Quote:
"Puasa??? Apa itu??? Cuma "ritual" tahunan yang kosong... Bulan puasa sih pada baik... Bisa menahan marah, bisa menahan ngomongin orang, bisa menahan hasud, tapi nanti lepas puasa, muncul lagi setan dalam dirinya... Lalu, apa esensinya mereka puasa selama sebulan??? Dapat lapar??? Atau biar disangka punya iman??? Apaan itu, kosong semuanya...!!!"
Sekelumit pemikiran yang ada di pikiran ku, saat orang-orang sibuk mempersiapkan diri memasuki bulan yang penuh rahmat... Aku ga tau rahmat seperti apa... Aku merasa ga pernah mendapatkan rahmat...
Nama ku Abdul... Laki-laki yang ga pernah diakui anak oleh siapapun... Aku dibuang dan dicampakkan oleh orang tua ku sejak masih berbentuk orok... Satu-satunya rahmat Tuhan yang aku rasakan adalah, aku masih hidup sampai sekarang... Bang Jodi, adalah nama Ayah angkat ku... Preman pasar paling ditakuti di sini... Setiap hari kerjanya minta jatah keamanan kepada semua pedagang pasar... Ibu ku Aisyah, punya kios yang menjual bawang merah di pasar "Merdeka..." Pasar, dimana Ayah angkat ku berkuasa...
Menurut cerita Ayah angkat ku, aku ditemukan di atas tumpukan sampah, dekat lapak Ibu angkat ku... Ga jelas siapa Ayah dan Ibu kandung ku... Tahu-tahu, aku sudah tergeletak di sana jam 4 pagi...
Quote:
"Kalau bukan karena lu ganteng, gw ga akan sudi merawat lu tong..."
Begitu kata Bang Jodi ketika aku bertanya alasan mengapa dia mau merawat ku... Yah, aku memang dianugerahi badan tegap, kulit putih, tinggi badan di atas rata-rata, dan ganteng tentu saja...
Ayah angkat ku mengyekolahkan aku sampai lulus SMA... Lulus SMA, aku kerja sebagai mandor di pabrik rokok ternama di negeri ini... Modalnya cuma
katabelecedan kenalan orang dalam Ayah ku... Selain jadi mandor, aku juga sering membantu Ibu di lapak kalau kebetulan sedang libur...
Dari kebiasaan bergaul dengan orang pasar inilah kehidupan ku menjadi keras... Apalagi aku sering kabur, ketika Ibu memasukkan ku ke
sekolah ngaji di kampung ku... Aku lebih senang menghabiskan waktu ku untuk bermain dingdong, yang ada di pojokan pasar... Gimana ga seneng, mau main apa saja gratis... Status ku sebagai anak bang Jodi alasannya...
Agama ku memang Islam, tapi aku jauh dari perilaku seorang muslim... 5 waktu??? Nanti dulu... 30 hari??? Apalagi ini... Wong nasi itu enak kok ga boleh dimakan, bodoh itu nama nya... Sejak kecil Ayah ku memang mengajari aku menggunakan otak untuk melihat sesuatu... Otak ku tidak bisa menerima apa yang aku lihat di sekeliling ku, atau yang lebih luas lagi di masyarakat bangsa ini...
Katanya puasa itu untuk yang punya iman, tapi mengapa orang yang ga punya iman kok dianiyaya sedemikian rupa ketika tidak mau berpuasa??? Ga puasa itu kan hak!!! Untung saja peristiwa seperti itu tidak terjadi di sini, di daerah ku... Kalau terjadi di sini, aku tidak akan segan-segan untuk angkat pentungan melawan mereka yang melarang ku tidak berpuasa...
Quote:
Hari ini, hari pertama di bulan Ramadhan... Seperti biasa, setiap istirahat siang, aku selalu pergi ke pasar... Selain menengok Ibu, aku akan makan siang di warung langganan ku...
Semangkuk sop kerbau terhidang di depan ku... Dengan asapnya yang mengepul dan aroma yang menggoda untuk segera dihajar tanpa basa-basi... Yeah, ini baru nikmat Tuhan, bukan yang sok-sokan baik sebulan, habis itu merampok lagi, jahat lagi... Apaan itu...
