venomwolfAvatar border
TS
venomwolf
Tsamara Singgung Tenaga Kerja Asing di Era SBY, Ferdinand : Bukan Buruh Ngaduk semen
TRIBUNJATENG.COM- Timses Jokowi-Maruf, Tsamara Amany Alatas beradu argumen dengan timses Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferdinand Hutahaean soal buruh tenaga asing.
TribunJateng.com, melihat melalui akun Youtube Kompas TV dalam acara Dua Arah dengan tema Live di TV, SIAPA BERPOLITIK GENDERUWO? yang tayang pada 12 November 2018.
Dalam acara tersebut, kedua timses dihadirkan utnuk memberikan pendapat.
Saat ditanya soal politikus genderuwo dialamatkan untuk siapa, timses Jokowi-Ma'ruf, Deddy Sitorus mengaku bahwa genderuwo itu bukanlah pada orang melainkan pada siakp seseorang.

Baca: Hujan Jadi Berkah Illahi untuk Menyambut Penutupan TMMD
Baca: Diperlakukan Begini saat Ketemu Tri Rismaharini, Ernest Prakasa:Ini Toh, Walikota yang Terkenal Itu
Baca: Sedang Berlangsung, Jonathan Christie vs Anthony Ginting - Link Live Streaming Hongkong Open 2018
Baca: Tim Ilmuwan China Umumkan Telah Membuat Matahari Buatan, Suhunya 6 Kali Sang Surya


Deddy lantas mengaku bangga dengan Jokowi lantaran bisa menemukan diksi genderuwo.
"Saya bangga Pak Jokowi bisa menemukan diksi yang bisa berkomunikasi langsung dengan rakyat untuk menjelaskan 'njilmet'nya strategi komunikais yang sedang menghancurkan beliau (Jokowi)," ujar Deddy.
Deddy menjelaskan bahwa kata politikus sontoloyo untuk menjelaskan orang yang suka memutar balikkan fakta.
Sementara politikus Genderuwo menurutnya adalah orang yang suak menaku-nakuti rakyat.
"Ada manusianya, nanti kita liat satu-satu, misalnya nih ketakutan, PKI bangkit di indonesia, ekonomi mau hancur, tidak demokrasi, utang luar negeri, serbuan tenaga China, misal tempe setipis ATM, 100 ribu hanya bisa beli cabai," ujar Deddy.
Lantas pernyataan Deddy ditanggapi oleh timses Prabowo-Sandiaga Uno, Ferdinand Hutahaean.
Ferdinand Hutahaean menyebut pilpres 2019 sebagai kegiatan yang memalukan.
"Dunia menyaksikan bagaimana sebuah perhelatan akbar dalam sebuah demokrasi pilpres di negara yang besar bernama Republik Indonesia ternyata menjadi sebuah event yang lau-maluin,karena kita punya presiden yang hanya mampu membangun sontoloyo dan genderuwo, sementara kita melihat dunai berbicara tentang kemajuan ekonomi, kemajuan peradaban , tentang kemajuan di segala aspek,"
ujarnya.

Baca: Live di TV, Timses Jokowi dan Prabowo Teriak Melotot Saling Tunjuk: Situ Genderuwo
Baca: Kapolda Jateng: Soal Poster Jokowi Bermahkota Belum Ada Aduan
Baca: TMMD Kodim Batang Hari ini Resmi Ditutup
Baca: Tim Ilmuwan China Umumkan Telah Membuat Matahari Buatan, Suhunya 6 Kali Sang Surya

Ferdinand Hutahaean lantas menyebut bahwa saat ini rakyat banyak ketakutan karena kebijakan pemerintah.
"Masyarakat ketakutan utang luar negeri kita ugal-ugalan, adik-adik kita yang mau lulus, ketakutan tidak mendapat pekerjaan, ibu-ibu ketakutan tidak mampu mencukup gizi karena harga mahal, guru honorer ketakutan nasibnya tidak jelas, buruh ketakutan lapangan kerja yhang seharusnya hak mereka diambil buruh asing," ujar Ferdinand.
"Inilah ketakutan-ketakutan yang justru dibangun oleh kebijakan pemerintah, nah inilah kalau kita mencari genderuwonya, mari kita cari sumber genderuwonya," ujar Ferdinand Hutahaean.
Setelah itu, Timses Jokowi, Tsamara Amany menanggapi bahwa Jokowi sudah lama mengikuti kontestasi politik.
"Pak Jokowi sudah lama mengikuti kontestasi politik, sejak walikota, gubernur, hingga presiden, selalu menawarkan prgram-program, maka kekhawatiran pak Jokowi bahwa akan ada propaganda kosong, propaganda kebencian dalam pilpres ini wajar, jadi propaganda yang berdasarkan kebencian, manipulasi data, sesuatu yang tidak betul, narasi fiksi yang dibangun," ujar Tsamara.
Tsamara lantas menyebut bahwa tenaga kerja asing rasinya hanya 0,01 persen dari tenaga kerja dalam negeri.
Tsamara menyebut bahwa di era SBY tenanag asing yang datang ke Indonesia sebanyak 75 ribu rupiah.
Kemudian, pernyataan Tsamara itu ditanggapi oleh Timses Prabowo-Sandi, Habiburokhman.
Habiburokhman mengaku bahwa kubu Prabowo tidak merasa disindir sebagai genderuwo.
"Mungkin yang berbicara itu sedang berbicara di depan cermin," ujar Habiburokhman.
Habiburokhman lantas menyampaikan bahwa isu yang diusung soal harga bahakn pokok yang mahal merupaka keluhan masyarakat.
"Saya juga ikut turun ke lapangan, dulu ada yang bicara tidak naikkan tarif dasar listrik, ternyata malah naik, kemudian tolak kenaikan BBM, kini BBM naik diam saja, rakyat banyak yang melaporkan kepada kami, kemudian kami serap, terus kami sampaikan melalui media, harga cabai nggak 15 ribu, sekarang 40 ribu, terus hidup makin suloit, BPJS kualitasnya menurun, itu fakta,"
ujar Habiburokhman.

Baca: Saling Sindir dengan Angel Lelga, Adik Vicky Prasetyo Singgung Soal Pemerasan Rumah Sakit
Baca: Sedang Berlangsung, Jonathan Christie vs Anthony Ginting - Link Live Streaming Hongkong Open 2018
Baca: Tim Ilmuwan China Umumkan Telah Membuat Matahari Buatan, Suhunya 6 Kali Sang Surya
Baca: Live di TV, Timses Jokowi dan Prabowo Teriak Melotot Saling Tunjuk: Situ Genderuwo

Habiburokhman lantas mengaku khawatir jika fakta-fakta itu tidak diungkap, Jokowi akan terkena protes masyarakat.
Setelah itu, Teddy Sitorus menanggapi bahwa Habiburokhman seharusnya berbicara dengan angka.
Lantas,Habiburokhman kembali menyebut janji jokowi soal akan menurunkan tarif daftar listrik.
Teddy Sitorus lantas meminta data berbentuk angka.
Kemudian, Teddy dan Habiburokhman saling berebut bicara dan tidak ada yang mau mendengarkan.
Penonton riuh dan moderator tampak berusaha menenangkan keduanya.
Teddy menuding Habiburokhman dengan sebutan genderuwo.
Sementara Habiburokhman menuding Teddy dengan kata 'bohong'.
Setelah itu, tampak keduanya berterika dan melotot sambil saling menunjuk.
"genderuwo," ujar Habiburokhman.
"genderuwo",ujar Teddy Sitorus.
Setelah itu, moderator tampak menghentinkan sesi .
Terkait tenaga kerja asing tersebut, Ferdinand Hutahaean menanggapi pernyataan Tsamara.
"Dulu sejak zaman SBY ada 75 ribu, iya betul, tapi tenaga profesional bukan buruh tukang ngaduk semen," ujar Ferdinand.
Lantas, tsamara meminta data kepada Ferdinand.
"Datanya mana pak, alamatnya di mana," ujar Tsamara.
Setelah itu, Ferdinand menyebut bahwa standar pertumbuhan ekonomi 5 persen belumlah berhasil.
"Dulu zaman Pak SBY pertumbuhan ekonomi 5 persen itu belum berhasil, tapi zaman sekarang sudah diklaim berhasil, inilah standar yang jelas berbeda, memang beda standar itu tidak akan ketemu, karena tidak apple to apple,"
ujar Ferdinand.
Ferdinand lantas menyebut bahwa SBY telah berusaha menyiapkan pertumbuhan negara ini.
Tsamara lantas menanggapi bahwa tidak ada lokasi yang jelas terkait serbuan buruh asing.
"Menurut kami ini adalah sebuah kebohongan karena tidak ada data yang bisa dibuktikan dan ditunjukkan," ujar Tsamara. (TribunJateng.com/Woro Seto)

http://jateng.tribunnews.com/2018/11/15/tsamara-singgung-tenaga-kerja-asing-di-era-sby-ferdinand-hutahaean-bukan-buruh-ngaduk-semen?page=all

bloon nya nastak mah dmana2 sama, minta data tapi sendirinya ga mampu provide data emoticon-Busa



https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20150302113446-85-36006/harga-minyak-dunia-turun-harga-bbm-di-indonesia-malah-naik

https://m.liputan6.com/amp/2134402/pertama-dalam-sejarah-ri-harga-bbm-naik-saat-minyak-dunia-turun

1
2K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan