Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief menjelaskan maksud cuitan yang menyebut Ketum Gerindra Prabowo Subianto sebagai jenderal kardus. Menurut Andi, terdapat politik transaksional yang coba dilakukan oleh Prabowo.

Ada politik transaksional yang berada di dalam ketidaktahuan kami yang sangat mengejutkan. Padahal untuk menang bukan berdasarkan politik transaksional. Tapi dilihat siapa calon yang harus menang. Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jendral kardus,” kata Andi di kediaman Ketum Demokrat SBY, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (9/8).

https://m.kumparan.com/@kumparannews/andi-arief-ada-politik-transaksional-prabowo-yang-tak-diketahui-kami-1533752129089624549

Andi menuding bahwa Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno memberikan uang mahar kepada PAN dan PKS sebesar Rp 500 miliar, agar kedua partai itu dapat menerima Sandi sebagai cawapres Prabowo.
Atas dasar itu, Andi menganggap Prabowo bukan seorang jenderal pemikir. Prabowo, kata Andi, hanya memikirkan bahwa uang adalah segalanya. Meski begitu, Andi menghargai niat Prabowo untuk menemui SBY pada Kamis (9/8) pagi.
“Andi menuding bahwa Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno memberikan uang mahar kepada PAN dan PKS sebesar Rp 500 miliar, agar kedua partai itu dapat menerima Sandi sebagai cawapres Prabowo.
Atas dasar itu, Andi menganggap Prabowo bukan seorang jenderal pemikir. Prabowo, kata Andi, hanya memikirkan bahwa uang adalah segalanya. Meski begitu, Andi menghargai niat Prabowo untuk menemui SBY pada Kamis (9/8) pagi.

“Jendral kardus itu jendral yang enggak mau mikir, artinya uang adalah segalanya

. Tapi saya menghargai niat baiknya besok akan hadir ke sini dan akan kami terima. Terus terang kami menolak untuk menerima Pak Prabowo malam ini. Karena sikapnya tidak menggambarkan seorang jendral,” ujar Andi. Tapi saya menghargai niat baiknya besok akan hadir ke sini dan akan kami terima. Terus terang kami menolak untuk menerima Pak Prabowo malam ini. Karena sikapnya tidak menggambarkan seorang jendral,” ujar Andi.