"Wah nikmat sekali mas, nampaknya..." Aku melihat ke arah sumber suara... Ternyata ada seorang pria, paruh baya yang ada di samping kanan ku... Dia tersenyum lembut...
"Iya Pak... Kalau Bapak mau, Bapak pesan saja..."
"Heheheheheee... Maaf mas, saya puasa..."
"Lhah... Kalau Bapak puasa, ngapain Bapak di sini??? Ga takut batal Pak???"
"Takut kok sama batal mas, takut itu sama Allah SWT mas... Heheheheheee..."
"Lha terus kenapa Bapak di sini???"
"Ini kan Buminya Allah mas, masak saya tidak boleh di sini mas..."
"Iya, tapi kan Bapak lagi puasa..."
"Memangnya, orang yang berpuasa ga boleh duduk di dekat orang makan ya mas???"
"Ya, boleh saja Pak... Tapi kan saya jadi ga enak sama Bapak..."
"Kenapa ga enak mas??? Saya enak-enak saja kok mas... Heheheheheee..."
"Bapak maunya apa sih???"
"Mas... Masih ada setitik 'ga enak' itu tanda nya mas masih punya iman. Mengapa iman itu tidak diperkuat mas??? Kenapa malah diperlemah..." Kata-kata yang membuat ku diam...
"Bapak permisi ya mas... Nikmat sop hanya sementara mas..."
Apa maksudnya sih orang ini??? Ga jelas banget deh... Mau maksa gw puasa gitu??? O... Tidak bisa... Gw habiskan sisa sop yang lezat itu sebelum nanti berangkat lagi ke
brak...Tempat kerja ku memang disebut brak, tempat pembuatan rokok kretek tangan... Nama kerennya sih, SKT alias Sigaret Kretek Tangan... Di sana tugas ku sederhana, memastikan semua rokok yang dibuat oleh para pekerja dalam kondisi baik, dengan jumlah yang pas sesuai dengan orderan...
Jam 1 siang, aku sudah kembali ke brak... Seperti biasa, aku berkeliling memastikan semuanya bekerja dengan baik... Jika ada yang salah aku ga akan segan menegurnya... Tingkat kegalakan ku, tergantung siapa yang aku tegur... Kalau masih gadis dan cantik, biasanya aku bersikap lunak... Kalau gadis tapi di bawah standar, aku akan galak setengah mati... Yang susah itu kalau ketemu ibu-ibu apalagi janda... Nah, untuk ibu-ibu, aku tidak berani kasar, takut kualat... Untuk janda, ya begitulah... Bukankah agama memerintahkan untuk memuliakan para janda??? Heheheheheee...
Kalau janda saja pakai standar agama, tapi kalau puasa, ga tau standar apa yang aku pakai... Aku memang belum sepenuhnya menemukan siapa Tuhan... Padahal, kata Pak Yai, Tuhan itu ada di mana-mana, bahkan selalu dekat dengan kita...
Quote:
"Mas Abdul, ada yang ingin ketemu sama jenengan..." Kepala Bagian memanggil ku, ketika aku kebetulan lewat di dekat kantornya...
"Oh... Iya Pak..." Buru-buru aku menuju ke arah beliau... Atasan kok, aku ga mau beliau marah dan memecat ku, atau melempar ku bagian lain...
Aku masuk ke ruangan kerja beliau, di sana sudah ada orang lain... Jantung ku seolah mau copot ketika aku mendapati Pak Tua itu... Iya, Bapak-Bapak yang ada di warung sop tadi...
"Ini mas Abdul Pak, mandor di Brak ini..." Kata Pak Kabag memperkenalkan ku kepada Bapak itu...
"Mas Abdul, ini Pak Hidayat... Beliau adalah Direktur produksi dari pabrik kita..."
Mati aku!!! Direksi mamen!!! Aku menjabat tangan beliau, dan beliau pun menjabat tangan ku sembari menepuk bahu ku...
"Jadi ini mas Abdul yang terkenal galak tapi membawa kontribusi besar pada perusahaan ini???" Kata beliau, masih menepuk bahu ku...
"Iya Pak... Mas Abdul ini juga terkenal jujur dan apa adanya Pak..." Sambung Pak Kabag...
"Mas Abdul puasa ga hari ini???" Masih dengan senyum kebapakan nya...
"Pasti puasa lah, ya akan mas Abdul???" Ah... Brengsek nih Kabag...
"Pak Kabag, boleh saya ngobrol 4 mata dengan mas Abdul???"
"Oh... Iya Pak, tentu saja... Saya akan keluar dulu, monggo Pak..."
Dengan tergesa Kepala Bagian ku keluar dari ruangannya... Sekarang, tinggallah aku dengan Pak Hidayat, sang direksi... Ada rona ketegangan yang aku rasakan...
Quote:
"Mas Abdul... Saya senang melihat performa kerja mu... Dan saya putuskan kamu akan saya promosikan menjadi kepala bagian..."
"Terima kasih Pak..." Rasanya aku ingin mencium tangan beliau... Menjadi Kabag, sama artinya dengan hidup yang jauh lebih baik...
"Mas Abdul kenapa tidak berpuasa??? Bukankah kamu muslim???"
"... Em..." Ingin menjawab tapi aku ragu...
"Ngomong saja mas... Saya bukan tipe orang yang akan merubah keputusan hanya karena beda pandangan..." Senyum kebapakan beliau yang membuat aku yakin...
"Saya belum bisa menjadi muslim yang baik Pak..."
"Konkritnya???" Cecar beliau...
"Saya masih suka melakukan yang haram-haram Pak... Kelakuan saya juga seenaknya sama orang... Padahal, ibadah apapun itu kan tujuan nya untuk kebaikan..." Aku diam sejenak...
"Sholat misalnya, itu kan mencegah perbuatan keji dan munkar... Buat apa saya sholat Pak, kalau saya masih suka semena-mena dengan orang..." Aku menunduk dalam...
"Heheheheheee... Mas Abdul, mas Abdul... Kalau pemikiran mu seperti itu, ya kapan kamu akan menjadi manusia???"
"..." Melihat beliau, dan ingin memaki sebenarnya... Emang aku hewan gituuu???
"Seperti kata mas Abdul, Sholat mencegah perbuatan keji dan munkar... Kenapa Sholat hanya diwajibkan pada manusia??? Hewan tidak???"
"Karena manusia punya akal mas..." Sambung beliau...
"Akal ini yang membedakan manusia dengan hewan... Tapi jangan lupa, manusia juga dibekali dengan nafsu..." Beliau diam...
"Nafsu ini baik tidak??? Ya baik!!! Selama kadarnya pas... Bayangkan kamu tidak punya nafsu makan, nafsu untuk mencari rezeki, nafsu meneruskan keturunan, mau jadi apa dunia ini???" Aku masih terdiam...
"Tapi... Jika nafsu itu berlebihan, manusia akan jadi hewan mas... Menggauli siapa saja seperti ayam, makan apa saja seperti babi, dan seterusnya..."
"Di situlah ibadah memegang peran... Sholat 5 waktu, hakekatnya memang mencegah perbuatan keji dan munkar... Kalau sudah Sholat, harusnya ga keji lagi..."
"Tapi "turun dikit," sholat adalah alarm pengingat kita... Dzuhur kita sholat, ingat "kenakalan" kita pada anak buah... Kita mohon ampun pada Allah, temui anak buah, minta maaf... Itu mencegah kekejian yang lebih besar tidak???"
"Puasa... Kita menikmati lapar yang Allah berikan, kita mengakui, merikuk, "Ya Allah, tanpa rezeki mu, aku ini lemah... Kuatkan aku ya Allah..." Kan gitu???"
"Goalnya apa??? Kita selalu ingat bahwa kita ini bukan siapa-siapa mas... Ingat kalau kita bukan siapa-siapa, membuat kita tidak akan jahat kepada siapa-siapa... Apa hasilnya??? Orang-orang yang bertaqwa..."
"Jangan menjadikan "ah, saya masih jahat, ah, saya masih maksiat..." Untuk tidak puasa mas... Keliru besar kamu mas!!!"
"Justru, puasalah kamu untuk jadi manusia... Untuk jadi Insanul Kamil..."
"Saya tanya mas, Tuhan butuh puasa mu ga sih mas???"
"Ya ga Pak..." Jawab ku lirih...
"Tanpa puasa mu, langit tetap biru mas... Matahari masih gagah bersinar di atas sana, rembulan pun masih berkilauan nanti tanggal 15 Ramadhan..."
"Tuhan ga butuh kamu puasa mas... Tapi kamu lah yang butuh puasa!!! Bukan untuk pahala, tapi untuk ingatkan kamu jadi manusia...!!!"
"Bukannya orang puasa itu motivasinya Pahala ya Pak???" Tanya ku pelan...
"Gini mas, saya kasih analogi kecil... Kamu pernah ga saya kasih bonus???"
"Tidak Pak..."
"Tapi kenapa tiba-tiba kamu saya angkat jadi Kabag???"
"..." Diam sambil nyengir...
"Pernah kamu menghitung bonus-bonus yang harusnya kamu dapat???"
"Heheheheee... Tidak pernah Pak..."
"Itu!!!" Dia nunjuk di depan ku...
"Seperti itulah harusnya kamu beribadah... Lakukan yang terbaik, ga usah mikir apa-apa, Allah yang akan membayar semuanya!!!"
"Logikanya, kamu belum bisa jadi Kabag mas... Tapi saya berani promosikan kamu, karena saya tau performa mu seperti apa..."
"Jika saya yang manusia penuh keterbatasan saja bisa ingat, bisa lihat performa mu yang bagus, apalagi Allah mas, yang maha segala nya!!!"
Jujur apa yang disampaikan oleh Pak Hidayat membuat logika ku teraduk-aduk... Aku membenarkan semua kata-katanya... Tapi jujur juga, masih ada yang mengganjal dalam hati ku... Aku ingin bertanya, tapi aku ga tau pertanyaan macam apa yang harus aku berikan...
Quote:
"Sekali lagi... Bapak ga akan maksa kamu berpuasa, sholat, dan ibadah lainnya... Itu hak prerogratif mu... Bapak juga ga akan mengubah putusan bahwa kamu akan mulai diangkat jadi Kabag per 1 Agustus nanti... Kamu puasa ya jadi Kabag, kamu ga puasa juga jadi Kabag..." Senyum mengembang di wajah beliau...
"Bapak cuma minta 1 saja... Renungkan, apa sih tujuan hidup mu??? Mau kemana setelah kamu mati??? Dan siapa yang akan kamu tuju... Itu saja mas..." Aku terdiam, lama...
"Em.. Makasih Pak... Saya akan coba pikirkan dan mencari jawaban atas semua pertanyaan itu..."
"Wajib!!! Kamu ga perlu beritahu Bapak apa jawaban mu... Karena jawaban itu, ya hanya untuk diri mu sendiri..." Kembali sebuah senyum ramah menghiasi wajah teduhnya...
Pertemuan dengan Pak Hidayat siang itu, benar-benar meruntuhkan logika berfikir ku selama ini... Malam itu, aku mulai memikirkan satu per satu tanya dari beliau...
Apa tujuan hidup ku??? Menjadi kaya lah... Senang, sejahtera mau beli semua bisa, punya istri cantik, baik, anak pintar... Tapi, setelah aku mati, mau kemana aku??? Ya dimakamkan... Lalu, gimana dengan istri, anak, harta dan lainnya??? Bagaimana jika aku mati muda, istri ku yang cantik jadi janda kaya raya... Aku tidak sanggup membayangkannya... Kemana aku kembali setelah aku mati??? Tuhan??? Mau Tuhan menerima ku??? Di dunia saja aturan nya aku sepelekan... Disuruh Sholat, aku banyak alasan... Di suruh puasa, aku mengelak... Sukanya menyakiti makhluknya Tuhan... Minta ampun sama Tuhan ga mau... Duh...
Quote:
"Ternyata bukan harta, istri, dan anak yang akan membuat ku bahagia... Tapi apa??? Apakah kedekatan dengan Tuhan yang akan membuat ku bahagia??? Tidak akan tahu hasilnya, jika aku tidak berani mencobanya... Baiklah!!! Ramadhan baru menginjak hari pertama, masih ada 28 atau 29 hari lagi waktu ku untuk mencoba... Aku akan berpuasa, beribadah dan mencari apa sebenarnya bahagia itu??? Dan Bagaimana cara menjadi manusia??? Semoga Allah SWT berkenana membimbing ku..."
Sumber: pemikiran sendiri...