LordFariesAvatar border
TS
LordFaries
Dikenal Dekat Dengan Ulama ‘Elit’ Hingga Ulama ‘Kampung’

CINTA ULAMA – Soeharto bersama sejumlah ulama, antara lain Ketua MUI Buya Hamka dan KH Fathurrozi (Gus Fahrur), pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Malang, Jawa Timur, di Istana Negara, Jakarta, pada 1971.


Di mata rakyat, Soeharto merupakan sosok pemimpin yang tegas, berani dan berwibawa. Bahkan, ia dianggap tidak kenal kompromi dengan siapapun, termasuk dengan pemimpin-pemimpin negara-negara adikuasa.

INDOPOS.CO.ID - Namun, siapa sangka, di balik ketegasannya itu, ternyata ia mempunyai kedekatan khusus dengan para ulama. Terbukti, hampir setiap kegiatan di Istana Negara, selalu ada ulama di dekatnya.

"Pak Harto ini pemimpin wisdom atau bijaksana. Makanya selalu ada ulama di dekatnya," ungkap Profesor Dr Mudzakir saat berbincang dengan INDOPOS, Kamis (24/5).

Tidak hanya dengan ulama-ulama ‘elit’, Soeharto bahkan juga dikenal dekat dengan ulama-ulama yang berada di perkampungan atau pedalaman di daerah.

Terlebih, Soeharto ini merupakan satu-satunya pemimpin yang paling rajin mengunjungi atau bersilaturahmi dengan para ulama.

"Tidak hanya di kota, ulama di daerah-daerah terpencil pun kerap ia kunjungi. Apalagi kalau ada kegiatan keagamaan di daerah, ia juga selalu datang," ungkap Mudzakir.

Maka dari itu, selama berkuasa selama 32 tahun, Soeharto tidak mempunyai musuh dari kalangan ulama. Sebaliknya, Soeharto kerap didoakan oleh para ulama, lantaran kepedulian dan kecintaannya terhadap umat Islam.

Oleh karenanya, para ulama pun kerap mendukung segala kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satunya soal program Keluarga Berencana (KB).

"Awalnya, program ini sempat mendapat pertentangan dari beberapa ulama. Namun karena Pak Harto memberikan alasan yang sesuai dengan ajaran Islam. Akhirnya program KB pun difatwakan halal untuk umat Islam," kata Mudzakir, yang juga saksi sejarah orde baru.

Hanya saja, telah disepakati bahwa program KB tetap di bawah kontrol ulama. Kesepakatan ini bertujuan agar program tersebut tidak disalahgunakan, khususnya bagi mereka yang melakukan hubungan di luar nikah atau kumpul kebo'. Karena itu, pemerintah dan ulama kala itu sepakat melarang program KB bagi masyarakat yang di luar nikah.

"Semula, (program KB) sempat ditentang ulama-ulama di kampung. Tapi karena ada kesepatan harus ada kontrol begini-begini, akhirnya fatwa yang semula haram menjadi halal. Tapi ini luar biasa, sukses menekan jumlah pertambahan penduduk," ucap Mudzakir.

Mudzakir juga mengapresiasi tindakan yang dilakukan Soeharto dalam menghadapi kritik dari masyarakat dan tokoh ulama. Menurutnya, tidak pernah ada tindakan tegas yang diberikan kepada masyarakat atau ulama.

"Kriminalisasi memang ada, tapi tidak sebanyak sekarang. Kalau ulama yang nyerang paling tidak diajak ngomong, gitu aja. Tidak sampai masuk penjara atau dikriminalisasi," ujarnya.

Berbeda dengan sekarang ini, ketika ulama mengeluarkan suatu kritikan kepada pemerintah, maka ia akan dicari-cari kesalahannya. Bahkan, tidak sedikit ulama yang dikenakan pelanggaran Undang-Undang ITE, dengan bukti-bukti yang kurang jelas.

"Yang sekarang ini interpretasinya terhadap UU ITE itu terlalu berlebihan. Makanya saya dulu sering mengingatkan, bahwa UU ITE kalau ditafsirkan terlalu luas. Setiap ngomong saja digebuk. Salah sedikit bisa digebuk. Semuanya bisa masuk. Ini menjadi masalah serius buat saya," singgung Mudzakir.

Seharusnya saat ini pemerintah harus membatasi penafsirannya, jangan sampai memberangus demokrasi. "Saya enggak ngerti juga. Makanya terorisme itu muncul karena ulama dikriminalisasi. Akhirnya ulama kan konsentrasinya bukan kepada yang lain, tetapi kepada itu (terorisme). Sehingga orang tidak ada kontrol melakukan tindak pidana kekerasan macam itu," ungkapnya.

Baginya hanya ulama yang mampu meredam berbagai aksi terorisme. Maka itu, kedekatan pemimpin dengan ulama sangat diperlukan guna meredam aksi-aksi radikal maupun teror terhadap rakyat.

"Yang bisa mempengaruhi mereka itu siapa, ya ulama. Bukan polisi. Polisi kan cuma menakut-nakuti karena punya andil dan senjata aja.

Sekarang justru ulamanya yang digebukin. Kalau ulamanya digebukin, siapa yang mendukung?" ujarnya.

Oleh karena itu, kedekatan ulama dengan Soeharto memang harus diapresiasi. Terlebih, hal itu bukan untuk kepentingan pribadi melainkan kepentingan rakyat. "Makanya dulu enggak ada terorisme, karena ulama dengan penguasa. Karena kedekatannya itu, ulama pun kerap mendokan Pak Harto bahkan hingga akhir hayatnya," tandas Mudzakir. (ydh)

https://indopos.co.id/read/2018/05/25/139237/dikenal-dekat-dengan-ulama-elit-hingga-ulama-kampung

Piye le?

Quote:
Diubah oleh LordFaries 28-05-2018 20:45
0
9.6K
138
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan