asyalalaaAvatar border
TS
asyalalaa
We Just Broke Up
Momen putus memang jadi salah satu momen yang menyakitkan. Apalagi kalau berada dipihak yang diputuskan. Galaunya pasti bukan main, dan itu posisi saya saat ini.

Semalam kami putus, setelah melewati beberapa hari pertengkaran yang ada saja alasannya. Beberapa kali saya berpikir untuk mengakhiri saja, namun saya sebagai perempuan merasa sudah jera untuk memulai hubungan yang baru, belum lagi tidak jarang ketika ditanya orang lain saya selalu membanggakannya, haduh.. mau ditaruh dimana muka ini kalau mereka tau saya sudah putus.

Semalaman saya galau, saya curhat pada nenek. Nenek sedikit kaget namun tetap tenang. Saya ceritakan kronologi pertengkaran yang terakhir. Menurut beliau, walaupun saya balikan dengan mantan saya ini beliau tidak akan merestui karena sifat mantan saya "yang kurang baik" pada momen itu. Entahlah.. kata-kata nenek hanya masuk telinga kanan lalu mental keluar lagi, belum sempat dicerna oleh otak. Berulang kali nenek bilang, "kamu sebagai perempuan jangan sampai ngemis-ngemis sama laki-laki, belum nikah dia sudah seperti itu. Itu tandanya dia ndak sayang sama kamu". Ya, harga diri nenek saya memang tinggi, dan harga diri saya terlalu rendah untuk mantan saya.

Semalaman saya sulit tidur walaupun ditemani nenek. Semalaman saya berpikir sebenarnya apa yang sudah kami lewati dan kenapa bisa seperti ini. Saya tertidur sebentar lalu terbangun dengan perasaan yang.... yah.. mungkin sedikit lega karena menemukan jawaban, entah jawaban dari mana. Disitu saya merasa sangat bersalah karena akar dari semuanya adalah sifat saya sendiri. Saya yang berubah tidak seperti dulu, egois, posesif, sensitif, dan hal-hal sejenis itu. Berulang kali saya jejeli otak dan hati saya dengan pemikiran itu. Saya menyesal, saya berniat meminta kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Saya tau... saya terlalu desperate.. dan akhirnya benar-benar melakukan itu.

"Enggak", begitu jawabnya. Saya sudah menyiapkan banyak plan dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, niatnya agar tidak begitu stuck ketika mendapat respon negatif. Untuk terakhir kalinya saya chat dia "Okay. Aku ngga maksa. Aku cuma pengen putus baik-baik. Terima kasih untuk selama ini.". Ya begitu kira-kira.

Saya langsung menghubungi ibu, tempat curhat sepanjang masa. Sebenarnya ibu saya sudah merasa bahwa ada yang tidak beres beberapa hari terakhir tapi saya selalu mengelak. Setelah saya ceritakan kalau diantara kami memang tidak ada pengertian, ibu saya membalas, "Yasudah ga papa. Gaperlu terlalu dipikirkan. Ibu juga sebenarnya tidak seberapa simpati sama si X". Mungkin itu salah satu jawaban ibu yang membuat saya sedikit tenang karena perpisahan kami sebenarnya bukan menjadi hal yang disesalkan ibu. Sebenarnya saya sudah tau kalau ibu sempat tidak suka, menurut ibu mantan saya suka berbicara tanpa dipikir dan suka pamer kekayaan, namun menurut saya untuk apa mempermasalahkan hal-hal seperti itu, toh saya sendiri tidak sesempurna bidadari. Saya selalu ceritakan yang baik-baik pada ibu saya. Itu pemikiran saya dulu, dan mungkin sampai saat ini, yang mana semua menjadi bom waktu.

Time to moving on. Kami memang tidak berjodoh. Tapi belum siap menghapus foto yang ada di instagram. Nanti saja, kalau hati sudah aga adem. Belum siap cerita sama teman-teman. Nanti saja, kalau hati sudah aga adem, dan ketika saya menjadi pribadi yang lebih kuat. Yang tidak lagi menyalahkan diri sendiri, maupun orang lain akan perpisahan ini.
Diubah oleh asyalalaa 10-06-2018 04:33
0
2.1K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan