kataknewsAvatar border
TS
kataknews
Fashion Show Tenun ala Pringgasela Lombok, jadi Pesona di Event Alunan Budaya Desa




LOMBOK TIMUR - Kelompok muda-mudi di Kecamatan Pringgasela kembali sukses menghelat event Alunan Budaya Desa untuk ke empat kalinya tahun ini. 

Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini puncak event dimeriahkan dengan gelaran Fashion Show yang menampilkan koleksi busana berbahan kain tenun khas Pringgasela.

Fashion Show yang dikemas dengan konsep outdoor, Senin sore (29/10) pun menjadi pesona tersendiri, dengan latar belakang pemandangan Gunung Rinjani.

"Alhamdulillah berjalan sukses, dan dengan Fashion Show ini sedikitnya ada 100 kain tenun Pringgasela yang laku terjual," kata Ketua Panitia Alunan Budaya Desa ke 4, Azizan Zuhri.

Azizan menjelaskan, event Alunan Budaya Desa yang sudah dilaksanakan sejak 2015 ini memang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Pringgasela, sekaligus mempromosikan kain tenun khas Pringgasela.

Tahun 2017 lalu, event mengangkat ikon kegiatan menenun masal yang menghadirkan lebih dari 1.300 wanita penenun lengkap dengan alat tenun lokal, gedogan.

"Nah tahun ini kami ingin tonjolkan bahwa kain tenun Pringgasela juga bisa dikreasikan menjadi bahan busana atau aksesoris lainnya. Salah satu caranya dengan menggelar Fashion Show Tenun ini," kata dia.

Fashion Show Tenun yang dimulai sejak Senin sore hingga 3 November mendatang, diikuti para Teruna dan Dedara Lombok Timur 2018, puluhan peserta peraga busana tingkat SMA dan masyarakat umum, juga anak-anak.

Selain Fashion Show Tenun, event Alunan Budaya Desa ke-4 ini juga diwarnai sejumlah kegiatan dan atraksi budaya seperti pementasan wayang,  zumba party, jalan sehat, pentas seni, dan atraksi gendang beleq.

Azizan berharap, kegiatan ini dapat berlangsung lebih baik lagi ke depan. Selain itu, diharapkan pula agar Alunan Budaya Desa ini bisa menjadi calender event Dinas Pariwisata Lombok Timur, sebagai salah satu atraksi budaya di Lombok Timur. 

"Sebab kegiatan ini tidak saja menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara, tapi juga penting sebagai upaya melestarikan budaya kita sendiri," katanya. 

Tentang Tenun Pringgasela

Kegiatan menenun di Pringgasela merupakan tradisi turun temurun, terutama bagi kaum perempuan. Konon di zaman dahulu, para gadis di sini tidak boleh menikah sebelum bisa membuat kain tenun khas Pringgasela, sebagai simbol kedewasaan dan kesetiaan pada pasangannya kelak.

Proses merangkai kain tenun dilakukan dengan alat tradisional terbuat dari bahan kayu, yang secara lokal disebut Gedogan. Kata gedogan sendiri diambil dari suara bunyi alat tenun yang seolah berirama seperti mengetuk ketika digunakan menenun. 

Proses pembuatan kain tenun Pringgasela juga masih tradisional. Sebelum menenun, motif tenun dibuat terlebih dulu dengan Prane. Bahan pewarna benang juga diambil dari bahan alami, misalnya warna coklat menggunakan kulit kayu, sedangkan warna hujau dan kuning menggunakan dedaunan.

Untuk menyelesaikan satu karya kain tenun dibutuhkan waktu sampai satu bulan.

Motif tenun asli Pringgasela yang masih diproduksi saat ini antara lain motif Belak Topat, Sakak, Ragi Bayan, Pucuk Rebong, Sari Menanti dan lain-lain. 

Beberapa tahun belakangan, kain tenun khas Pringgasela juga mulai tampil di sejumlah event Fashion Show di luar negeri. Awal tahun 2018 ini, sebuah tim peneliti budaya dari Jepang, bahkan turun langsung ke Desa Pringgasela untuk belajar membuat kain tenun. 

Sumber : www.kataknews.com
0
2K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan