naniharyono2018Avatar border
TS
naniharyono2018
Viral Larangan 'Acara Syirik', Ini Penjelasan Pemprov Sulsel


Viral Larangan 'Acara Syirik', Ini Penjelasan Pemprov Sulsel
Jumat 12 Oktober 2018, 13:45 WIB

Jakarta - Surat edaran Pemprov Sulawesi Selatan soal acara yang berpotensi syirik dan asusila viral di media sosial. Pemprov Sulsel lalu memberi penjelasan. 

Surat edaran ini berkop Gubernur Sulawesi Selatan dengan nomor 120/6759/Wagub tentang 'Himbauan untuk seluruh pemerintah propinsi kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan'. Surat ini ditandatangani oleh Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman. 

Dalam pengantarnya, edaran itu dibuat berkaca pada bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini hingga masukan dari sejumlah kelompok masyarakat. Ada lima imbauan dalam edaran itu.

Berikut isi lengkap surat edaran tersebut:

Berkaca pada fenomena bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini, dan desakan/masukan beberapa kelompok masyarakat muslim dalam menilai perilaku maksiat, bentuk budaya berbau kesyirikan, asusila dan lainnya, sebagai faktor dan 'predesseccors' pendorong sang Pencipta Allah Subhana Wa ta'ala memberi baik cobaan ataupun peringatan yang sifatnya bukan hanya berdampak pada perilaku, tapi juga masyarakat umum lainnya dalam perspektif tinjauan dan keyakinan agama. Serta sebagai upaya responsive pemerintah dalam menyerap aspirasi serta menjaga kerukunan umat beragama.

Maka kami selaku pemerintah provinsi mengimbau agar:

1. Setiap kegiatan propinsi/kabupaten/kota untuk selalu memperhatikan rundown acara yang berpotensi berbau kesyirikan, asusila dan norma yang tidak sesuai budaya agama masyarakat setempat.

2. Senantiasa melakukan koordinasi dengan lembaga agama dalam hal ini Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Selatan untuk meminta pandangan dan nasehat setiap kegiatan baik seni, budaya maupun kegiatan lainnya di muka umum dan masyarakat beragama.

3. Melakukan kegiatan tradisional yang kreatif tanpa berlawanan dengan aturan budaya dan agama. Serta tetap memperlihatkan karakter sebagai orang Sulawesi Selatan yang religius dan berbudaya.

4. Segenap warga masyarakat untuk senantiasa berdoa kepada Allah agar senantiasa mendapat perlindungan dalam setiap cobaan. Serta memberi kemudahan kepada saudara-saudara kita yang ditimpa musibah gempa dan tsunami melalui bantuan dan doa.

5. Himbauan ini juga berlaku bagi kegiatan seni, budaya dan adat istiadat yang dilakukan oleh kelompok pegiat, organisasi masyarakat, event organizer, perorangan dan lainnya.

Saat dimintai konfirmasi, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Sulsel Asmanto Baso Lewa mengatakan surat imbauan yang beredar itu masih berupa konsep. Dia menyebut edaran tersebut belum diputuskan secara resmi.

"Itu sesungguhnya masih berupa draf. Ada kesalahan teknis dari tata usaha," kata Asmanto saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (12/10/2018).

Jika masih draf, lalu mengapa surat itu sudah ditandatangani Wagub? Asmanto menuturkan itu hanya proses awal bahwa dirinya mengetahui soal naskah itu, tetapi bukan untuk diputuskan secara resmi. 

"Kita khawatir orang buat multitafsir. Saya tentu harus menyatakan ada kelalaian, kita minta maaf, apalagi soal teknis. Saya kira esensi pesan itu tujuannya baik. Jika ini sudah telanjur meluncur diproses, tata naskah yang ada kita minta maaf," ungkapnya.
https://news.detik.com/berita/425351...pemprov-sulsel

Surat Edaran Jadi Polemik, ini Klarifikasi Pemprov Sulsel
13 OKTOBER 2018 


Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Sulsel, Asmanto Baso Lewa.

(Gema – Sulsel) Surat edaran yang dikeluarkan oleh Pemprov Sulawesi Selatan terkait acara yang berpotensi menimbulkan kesyirikan dan asusila menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat.

Surat berkop Gubernur Sulawesi Selatan bernomor 120/6759/Wagub tentang ‘Himbauan untuk seluruh pemerintah propinsi kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan’ tersebut ternyata ditandatangani oleh Wagub Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman. 

Menanggapi polemik yang terjadi, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Sulsel, Asmanto Baso Lewa menjelaskan bahwa sebenarnya surat edaran yang tersebar di media sosial tersebut masih berupa konsep. Belum ada keputusan resmi.

“Itu sesungguhnya masih berupa draf. Ada kesalahan teknis dari tata usaha,” kata Asmanto, pada Jumat (12/10/2018) kemarin.

Pihaknya pun menyampaikan permintaan maaf jika akhirnya timbul multitafsir di kalangan masyarakat. Asmanto pun mengakui, kalau ada kelalaian terkait beredarnya surat tersebut.

“Kita khawatir orang buat multitafsir. Saya tentu harus menyatakan ada kelalaian, kita minta maaf, apalagi soal teknis. Saya kira esensi pesan itu tujuannya baik. Jika ini sudah telanjur meluncur diproses, tata naskah yang ada kita minta maaf,” jelas Asmanto.
https://sulsel.gema.id/2018/10/13/surat-edaran-jadi-polemik-ini-klarifikasi-pemprov-sulsel

Spanduk, Cara Ummat Islam Cilacap Menolak Bencana
2018-10-13 10:03:33

Sebagian ummat Islam Cilacap tampaknya sadar betul bahwa bencana baik di darat maupun di lautan terjadi karena ulah manusia. Mereka juga belajar dari kasus Palu bahwa rencana adat berupa mengundang jin atau setan yang dikemas dalam festival Nomini menjadi pelajaran bahwa acara yang berbau syirik itu tidak perlu dipertontonkan ke publik karena mengundang madhorot.


Sumber: Liputan6.com

Maka ketika mendengar akan ada acara sedekah laut di Cilacap, ummat Islam yang tergabung dalam Forum Ummat islam (FUI) punya cara sendiri dalam mengingatkan warga. Mereka memasang spanduk yang terkesan provokatif dan mengusik acara yang akan dikemas sebagai budaya yang patut dilestarikan oleh pemerintah daerah.

Spanduk itu berbunyi antara lain , "Jangan Larung Sesaji Karena Bisa Tsunami", "Rika Sing Gawe Dosa, Aku Melu Cilaka" (Kamu yang berbuat dosa, saya ikut celaka), dan "Sedekah Karena Selain Allah Mengundang Azab Looh". Selain itu, ada pula banner atau spanduk yang bertuliskan "Buatlah Program Wisata yang Allah Tidak Murka." (Liputan6.com, 12/10/2018).


Sumber: Liputan6.com

Bagi sebagian warga nelayan, sedekah laut (juga sedekah bumi) itu merupakan tradisi turun temurun yang mencampurkan antara ritual agama dengan budaya. Acara ini berupa mempersembahkan sesaji yang dilarung (ditenggelamkan) di laut. Tujuannya agar laut memberikan berkah dan terhindar dari marabahaya. Namun menurut FUI, cara bersyukur dan memohon keberkahan kepada Allah bercampur syirik, karena pakai sesaji segala.


Sumber: Liputan6.com

Saat ini spanduk itu sudah dicabut. Mungkin karena terlalu provokatif dan ada yang tersinggung. Namun sebagai bentuk mengingatkan, spanduk tersebut sudah lebih dari cukup. Wallahu a’lam (fur/13/10/2018).
https://www.ucnews.id/news/Spanduk-P...595201129.html

INDONESIA itu memang dalam ancaman bencana alam yang dahsyat ...
Quote:


-------------------------------

What's Wrong, man?

Bukankah 87% penduduk INDONESIA itu ISLAM, dan mereka wajib mempercayai keterangan dari Nabi SAW, Sahabat Utama Nabi, dan Tabiin tentang Penyebab GEMPA BUMI ...


Sebagian kecil penduduk meyakini dengan melarung sesajen ke laut itu, wilayah dan kehidupannya terselamatkan. Sementara ada kelompok yang mayoritas justru punya keyakinan sebaliknya, bahwa tindakan seperti itu adalah bentuk kemusyrikan yang justru bisa mengundang datangnya bencana.

Kalau mau demokratis, yang minoritas seharusnya mengalah dong, kecuali itu dilakukan di wilayahnya sendiri yang disana mereka adalah mayoritas seperti di Bali itu contohnya. Atau seperti yang dilakukan oleh suku Tengger yang setiap acara Kasodo melarung sesajen ke kawah gunung Bromo, Malang, misalnya. Silahkan!


emoticon-Ultah

Diubah oleh naniharyono2018 13-10-2018 12:24
0
3.5K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan