- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Amien Rais Mangkir, Begini Tanggapan Politisi PDI Perjuangan Yogyakarta
TS
beritahati.com
Amien Rais Mangkir, Begini Tanggapan Politisi PDI Perjuangan Yogyakarta
Quote:
Sejumlah seniman Yogya yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Anti Hoax (Gerah). menggelar ritual budaya melabuh tokoh wayang Sengkuni, di Pantai Parangkusumo, Senin 8 Oktober 2018.
Pada ritual tersebut Politisi PDIP Eko Suwanto, menanggapi perihal mangkirnya Amien Rais dari panggilan Polda Metro Jaya terkait kasus kebohongan Ratna Sarumpaet mengulirkan kritik dan gunjingan.
"Dahulu cita-cita Pak Amien saat menyuarakan reformasi adalah demi penegakan hukum. Tapi sekarang ketika dipanggil kepolisian sebagai saksi kasus kebohongan saja mangkir," ujar Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Eko Suwanto, Senin (8/10/2018).
Eko lantas membeber pengamatannya tentang penilaian warga Yogyakarta terhadap Amien. Menurutnya, masyarakat Yogyakarta juga kurang sependapat dengan mantan ketua MPR RI itu, sejak awal menentang keistimewaan DIY. Hal ini tampak dari pernyataannya yang meminta referendum, di saat rakyat Jogja menghendaki Sri Sultan Hamengku Buwono dan KGPAA Paku Alam, ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.
Menurut Eko, masyarakat geram karena tindakan Amien yang sering kali jauh dari tata krama dan kesantunan ala Yogyakarta.
"Sampai ada aksi kebudayaan seperti melabuh tokoh wayang Sengkuni yang punya watak pembohong, licik, culas dan menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan serta dalam ruwatan maupun bentuk lainnya, yang memberikan kritik agar Pak Amien kembali ke jalur yang benar. Seharusnya kritik publik ini, menjadi bahan perenungan dan pembelajaran agar menjadi lebih santun dalam berpendapat dan bersikap," tutur Eko.
Sayangnya, mantan ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) malah makin jauh dari harapan rakyat. Bahkan, Amien dan putrinya, Hanum Salsabiela Rais sama-sama ikut menyebarkan kebohongan Ratna Sarumpaet yang diduga sarat kolusi, sebelum meminta maaf setelah polisi berhasil ungkap kebenaran dari peristiwa hoax Ratna Sarumpaet.
Eko menyebut kaget dengan pernyataan yang dramatis tentang penganiayaan Ratna, yang belakangan diketahui hoax dalam drama setengah babak "Penganiayaan Ratna Sarumpaet" yang kini jadi sorotan luas.
"Dan ternyata dampak kekecewaan masyarakat atas kebohongan itu berlanjut. Siapapun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum. Biarkan pengadilan yang memutuskan. Prinsipnya Indonesia negara hukum sehingga setiap orang harus hormati proses hukum," katanya.
Eko juga menyoroti Amien yang dulu getol mengampanyekan perang melawan nepotisme, kini justru menempatkan anak-anaknya sebagai calon legislatif (caleg) dari PAN. Antara lain Hanum untuk DPRD DIY di daerah pemilihan (dapil) Sleman.
"Kini publik menyoroti Nepotisme Baru ala Amin Rais. Nepotisme membahayakan demokrasi dan kebijakan publik. Dulu yang ditentang oleh Amien Rais kolusi dan nepotisme, kini publik bisa menilai sendiri," katanya.
Seperti di ketahui sejumlah seniman Yogya yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Anti Hoax (Gerah). menggelar ritual budaya melabuh tokoh wayang Sengkuni di Pantai Parangkusumo, Senin 8 Oktober 2018.
Tokoh wayang Sengkuni yang punya watak licik, culas, tukang adu domba, pembohong harus dibuang jauh-jauh dari Indonesia agar pemilu di Indonesia berjalan dengan sejuk, gembira, bermartabat dan berbudaya.
Baca Juga : SAH, Kritisi Adanya Deskriminasi Terhadap Atlet Muslim
Pada ritual tersebut Politisi PDIP Eko Suwanto, menanggapi perihal mangkirnya Amien Rais dari panggilan Polda Metro Jaya terkait kasus kebohongan Ratna Sarumpaet mengulirkan kritik dan gunjingan.
"Dahulu cita-cita Pak Amien saat menyuarakan reformasi adalah demi penegakan hukum. Tapi sekarang ketika dipanggil kepolisian sebagai saksi kasus kebohongan saja mangkir," ujar Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Eko Suwanto, Senin (8/10/2018).
Eko lantas membeber pengamatannya tentang penilaian warga Yogyakarta terhadap Amien. Menurutnya, masyarakat Yogyakarta juga kurang sependapat dengan mantan ketua MPR RI itu, sejak awal menentang keistimewaan DIY. Hal ini tampak dari pernyataannya yang meminta referendum, di saat rakyat Jogja menghendaki Sri Sultan Hamengku Buwono dan KGPAA Paku Alam, ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.
Menurut Eko, masyarakat geram karena tindakan Amien yang sering kali jauh dari tata krama dan kesantunan ala Yogyakarta.
"Sampai ada aksi kebudayaan seperti melabuh tokoh wayang Sengkuni yang punya watak pembohong, licik, culas dan menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan serta dalam ruwatan maupun bentuk lainnya, yang memberikan kritik agar Pak Amien kembali ke jalur yang benar. Seharusnya kritik publik ini, menjadi bahan perenungan dan pembelajaran agar menjadi lebih santun dalam berpendapat dan bersikap," tutur Eko.
Sayangnya, mantan ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) malah makin jauh dari harapan rakyat. Bahkan, Amien dan putrinya, Hanum Salsabiela Rais sama-sama ikut menyebarkan kebohongan Ratna Sarumpaet yang diduga sarat kolusi, sebelum meminta maaf setelah polisi berhasil ungkap kebenaran dari peristiwa hoax Ratna Sarumpaet.
Eko menyebut kaget dengan pernyataan yang dramatis tentang penganiayaan Ratna, yang belakangan diketahui hoax dalam drama setengah babak "Penganiayaan Ratna Sarumpaet" yang kini jadi sorotan luas.
"Dan ternyata dampak kekecewaan masyarakat atas kebohongan itu berlanjut. Siapapun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum. Biarkan pengadilan yang memutuskan. Prinsipnya Indonesia negara hukum sehingga setiap orang harus hormati proses hukum," katanya.
Eko juga menyoroti Amien yang dulu getol mengampanyekan perang melawan nepotisme, kini justru menempatkan anak-anaknya sebagai calon legislatif (caleg) dari PAN. Antara lain Hanum untuk DPRD DIY di daerah pemilihan (dapil) Sleman.
"Kini publik menyoroti Nepotisme Baru ala Amin Rais. Nepotisme membahayakan demokrasi dan kebijakan publik. Dulu yang ditentang oleh Amien Rais kolusi dan nepotisme, kini publik bisa menilai sendiri," katanya.
Seperti di ketahui sejumlah seniman Yogya yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Anti Hoax (Gerah). menggelar ritual budaya melabuh tokoh wayang Sengkuni di Pantai Parangkusumo, Senin 8 Oktober 2018.
Tokoh wayang Sengkuni yang punya watak licik, culas, tukang adu domba, pembohong harus dibuang jauh-jauh dari Indonesia agar pemilu di Indonesia berjalan dengan sejuk, gembira, bermartabat dan berbudaya.
Baca Juga : SAH, Kritisi Adanya Deskriminasi Terhadap Atlet Muslim
0
1.9K
Kutip
22
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan