TaraAnggaraAvatar border
TS
TaraAnggara
Memaafkan, Tapi Tak Melupakan

Sumber gambar: www.pixabay.com


Aku memandang benci pada lelaki berbadan atletis yang baru saja turun dari mobil sedan berwarna hitam, tidak jauh dari tempatku berada. Penampilannya masih sama seperti dulu, rambut gondrong dan gaya berpakaian yang cenderung simpel. Melihtnya muncul di hadapan, membawa anganku melayang pada peristiwa satu tahun lalu.

***
Siang itu, mataku terbelalak melihat Rendi sedang bermesraan dengan wanita lain di teras saat aku sampai di rumahnya. Kedua tangan mereka saling berpegangan erat di atas meja.

"Apa-apaan ini?! Sergahku sambil meletakkan satu box kue tart di hadapan mereka secara kasar.

"La ... Laras, kok kamu ada di sini?" Rendi tergagap. Dia tampak terkejut melihat kehadiranku.

Tentu saja! Yang ia tahu aku sedang menginap di rumah saudara dan baru akan kembali ke Jakarta minggu depan.

"Sayang, dia siapa?" sela wanita yang tak kuketahui siapa namanya pada Rendi dengan wajah bingung.

"Sayang?" Aku mendengus sambil menatap Rendi tajam. Aku sengaja pulang lebih awal karena berniat memberi kejutan di hari ulang tahunnya, namun ternyata justru aku yang mendapat kejutan.

"Laras, aku bisa jelasin semuanya," rintih Rendi. Dia berusaha memaut pergelangan tangan kiriku, namun dengan cepat aku mengempaskannya.

"Tidak ada yang perlu di jelasin, semuanya sudah jelas!" sahutku tegas tak memberinya kesempatan bicara.

Aku akan pergi sebelum akhirnya kembali berbalik dan berkata, "Oh ya, tadi kamu tanya aku siapa kan? Aku adalah pacar Rendi yang mulai saat ini sudah menjadi mantan pacarnya," jelasku pada wanita bertubuh mungil itu, kemudian meninggalkan mereka dengan amarah menggelegak dan hati hancur berkeping-keping. Tak kusangka, Rendi tega berkhianat.

Sejak saat itu kami tak pernah lagi berhubungan. Hingga siang ini, entah mendapat nomor telfonku dari mana dia tiba-tiba menghubungi.

****
"Maaf, apa sudah menunggu lama?" Aku terkejut tak menyadari ternyata Rendi sudah duduk di sebelah.

"Tidak juga, baru sekitar 5 menit." Aku menoleh sekilas lalu menggeser posisi duduk agar jarak kami tak terlalu dekat. Kulihat wajah Rendi nampak kaku.
"Ada apa tiba-tiba meminta bertemu?" Tanyaku datar.

"Laras, aku mau minta maaf atas kesalahan yang pernah aku lakukan padamu," ucapnya lirih namun terdengar jelas di gendang telingaku.

'Baru sekarang kamu meminta maaf, kemana saja selama ini?' sindirku.

Rendi terdiam. Dia memang tidak pernah meminta maaf atas penghianatan yang ia lakukan dulu. Parahnya! Seolah tanpa rasa bersalah dia mengunggah foto-foto bersama selingkuhannya di media sosial. Hal itu membuat hatiku semakin terluka dan memutuskan untuk memblokir semua akun media sosialnya.

"Tenang saja, aku sudah memaafkanmu," aku kembali bersuara. Perbuatan Rendi memang menyakitkan, tapi aku sadar tak ada gunanya menyimpan dendam. Masa lalu biarlah menjadi masa lalu.

"Benarkah?" Kali ini suara Rendi terdengar sumringah. Aku mengangguk tanpa memandang ke arahnya.

Beruntung suasana di taman sore ini tak terlalu ramai. Jika tidak? Mungkin orang akan bertanya-tanya. Melihat dua orang duduk di bangku sama, tapi dengan wajah yang sama-sama kaku.

Bukankah begitu sifat manusia? Sering kali penasaran saat ada sesuatu terlihat aneh di hadapan mereka.

"Satu lagi Ras, bisakah kamu melupakan kesalahanku dan ... dan ... memulai semuanya dari awal lagi." Ucap Rendi separuh berbisik.

Aku tersenyum sinis. Apa dia pikir semudah itu melupakan perbuatannya.

"Maaf Ren, aku tidak bisa. Memaafkan bukan berarti melupakan," aku berhenti sejenak dan menarik nafas dalam, "Kalaupun aku bisa melupakan, aku tetap tidak bisa kembali membina hubungan denganmu." Kuraih selembar undangan dari dalam tas kecil di pangkuan lalu mengulurkannya pada Rendi. Dia menatapku bingung, kemudian membuka kertas undangan tersebut.

"Secepat itu kamu mencari pengganti Ras?"

"Cepat kamu bilang Ren?" Pertanyaan Rendi kembali menyulut emosiku. Butuh waktu hampir satu tahun agar aku bisa kembali membuka hati untuk lelaki, dan dia bilang itu cepat.

"Maaf Ren, aku harus segera pergi. Ada hal yang harus kulakukan berkaitan dengan persiapan pernikahan." Aku bangkit, meninggalkan Rendi yang masih terpaku di tempat duduknya.


Sepertinya Tuhan mengirimkan dia di saat tepat, saat aku sudah menemukan pengganti. Bukan bermaksud dendam, hanya saja menurutku sesekali perlu memberi pelajaran pada lelaki macam Rendi yang tak bisa menghargai sebuah hubungan.








Selesai.

#sepenggal_cinta_masa_lalu
#event_cerpen
#kaskus kreator
20 Maret 2019
Diubah oleh TaraAnggara 20-03-2019 12:42
081364246972
embunsuci
jiyanq
jiyanq dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.9K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan