rosemary911Avatar border
TS
rosemary911
Latah Al-Fatekah dan Fenomena di Arab..


Entah apa yg terjadi dengan bangsaku, di negeriku. Persoalan kecil begitu cepat berubah jadi besar. Hal sepele begitu cepat menyebar jadi viral. Di ruang publik, keterbelahan umat begitu kuat terasa. Ini biasa mendekati musim pemungutan suara.

Hanya karena perbedaan bunyi, ucapan seorang tokoh politik kemudian jadi bahan olok2an. Padahal petarung Muslim asal Rusia yang lagi tenar di dunia, Khabib Nurmagomedov, tidak pernah ada yg permasalahkan mengapa huruf H di inisial namanya dirubah menjadi kh (خ). Ini sama saja dengan di negara2 lain, bahkan di Arab sendiri.



Di negara Saudi, orang menyebut qohwah dengan gahwah. Pernah saya sempat bingung sesaat, ketika polisi menanyakan igamah. Berulang kali saya tanya maksudnya. Ternyata yg diminta adalah resident permit. Akhirnya ngeh bahwa polisi menanyakan iqamah. Dalam dialek Saudi dan juga Yaman, qa (ق) berubah menjadi ga (غ). Di kampung saya, kawan2 keturunan Arab sering ngajak be-gahwe, maksudnya ngopi, dari kata qohwah (kopi) . Serupa dengan ini, mantan menteri agama, Said Agil al-Munawwar, mungkin tidak ada yg bertanya kenapa agil? Padahal seharusnya aqil.

Di mesir lain lagi. Kata jamal berubah jadi gamal. Suq berubah jd su'. Qahwah berubah ahwah. Dalam logat mesir, huruf (ج) dibaca (غ), huruf (ق) berubah jd (أ).

Perbedaan dialek ini sering kali menimbulkan perbedaan arti dan interpretasi. Karenanya tidak jarang orang Mesir lebih yakin menggunakan bahasa Inggris kepada orang asing yang tidak paham bahasa amiyah (dialek lokal). Kecuali antar sesama mereka orang Arab dari berbagai negara di mana penggunaan dialek segera mengidentifikasi negara asal mereka, mereka akan saling paham.

Belum lagi dengan kesalahan tulis. Tidak jarang orang Arab salah dalam menulis secara gramatikal. Karenanya mereka pun mendapatkan pelajaran Nahwu, dari tingkat sekolah dasar hingga universitas.

Tidak jauh beda dengan kita di Indonesia.  Orang Indonesia terkadang membawa dialek asalnya ketika berbicara dg bahasa Indonesia. Orang Sunda menyebut Zhuhur dengan Lohor, atau Dohor. Teringat dengan mantan Presiden alm. Soeharto yang kental sekali aksen Jawanya. Ia selalu mengganti bunyi 'a' dengan 'e' dalam akhiran kata, seperti: meningkatken, mencanangken, memberdayaken. Tidak jarang juga terjadi kesalahan dalam tulisan di antara kita2. Karenanya mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan juga di bangku sekolah hingga tingkat universitas.

Lalu bagaimana dengan "Alfatekhah"?
Tampaknya ada kesulitan bagi orang Jawa menyebut huruf h (ح). Huruf tersebut secara alamiah berganti dengan bunyi kh (خ). Karenanya kita sering temukan nama Ahmad yang ditulis Akhmad, atau Achmad dalam ejaan lama. Orang Belanda pun demikian. Mereka memanggil nama Ahmad dengan Akhmad karena kesulitan membunyikan huruf ha'. Dugaan saya, jangan2 Khabib sang juara yg berkebangsaan Rusia itu keturunan Jawa. Malah bisa jadi orang2 Belanda keturunan Jawa juga emoticon-Ngakak (S)



salam damai... emoticon-Blue Guy Peace


sumber isi: tulisan suami..
sumber gambar: 1 2
0
3.5K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan