BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Peta koalisi Pilpres berubah usai Pilkada

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangan usai melakukan pertemuan tertutup di Jakarta, Senin (25/6/2018). Koalisi Pilpres bisa berubah usai Pilkada.
Hasil Pilkada Serentak 2018, memberi beberapa kejutan. Dua partai politik yang kerap berseberangan di politik nasional ternyata hanya memenangi sedikit pemilihan di daerah. Gerindra, hanya kebagian koalisi pemenang di 3 provinsi. Sedangkan PDI P, tergabung dalam koalisi pemenang di 4 provinsi.

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Bandung Muradi mengatakan, pilkada serentak berpeluang memunculkan calon presiden alias capres selain Joko 'Jokowi' Widodo dan Prabowo Subianto.

Dia mengatakan peluang ini bisa terjadi bila partai di luar koalisi pendukung Jokowi memenangkan Pilkada di sejumlah provinsi berpopulasi gemuk.

“Karena partai pemenang pilkada di provinsi dengan populasi banyak, memperbesar potensi menang dalam pemilihan presiden,” kata Muradi kepada Tempo.co, Rabu (27/6/2018).

Selama ini, ada 7 partai politik yang tergabung dalam koalisi pendukung Jokowi. Yakni 5 partai lama yang sudah punya jagoan dalam Pilkada dan 2 partai baru.

Partai lama itu adalah Partai NasDem, Hanura, Golkar, dan PPP. Dua partai baru adalah Perindo dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Sedangkan Prabowo, baru Gerindra yang jelas mendukungnya maju nyapres lagi.

Menurut Muradi ada 7 provinsi yang menjadi kunci karena punya jumlah penduduk yang banyak, antara lain, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.

Dengan berubahnya peta politik di daerah, akan membuat koalisi partai pendukung Jokowi mungkin akan berpikir ulang. Bila ada satu partai koalisi Jokowi yang keluar, kata dia, maka semakin terbuka kemungkinan adanya capres ketiga di luar Jokowi atau Prabowo.

Adapun beberapa partai yang belum secara tegas mendukung adalah Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

PAN dan Demokrat sebelumnya menyatakan, akan menentukan arah koalisi Pilpres usai Pilkada.

Dua partai itu memenangi Pilkada di wilayah gemuk suara, Sumatra Barat dan Jawa Timur.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menyatakan hasil Pilkada Serentak 2018 hanya salah satu faktor yang mempengaruhi arah koalisi di Pemilu 2019 mendatang. Ada faktor lain yang turut membentuk.

Sebab, dalam Pilkada, masyarakat cenderung memilih figur pemimpin daerahnya tapi mengesampingkan partai politik pengusungnya. "Bisa saja gubernurnya ini, presidennya bisa lain. Partai milih A. Kandidatnya bisa beda," ujarnya seperti dinukil dari Merdeka.com.

PAN masih menjajaki koalisi dengan sejumlah partai. Salah satunya dengan Gerindra. Tapi PAN belum memutuskan sikap.

Sedangkan Partai Demokrat menjajaki peluang baru: menggandeng Golkar. Mereka ingin memasangkan Jusuf Kalla (JK) dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan pertemuan JK dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Senin (25/6/2018), membuka peluang terbentuknya koalisi alternatif dalam pilpres 2019.

“Kemungkinan itu terbuka. Pertemuan silaturahmi Lebaran semalam tentu diharapkan berpeluang juga membentuk koalisi alternatif antara Golkar dan Demokrat untuk pilpres 2019 mendatang,” ujar Hinca kepada Tempo.co, Selasa (26/6/2018).

Gerindra melobi PAN untuk bergandengan buat Pilpres. Tapi belum ada kesepakatan. Sedangkan dengan Golkar, Prabowo tidak membantah jika disebut melobi JK.

"Saya mengatakan, bahwa kami membangun komunikasi dengan semua pihak," kata Prabowo, Rabu (27/6/2018) seperti dikutip dari Tirto.id.

PKS malah membuat langkah lain, mengajak Gerindra mendukung pasangan Pilpres versi mereka: Anies Baswedan-Ahmad Heryawan.

Koalisi pendukung Jokowi juga tak mau kecolongan. Mereka meminta jago-jagonya yang menang, menyatakan dukungannya kepada Jokowi.

Partai Nasdem yang menang banyak dalam Pilkada Serentak ini, meminta Ridwan Kamil, calon gubernur jagoannya di Jawa Barat, agar menyatakan dukungannya kepada Jokowi.

Padahal, PDI P, sebagai pendukung Jokowi dalam Pilpres, tak mendukung Ridwan dalam Pilkada Jawa Barat.

"Ya saya kira logika sederhana ya, partai-partai pendukung sudah menyatakan deklarasi untuk pilpres. Partai-partai pendukung saya semua sudah, NasDem, Hanura, PPP, dan seterusnya. Tentulah arah dukungan dari kami, calon berdua ini tidak akan jauh berbeda," ujar Ridwan Kamil seperti dikutip dari detikcom, Rabu (27/6/2018).

Khofifah, calon yang unggul di Jawa Timur juga menyatakan dukungannya kepada Jokowi. Walau saat maju Khofifah tak didukung PDI P. Saat diwawancarai [URL="https://nasional.kompas.com/read/2018/06/27/16372681/khofifah-mengaku-hanya-akan-mendukung-jokowi-di-pilpres-2019 "]KompasTV[/URL], apakah Khofifah akan mendukung Jokowi dan tak mendukung capres lain, Khofifah menjawab. "Iya, insya Allah begitu."



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...h-usai-pilkada

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Hasil pilkada bisa pengaruhi iklim investasi daerah

- Kemenangan Koster di Bali tak sesuai harapan

- Sembilan ruas tol Trans Jawa akan diresmikan hingga akhir 2018

anasabila
tien212700
tien212700 dan anasabila memberi reputasi
2
16.3K
110
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan