bhintuniAvatar border
TS
bhintuni
Tentang Ilmu laduni
Apa itu Ilmu Laduni?
Sebagian orang mungkin belum pernah mendengar istilah Ilmu Laduni. Sementara sebagian lagi yang sudah pernah mendengarnya mungkin berpikir bahwa Ilmu Laduni tidak benar-benar ada. Secara kasar, Ilmu Laduni adalah ilmu yang mempunyai manfaat menjadikan seseorang mendapatkan ilmu atau pengetahuan tanpa proses belajar. Pengertian tersebut seakan mustahil dan sulit di percaya. Inilah karunia Tuhan dalam berbagai bukti atas kekuasaan-Nya dengan menciptakan berbagai ilmu. Pastinya tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan meridhai. Kata laduni (Ladunni), berasal dari bahasa Arab, akar kata dari Ladun/ Laday, yang berarti dekat/ pangkuan.
 
Ilmu laduni ini diperoleh secara langsung dari Tuhan tanpa perantara. Kejadiannya dapat diumpamakan seperti sinar dari suatu lampu gaib yang sinar itu langsung mengenai hati yang suci bersih, kosong lagi lembut. Oleh sebab itu, ilmu tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, melainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dan karunia Allah SWT. Ilham ini merupakan perhiasan yang diberikan Allah kepada para kekasih Nya (para wali). Dengan demikian ilmu yang diterima langsung oleh hati manusia melalui ilham, iluminasi (penerangan) atau inspirasi dari sisi Tuhan disebut ilmu laduni.
 
 Keberadaan dan status ilmu laduni bukan tanpa alasan. Para sufi merujuk keberadaan ilmu ini pada Alquran (QS Al Kahfi [18]:60-82) yang memaparkan beberapa episode tentang kisah Nabi Musa AS dan Khidir AS. Kisah tersebut dijadikan oleh para sufi sebagai alasan keberadaan dan status ilmu laduni. Mereka memandang Khidir AS sebagai orang yang mempunyai ilmu laduni dan Musa AS sebagai orang yang mempunya pengetahuan biasa dan ilmu lahir. Ilmu tersebut dinamakan ilmu laduni karena di dalam surah al-Kahfi ayat 65 disebutkan:
 
"wa'allamnahu min ladunna 'ilman.."
(..dan yang telah Kami ajarkan kepadanya (Khidir AS) ilmu dari sisi Kami).
 
Tetapi jika ilmu tersebut didapatkan dengan bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan perintah- perintahNya serta menjauhi segala larangan-Nya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosulullah saw, maka kita harus percaya kepadanya, tetapi tidak kita sebut ilmu laduni, kita sebut karomah atau ilham atau firasat, menurut jenis kelebihan yang ia punyai. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah : 282
 
“Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu”. (QS.al-Baqoroh/282).
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
 
 “Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (al-An’aam: 59)
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
 
(Para malaikat-Nya pun berkata) "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami." (Al-Baqarah: 32)
 
Seseorang mungkin bisa mengetahui ilmu ghoib dengan perantara Jin atau syetan. Karena Jin dan syetan sering mencuri pendengaran tentang hal-hal ghoib dari langit. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Al Hijr : 17-18,
 
“ Dan Kami jaga langit-langit tersebut dari syetan yang terlaknat, kecuali mereka yang mencuri pendengaran ( dari hal-hal yang ghoib ) , maka dia akan dikejar oleh batu api yang nyata “
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
 
“ Dan sesungguhnya ada diantara manusia yang meminta perlindungan dari segolongan Jin , maka segolongan Jin itu hanya akan menambah kepada mereka kesusahan. “
 
Di dalam tasawuf dibedakan tiga jenis alat untuk komunikasi rohaniah, yakni kalbu (hati nurani) untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan, roh untuk mencintai-Nya dan bagian yang paling dalam yakni sirr (rahasia) untuk musyahadah (menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah SWT secara yakin sehingga tidak terjajah lagi oleh nafsu amarah) kepada-Nya.
 
Meski dianggap memiliki hubungan misterius dengan jantung secara jasmani, kalbu bukanlah daging atau darah, melainkan suatu benda halus yang mempunyai potensi untuk mengetahui esensi segala sesuatu. Lapisan dalam dari kalbu disebut roh; sedangkan bagian terdalam dinamakan sirr, kesemuanya itu secara umum disebut hati. Apabila ketiga organ tersebut telah disucikan sesuci-sucinya dan telah dikosongkan dari segala hal yang buruk lalu diisi dengan dzikir yang mendalam, maka hati itu akan dapat mengetahui Tuhan.
 
Tuhan akan melimpahkan nur cahaya keilahian-Nya kepada hati yang suci ini. Hati seperti itu diumpamakan oleh kaum sufi dengan sebuah cermin. Apabila cermin tadi telah dibersihkan dari debu dan noda-noda yang mengotorinya, niscaya ia akan mengkilat, bersih dan bening. Pada saat itu cermin tersebut akan dapat memantulkan gambar apa saya yang ada dihadapannya.
 
Demikian juga hati manusia. Apabila ia telah bersih, ia akan dapat memantulkan segala sesuatu yang datang dari Tuhan. Pengetahuan seperti itu disebut makrifat musyahadah atau ilmu laduni. Semakin tinggi makrifat seseorang semakin banyak pula ia mengetahui rahasi-rahasia Tuhan dan ia pun semakin dekat dengan Tuhan. Meskipun demikian, memperoleh makrifat atau ilmu laduni yang penuh dengan rahasia-rahasia ketuhanan tidaklah mungkin karena manusia serba terbatas, sedangkan ilmu Allah SWT tanpa batas, seperti dikatakan oleh Al-Junaid, seorang sufi modern, "Cangkir teh tidak akan dapat menampung segala air yang ada di samudera."
 
Banyak Ulama dan Sufi memberikan pengertian mengenai Ilmu Laduni, pengertiannya berbeda-beda namun, memiliki hakikat makna yang sama.Beberpa pengertian ilmu laduni yang dimaksud adalah : Menurut Abdul Qadir Al-Jaelani dan Al-Jilli memberikan pengertian ilmu laduni sebagai ilmu rohani dan pengetahuan hikmah (kebijakan) yang diperoleh melalui perbuatan kontinyu, dalam waktu lama dalam hal kebaikan dan ke-shalehan amal ibadah.
 
Pengertian Ilmu Laduni menurut imam Al-Ghazali adalah ilmu yang dipancarkan langsung oleh Tuhan ke lubuk hati manusia tanpa proses belajar terlebih dahulu dan tanpa proses metode ilmiah. Menurutnya lahirnya ilmu laduni, melalui Kasyf atau ilham.
 
Ibn Arabi menjelaskan pengertian ilmu laduni dalam kitab Futuhat al-Makiyah, yaitu ilmu yang terpancar ke dalam hati manusia, tanpa di usahakan dan tanpa menggunakan argumentasi Aqliyah (argumentasi pikiran). Pengertian ilmu laduni Ibnu Arabi, setidaknya memiliki kemiripan dengan pengertian ilmu Laduni menurut versi imam al-Ghazali, namun sifatnya lebih mendasar. Jika tak menggunakan argumentasi Aqliyah, bagaimana mungkin melahirkan proses pembelajaran. Al-Qusyairi dan Al-Harawi memberikan pengertian Ilmu Laduni sebagai sesuatu yang diterima seseorang dengan jalan ekstase dan Kasyaf (ketersingkapan).
 
Dalam kitab karangan al-Harawi, Manazil As Sairin, disebutkan bahwa Ilmu Laduni adalah ilmu yang diberikan oleh Allah Swt ke dalam hati tanpa sebab yang dilakukan seseorang hamba tanpa menggunakan dalil-dalil. Sebab yang dimaksud adalah sebab yang disengaja, atau usaha untuk mendapatkan ilmu Laduni. Menurut Abu Hamzah As-Sanuwi, ilmu Laduni terbagi menjadi dua. Pertama, ilmu yang didapat tanpa proses belajar, biasa di istilahkan dengan ilmu Wahbiy. Kedua, ilmu yang didapat karena proses belajar, dan biasa di istilahkan dengan ilmu Kasbiy. Adapun ilmu yang diperoleh melalui proses belajar, yaitu ilmu Syari’at, dan ilmu Makrifat (hakikat), yaitu ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui jalan Kasyaf.
 
Kasyaf inilah yang dikenal dengan julukan “ilmu Laduni” di kalangan ahli tasawwuf. Sedangkan ilmu yang diperoleh melalui proses belajar, adalah usaha mendapatkan pengetahuan seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, dan seterusnya.Pengertian ilmu Laduni menurut penulis, berdasarkan pengertian ilmu Laduni tersebut, ilmu yang bersumber langsung dari Tuhan, di berikan pada manusia, melalui ilham dan tanpa perantara, dan didapatkan tanpa usaha yang disengaja total untuk mendapatkan ilmu tersebut.
 
Ilmu Laduni bukanlah jalan pintas bagi mereka yang ingin mendapatkan suatu pengetahuan secara instan. Justru sebaliknya, Ilmu Laduni diperuntukkan bagi mereka yang gemar mempelajari hal baru dan memaksimalkan apa yang telah dipelajarinya. Sebab pemilik Ilmu Laduni memiliki kreativitas dan kemampuan yang tinggi dalam mempelajari suatu hal secara cepat dan menghubungkan pikirannya dengan pengetahuan yang maha luas meski lewat proses pembelajaran yang sangat minim sekalipun. Artinya bagi siapapun Anda yang ingin memiliki Ilmu Laduni maka siap melakukan sebuah Riyadhah dan usaha secara spiritual dengan mengamalkan ajaran ilmu yang disampaikan guru pada Anda. Selain hal demikian Anda harus menata hati dan jiwa untuk bisa mencapai ikhlas dan tawakkal, pasrah apapun hasil yang di capai atau di peroleh setelah belajar menguasai Ilmu Laduni ini.
 
Jadi, orang yang dikaruniakan ilmu laduni atau ilmu ilham ini adalah orang yang mendapat khazanah dari lautan ilmu yang berasal langsung dari Allah Swt. Ada macam-macam ilmu dan setiap sesuatu ilmu itu mempunyai banyak pengertian dan tafsirannya. Jadi Allah Swt memberi pengertian dan tafsiran satu-satu ayat sesuai pada seseorang itu untuk menyelesaikan masalah di zamannya atau keperluan seseorang itu. Perkara itu pula kebanyakannya bukan pengertian mengenai hukum-hukum karena permasalahan itu sudah tetap dan tidak berubah untuk setiap zaman kecuali perkara Khilafiah. Sebaliknya ilmu laduni ini kebanyakannya mengenai penguraian, falsafah, didikan, hal waktu, metode, dan kaedah saja. Perkara-perkara ini boleh berubah.
 
Jika ilmu wahyu disampaikan kepada rasul atau nabi, ilmu laduni atau ilmu ilham pula Allah Swt karuniakan kepada para wali dan orang-orang sholeh. Ilmu wahyu adalah syari’at baru yang menghapus syariat yang di amalkan sebelumnya manakala ilmu laduni akan membawa tafsiran atau makna baru kepada ilmu wahyu itu, sesuai untuk zamannya atau orangnya. Ilmu wahyu tidak dilupakan tetapi ilmu laduni atau ilham mudah dilupakan oleh orang yang menerimanya. Kalau yang menerima ilmu wahyu itu adalah rasul maka wajib ia sampaikan tetapi kalau dia seorang nabi, maka tidak wajib menyampaikannya. Sedangkan ilmu laduni baik disampaikan karena ia akan dapat menyelesaikan masalah-masalah semasa yang sedang dihadapi oleh masyarakat, sesuai untuk zamannya. Atau untuk mengetahui hikmah atau pengajaran sesuatu hukum itu. Jika ilmu wahyu ditolak, maka seseorang itu akan jatuh murtad atau kafir dan di Akhirat akan terjun ke Neraka serta kekal selama-lamanya. Sebaliknya jika menolak ilmu laduni atau ilmu ilham, maka tidak menjadi kafir tetapi akan menghilangkan barokah dan tertutupnya pintu bantuan dari Allah Swt. Mungkin ada orang yang akan menolak pendapat ini tentang ilmu laduni ini dan payah untuk menerimanya terutama:
 
1. Orang yang tidak percaya adanya ilmu laduni atau ilham di dalam Islam.
2. Seseorang yang tidak memiliki ilmu ini dan tidak ada pengalaman mengenainya, sekalipun dia mempercayainya.
3. Seseorang yang tahu mengenai ilmu ini tetapi karena sifat hasad dengki, dia tidak senang dengan orang yang mendapat ilmu ini, maka dia pun menolaknya, sedangkan hatinya membenarkan.
 
Apa bukti ilmu laduni atau ilmu ilham ini wujud?
 
Buktinya, adalah berdasarkan  hujah berikut:
PERTAMA: Hujah Naqli (Nas)
1. Hujjah Al Qur’an
Dalam Al Qur’an ada dalil yang kuat sebagai bukti kewujudan ilmu ini.
“Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan ajar kamu.” (Al Baqarah: 282)
Dalam ayat ini sangat jelas Allah Swt mengatakan tentang orang-orang bertaqwa yang bersih dari sifat-sifat Mazmumah, Allah Swt akan beri ilmu secara Wahbiah, tanpa usaha ikhtiar, tanpa belajar, atau tanpa berguru.
2. Hujjah Hadis
Rasulullah Saw bersabda:
“Barang siapa yang beramal dengan ilmu yang dia ketahui, maka Allah Swt akan berikan kepadanya ilmu yang dia tidak ketahui.” (Dikeluarkan oleh Abu Nuaim)
Inilah buktinya. Artinya ilmu yang telah ada itu akan bertambah bila diamalkan. Yakni ia akan dapat ilmu baru dari hasil dipraktekkan ilmu itu. Proses ini juga berlaku secara Wahbiah.
 
Inilah yang dikatakan ilmu laduni atau ilmu ilham yang Allah Swt berikan melalui tiga cara:
i. Ilmu itu langsug Allah Swt jatuhkan ke dalam hati.
ii. Adakalanya Allah Swt perlihatkan ilmu itu yang boleh dilihat seolah-olah kita seperti menonton layar TV. Sedangkan orang lain yang ada bersamanya ketika itu sama sekali tidak dapat melihatnya.
iii. Atau mungkin mendengar suara yang membisikkan ke telinganya tetapi tidak nampak rupa makhluknya. Inilah yang dikatakan Hatif. Mungkin suara ini suara malaikat, jin yang sholeh, atau wali-wali Allah Swt.
rotten7070
rotten7070 memberi reputasi
6
8.5K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan