
19.8K
273
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan