Rizzaq Nugroho Minggu, 16 Desember 2018 14:09 WIB

Miwa Essaadi, Salah Satu Muslimah Dari Jepang, Yang Berkesempatan Membagikan Pengalaman Dan Ceritanya Tentang Kehidupan Muslim Di Jepang | AKURAS E N S O RRizzaq Nugroho




AKURAT.CO, Miwa Essaadi adalah seorang muslimah yang berasal dari Shizuoka, Jepang. Saat ini dia menjabat sebagai Sekretariat Jenderal di Shizuoka Muslim Association. Di sana, Miwa juga berusaha untuk mengembangkan komunitas Muslim di Jepang.

Miwa kemudian berkesempatan datang ke Indonesia untuk menjadi salah satu pembicara program Talk with Muslim Series (TAMU) Project. TAMU merupakan program pertukaran di antara para tokoh muslim muda dari negara Asia Tenggara dan Jepang untuk memperkenalkan budaya dan agama Islam di Asia Tenggara kepada publik Jepang, dan juga sebaliknya.

Dalam TAMU Project kali ini, Miwa Essaadi berkesempatan membagi cerita dan pengalamannya tentang Islam di tempat ia tinggal yaitu di Shizuoka dan di Jepang.

Baca Juga:
JK: Iman Seorang Muslim Tidak Lengkap Jika Tidak Mencintai Tanah Airnya

ISMI Dorong UMKM Naik Kelas dan Berorientasi Global

Buruh Diminta Duduk Bareng Pengusaha dan Penguasa Ngobrolin Masa Depan

Reporter AKURAT.CO juga berkesempatan untuk mewawancarai Miwa setelah mengisi acara di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (16/12). Miwa kemudian menceritakan perbedaan Islam di Jepang dan di Indonesia. Dia mengatakan bahwa dua negara ini berbeda jika menanggapi persoalan terkait Islam atau seorang muslim.

"Ada banyak perbedaan, jadi mungkin aku hanya bisa memberikan satu atau dua gambaran. Muslim di Indonesia merupakan mayoritas di negeri mereka sendiri, jadi mereka berfokus pada sayap kanan atau sayap kiri (politik). Sementara di Jepang, mereka lebih berfokus pada bagaimana mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, misalnya bagaimana memperoleh pendapatan yang halal," jelas Miwa.

Ia juga menjelaskan bahwa muslim di Jepang akan lebih berfokus kepada bagaimana cara mereka untuk nyaman hidup sebagai kaum minoritas di negaranya sendiri.



"Jadi, lebih berfokus pada bagaimana menjadi seorang muslim, bagaimana membuat diri sendiri merasa nyaman, bagaimana bisa berbaur mereka yang nonmuslim, bagaimana caramu menjelaskan pada mereka, misalnya tentang makanan halal, lalu saat waktu sholat tiba, bagaimana caramu minta izin pada guru untuk beribadah di tengah-tengah kuliah, bagaimana membuat dirimu dipahami oleh orang lain," jelasnya.

Selain itu Miwa juga memberikan pendapatnya tentang generasi muda muslim yang sekarang lebih mempunyai kekuatan untuk menyampaikan pendapat dan juga bersuara.

"Sekarang kita bisa bersuara lewat media sosial, kita bisa menyebarluaskan pendapat kita lewat berbagi informasi. Itu bisa memberi kita kekuatan, termasuk kekuatan untuk membantu orang lain, untuk menambah wawasan kita sendiri tentang apa yang sedang terjadi di dunia ini," jelasnya.

Media sosial menurutnya merupakan kesempatan yang besar bagi generasi muda muslim untuk mengetahui informasi dan juga perkembangan-perkembangan Islam di dunia. Selain itu, dengan adanya media sosial dan perkembangan zaman, generasi muda muslim tentunya juga harus bisa berkontribusi kepada masyarakat atau orang lain, atau membantu memecahkan sebuah permasalahan.

Meskipun tidak secara langsung atau turun tangan, tapi setidaknya dengan memberikan sedikit informasi pasti akan berguna. Media sosial juga mempermudah dalam hal berkomunikasi, dan juga sarana untuk menghubungkan satu dengan yang lainnya.

"Begitu kita terhubung dengan muslim lainnya di luar batas kita, itu bisa menjadi sesuatu yang besar. Contohnya saja di Jepang, muslim juga menjadi minoritas. Kadang mereka tidak tinggal di kota yang sama. Meski begitu, mereka bisa saling kenal lewat misalnya facebook," jelas Miwa.[]







https://m.akuraS E N S O R437281/muslimah-jepang-ungkap-praktik-keislaman-yang-beda-dengan-di-indonesia