bangzaldiAvatar border
TS
bangzaldi
Tragedi Trans Papua, Teroris OPM: Yang Kami Bunuh Prajurit Zipur TNI, Bukan Sipil



MATA INDONESIA, JAKARTA– Kelompok teroris yang tergabung dalam Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengaku jika orang-orang yang dibantai di Nduga, Papua bukanlah masyarakat sipil. Tapi para prajurit TNI.

Pengakuan tersebut disampaikan Sebby Sambom, yang mengaku sebagai juru bicara komando nasional TPNPB-OPM. Kata Sebby, kepastian pembunuhan para tentara itu setelah berkoordinasi dengan Panglima Daerah Militer Makodap III TPNPB-OPM Ndugama Egianus Kogeya dan komandan operasinya yang bernama Pemne Kogeya. Kedua nama belakang mereka kerap disebut Kogoya.





“Panglima Daerah Tentara Pembebasan Nasional Papaua Barat (TPNPB) Makodap III Ndugama Tuan Egianus Kogeya menyatakan bertanggung jawab terhadap penyerangan Zipur [Zeni Tempur atau istilah mereka TNI] pekerja Jembatan Kali Aurak, Kali Yigi dan, Pos TNI [Yonif 755/Yalet] Distrik Mbua,” bunyi rilis Sebby.


Ia menambahkan TPNPB-OPM mengaku sudah lebih dari tiga bulan berpatroli dan memantau pekerja Jembatan Kali Aurak, Kali Yigi, dan Pos TNI Distrik Mbua. Hasil dari patroli itu menyebutkan bahwa mereka semua itu bukan sipil, melainkan anggota TNI.


“Karena kami tahu bahwa yang bekerja selama ini untuk jalan Trans [Papua] dan jembatan-jembatan yang ada sepanjang Jalan Habema, Juguru, Kenyam, Batas Batu adalah murni anggota TNI, Zipur,” lanjut rilis itu.


Kata Sebby, proyek Trans Papua dikerjakan TNI yang tinggal di Waena, Jayapura. “Kami [TPNPB-OPM] tidak akan berperang melawan warga sipil yang tidak seimbang dan sepadan.”


Sebby menyatakan bahwa tujuan pembunuhan di Nduga untuk meluapkan protes kepada pemerintah Indonesia. Pihaknya menolak semua pembangunan yang dijalankan pemerintah Indonesia di seluruh Papua. “Targetnya kami akan perang terus, halangi terus, harus memperoleh kemerdekaan penuh dari pembajakan oleh pemerintah kolonial Republik Indonesia. Itu prinsip,” kata dia.


Diketahui sebelumnya, ltimatum perang sudah dikeluarkan sejak Januari 2018. Ultimatum tersebut adalah salah satu tahapan revolusi. Maka setelah ultimatum keluar, Sebby menyebut tindakan kekerasan yang mereka lakukan sudah terjadi di Puncak Jaya, Lanny Jaya, Ndugama, hingga Tembagapura.


“Kami tidak akan mundur sedikit pun karena kami yang punya alam, hutan. TNI-Polri tahu hutan dari mana mereka masuk sarang kami?” ujarnya.


Sebby juga mengatakan, mereka ogah disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB). Dia menegaskan, harusnya kelompoknya disebut sebagai TPNPB-OPM. “Kami yang punya tanah, kami yang punya alam. TNI-Polri kan sebagai pencuri datang, mana bisa punya kuasa dari alam, moyang, dan Tuhan. Kami akan kasih habis,” kata dia.


Asal tahu saja, Sebby adalah penduduk asli Wamena, Papua yang pernah ditahan sejak 2008 hingga 2011. Ia berulang kali ditahan dan dipenjara karena aktivis yang vokal mengkampanyekan kemerdekaan Papua.


Sumber



0
5.9K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan