skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Sumpah Pemuda dan Paradoks Kekinian

Pada masa penjajahan, beragam penderitaan, diskriminasi dan ketidakadilan merupakan menu makanan keseharian yang harus dilahap oleh penduduk yang kelak disebut Indonesia. Nilai sebuah nyawa pun, konon tak lebih berharga dari deretan semut yang bergerombol memenuhi sisa-sisa makanan yang tercecer dilantai. Bebas untuk membunuhnya, bahkan dengan sedikit sentuhan jemari.

Atas dasar kepedihan yang tak terperihkan ini, sekumpulan pelajar dengan nama Tri Koro Dharmo, didirikan pada tanggal 7 Maret 1915. Ini artinya, perjuangan yang dikobarkan demi sebuah kehidupan yang lebih bermartabat dan manusiawi, sudah dicetuskan jauh-jauh hari sebelum pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Seiring dengan perjalanan sang waktu, serta adanya dorongan lebih memperluas jaringan, organisasi Tri Koro Dharmo lantas mengubah namanya menjadi Jong Java.

Lahirnya organisasi ini, lantas mengilhami para pemuda lain untuk mendirikan hal yang serupa. Semisal, Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya.

Pada awalnya, mereka yang tergabung dalam pelbagai organisasi itu, acapkali terjebak dalam pusaran ego kesukuan yang primordialis dan perbedaan agama yang dianut pesertanya. Dengan demikian, situasi yang diharapkan terjadi, justru berbanding terbalik dengan realitas demi menyatukan serpihan perbedaan, lantas menempatkannya pada bingkai keluarga besar bernama Indonesia.

Menyikapi hal tersebut, berbagai kongres dilakukan dan melahirkan kesepakatan bersama, bahwa sekat-sekat harus dirobohkan, dan perbedaan dilebur dalam satu pelukan dengan nama Indonesia, tanpa harus menghilangkan warna perbedaan sebuah individu. Sebab, dengan jalan persatuan seperti itu, semangat untuk terlepas dari kungkungan penjajah akan menjadi kenyataan dan bukan hanya sekedar impian yang menggantung diawan.

***
Menjaga Semangat Persatuan

Jika menapaktilasi perjuangan para pemuda tempo dulu, harusnya kita belajar bahwa corak warna-warni akan menampilkan gambaran yang lebih indah. Fakta menunjukkan bahwa, keragaman suku, agama, bahasa serta kebudayaan, adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa ini. Ia telah terintegrasi dengan alamiah, dan menjadi kekayaan bangsa yang sangat bernilai.

Kita boleh saja memiliki sikap kebanggaan terhadap garis keturunan suku dari nenek moyang yang mengalir kedalam tubuh ini. Namun, pada situasi tertentu, sikap nasionalisme wajib ditempatkan pada posisi teratas.

Sejarah telah mencatat dengan tinta emas, dan kita juga masih ingat, bahwasanya para pejuang kemerdekaan, tidak lagi melihat latarbelakang kesukuan, agama dan faktor lain yang jelas berbeda. Jika hal demikian dilakukan, mustahil kemerdekaan diraih dengan penuh cucuran air mata dan darah. Justru, sikap kedaerahan yang tinggi membuat rongga besar terpampang dengan jelas dan dimanfaatkan dengan baik oleh para penjajah. Itu sebabnya, politik ala divide et empera sanggup bertahan dengan lama dan nyaris meluluhlantakkan embrio sebuah bangsa bernama Indonesia.

Oleh karena itu, melalui momentum Sumpah Pemuda, yang setiap tahun diperingati, diharapkan menjadi semangat untuk tetap menjalin persatuan dan kesatuan bangsa. Terlebih menjelang tahun politik pada saat sekarang ini, beberapa kejadian seakan mendistorsi semangat kebersamaan hanya demi nafsu kekuasaan.

***
Salah Satu Tujuan yang Jarang Dibahas

Pada umumnya, disetiap peringatan hari Sumpah Pemuda ditanggal 28 Oktober, kita sering hanya berfokus pada butir-butir Sumpah Pemuda. Sebuah naskah yang lahir dari hasil kesepakatan berbagai organisasi untuk mengukuhkan identitas sebuah bangsa besar bernama Indonesia.

Salah satu sasaran para pemuda dahulu yang jarang diungkap diberbagai literatur adalah upaya bersinergi untuk memberantas buta huruf. Tentu, tujuan yang dimaksud ini sudah dipikirkan dengan matang oleh mereka. Sebab, dengan pemberantasan buta huruf, para pemuda dan penduduk bisa bebas melihat dunia luar. Ragam informasi pun bisa didapatkan serta melepaskan diri dari perangkap kebodohan. Sebuah pemikiran yang melesat jauh dari sebuah peradaban. Dan pemikiran tersebut, telah dipertimbangkan oleh mereka yang hidup dalam keterbatasan teknologi, minimnya akses ke dunia luar, dan jarangnya literatur yang bisa mereka dapatkan.

Sayangnya, paska momentum Sumpah Pemuda, generasi Indonesia yang kini memiliki akses serba luas, bahkan informasi diseluruh dunia seolah hanya dalam genggaman, justru jarang memiliki pandangan sebijak generasi tempo dulu. Ada degradasi tingkatan pola pikir. Ini sungguh fenomena yang naif.

***
Memahami Sumpah Pemuda Secara Holistis

Pada setiap zaman, peran pemuda menempati posisi krusial dalam kelanjutan sebuah bangsa. Merujuk pada substansi melalui teks Sumpah Pemuda, selayaknya ia tidak hanya dimaknai secara parsial.

Bila diperhatikan, tiga poin dalam butir-butir Sumpah Pemuda, pada dasarnya menjawab semua permasalahan yang akhir-akhir ini mendera kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita adalah satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Lalu, mengapa harus menyingkirkan sesama saudara demi ambisi politis?

Andai mau bersikap jujur, banyak masyarakat yang telah sedemikian penat oleh hiruk pikuk yang ditimbulkan oleh mereka yang menghilangkan nilai-nilai filosofis dari Sumpah Pemuda.

Melalui perayaan Sumpah Pemuda 28 Oktober ini, mari kembali kita rajut semangat persatuan dan kesatuan demi terciptanya kehidupan bernegara yang lebih baik. Merajut kembali rasa persaudaraan dan saling bahu membahu untuk Indonesia yang bermartabat. Tak hanya sebatas seremonial pada setiap tahun, akan tetapi serta merta menguap setelah tuntas merayakannya. Bukankah rasa persatuan kita sedang diuji oleh serentetan peristiwa yang seakan tak kunjung berhenti?


SUMPAH PEMUDA

"Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia."



©Skydavee 2018
Sumber gambar: google
Referensi: Link
Diubah oleh skydavee 02-11-2018 00:57
1
2.2K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan