JAKARTA, KOMPAS.com - Polri mengatakan anggota perempuan di kelompok teroris, termasuk jaringan Sibolga, memiliki militansi yang tinggi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyinggung terduga teroris YS yang ditangkap di Klaten, Jawa Tengah, serta MSH alias Solimah. Mereka diduga terkoneksi dalam jaringan Sibolga.
"Pelaku-pelaku terorisme termasuk perempuan memiliki militansi yang luar biasa, baik yang suicide bomber di Sibolga (MSH) dan saudari Y," kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2019).
Menurut Dedi, YS rela meninggalkan keluarga dan menjual asetnya untuk bergabung dengan kelompok teroris tersebut.
"Yang bersangkutan (YS) rela meninggalkan suami dan anaknya, bahkan rela gadaikan rumah dan tanahnya," ungkap dia.
Hasil dari penjualan aset tersebut akan digunakan sebagai modal untuk membuat bom mobil bersama dua rekannya.
Bom tersebut rencananya digunakan untuk melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan.
Kemudian, YS juga diduga bunuh diri dengan cara menenggak zat kimia keras. Aparat menemukan YS dalam kondisi sakit pada Senin (18/3/2019). Saat itu, ia sedang diperiksa di rutan Polda Metro Jaya, Jakarta.
Setelah pertolongan pertama tidak membuahkan hasil, aparat melarikan YS ke rumah sakit. Akan tetapi, nyawa YS tidak tertolong.
Sementara itu, MSH alias Solimah, meledakkan diri di dalam kamar, pada Rabu (13/3/2019) dini hari. Di dalam kamar itu juga terdapat anaknya yang berusia dua tahun.
MSH merupakan istri Husain alias AH, seorang terduga teroris yang merupakan tokoh penting dalam jaringannya. Husain ditangkap di Sibolga, Sumatera Utara, Selasa (13/3/2019).
Para terduga teroris ini diduga tergabung dalam satu jaringan teroris Jamaah Ansharut Daullah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS.
sumber