Ane newbie kalau soal buat thread begini. Tapi ane cuman mau menyampaikan kegelisahan ane soal negara tercinta tempat ane dilahirkan dan dibesarkan, walaupun 3 tahun terakhir ane ga tinggal di dalamnya. Berikut kegelisahan ane, ditumpahkan dalam 3 poin

1. dari kejadian Ahok saat kena isu "penista agama" yang menurut ane sangat tidak masuk akal. Ibarat pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelangga. Ahok itu ibarat Ikon kejujuran, kebersihan dan orang seperti Ahok kalo ga dihentikan bisa membawa banyak anak anak muda bersih lainnya lebih berani untuk terjun ke dunia politik. Namun secuil kesalahan Ahok yang tidak relevan sama sekali terhadap kinerjanya, dijadikan alasan buat menjatuhkan dia dan yang berkoar koar siapa??? Ormas radikal + beberapa oknum anggota DPR. Targetnya siapa??? Grassroot

2. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan jokowi adalah satu dari sekian cara yang beliau lakukan untuk membuat Indonesia semakin maju, namun masih banyak yang berkoar-koar untuk menjatuhkan beliau menggunakan isu isu SARA seperti PKI utang 4000 triliun dsb. Yang berkoar ya, orang yang sama, targetnya siapa??? Grassroot

3. Beberapa Tahun belakangan, kalau agan perhatiin sekumpulan orang yang selalu mengkritik pemeritahan sekarang ya orang-orang yang sama, f*dli z*n, f*hri h*mzah, am*en ra*s, h*bib*rokman dan ormas ormas radikal, targetnya siapa?? Grassroot.

Sebenarnya kegelisahan bermula dari jaman the Smiling General, melalui supersemar yang ane yakin itu ada campur tangan negara adidaya pada saat itu untuk menjatuhkan Indonesia karena Bung Karno lebih pro Soviet. Tapi kalo ane ceritain, sampe ramadhan tahun depan ga bakal habis.

Intinya dari 3 poin ane kita sama sama mikir, apa mungkin ada campur tangan negara lain yang ingin memecah belah Indonesia dari dalam dengan menggunakan orang orang yang punya power, skemanya sama seperti jaman pal H*rto saat menjatuhkan Bung Karno.

Karena seperti yang Bung Karno bilang "perjuanganku mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri".