lapar.bangAvatar border
TS
lapar.bang
[#CerpenReligi] Aku Bahagia Walaupun Sesaat




emoticon-I Love Indonesia WELCOME TO MY THREAD emoticon-I Love Indonesia



Halo para warga kaskuser sekalian, sebagaimana warga kaskuser yang berbudiman jangan lupa untuk

emoticon-Rate 5 Star RATE
emoticon-nulisah KOMEN
emoticon-pencet SHARE
emoticon-Toast CENDOL


Guna menyemarakkan suasana Ramadan dan meramaikan event kreator yang bertemakan tentang cerpen religi, saya akan sedikit menulis kisah yang entah bisa di bilang religi atau tidak entahlah, saya sendiri juga bingung dengan cerita yang buat ini. Maka yuk lah kita baca bersama sama.

Selamat Menikmati Dan


SELAMAT MEMBACA
emoticon-Monggo




Meifi Putri Hermawan adalah seeorang anak perempuan yang baru berumur lima tahun, ia memiliki paras cantik nan rupawan. Terlahir dari keluarga yang bergelimang harta membuat semua kebutuhan Meifi serba tercukupi.

Meifi adalah anak tunggal dari pasangan Angga Hermawan dan Meilita Indah Aggraeni. Dengan status Ayah yang bekerja sebagai seorang pengusaha property di kotanya dan Ibu sebagai dosen di salah satu Universitas Negri membuat keluarga tersebut menjadi keluarga yang sangat terpandang karena saking dermawanya mereka terhadap para tetangga.

Di sebuah rumah mewah berlantai 2 terdengar jelas sorak-sorai kegembiraan dari dalam.

Ya, Meifi sekarang sudah genap berusia lima tahun, setelah semua tamu undangan yang di dominasi oleh teman dan anak-anak dari orang tua Meifi dan para kerabatnya, tak lupa juga papa Angga dan Mama Mei mengundang anak-anak yatim-piatu.

Satu hal yang tak bisa di lupakan oleh papa Angga dan mama Mei adalah saat dimana anak sematawayangnya sanggat bahagia dengan kehadiran puluhan teman-temanya, namun bukan dengan teman sepermainan nya tetapi dengan seorang anak laki-laki kecil berpenampilan biasa yang di undang oleh papa Angga dan mama Mei dari sebuah panti asuhan.

Setelah acara perayaan ulang tahun itu selesai semua tamu undangan pun kembali satu persatu meninggalkan Meifi seorang diri.

Memang selama ini Meifi sering menghabiskan waktunya bersama dengan seorang pembantu yang sudah bekerja sebelum Meifi lahir, papa Angga dan mama Mei sudah menganggap Mbok Darsi seperti bagian dari keluarga mereka. Meifi selama ini kesepian, Meifi butuh teman yang bisa ia ajak bermain setiap hari.

Meifi lantas membuka satu persatu kado yang telah menumpuk sebegitu banyaknya, dengan dibantu mama-papa terlihat rona kebahagiaan terpancar dari raut muka gadis kecil tersebut.

Dress, Boneka, dan anehnya lagi ada sebuah kado dengan kotak kecil yang di bungkus dengan kertas koran yang sedikit berantakan dan Meifi sengaja membuka kado itu di saat semua kado-kadonya sudah terbuka semua. Sesaat Meifi merenung, dia masih berfikir apa benar kado ini dia sendiri yang membuatnya.



**Flashback**

"Selamat ulang tahun bidadari kecil" ucap anak laki-laki dengan senyum tersirat dari wajahnya.

"Tenang, walaupun kado ini kecil dan bungkusnya sedikit berantakan tapi percayalah kado ini sengaja aku buat sendiri sepesial untukmu saat ibu panti bilang bahwa aku dan teman-temanku akan di undang dalam pesta ulang tahun seorang bidadari, jadi terimalah kado dariku ini." sambung anak laki-laki itu.

Gadis itu hanya mengangguk dan menerima kado tersebut dengan senyum yang tak kalah merekanya dari anak laki-laki di depanya.

"Dan ini ada sedikit hadiah tambahan dariku, aku tidak terlalu jago dalam menulis, tapi tulisan dalam surat ucapan ini aku tunjukkan untukmu dan aku harap kamu bisa membaca tulisanku." anak laki-laki itu lalu mengeluarkan sepucuk surat ucapan untuk gadis tersebut.

"Terima kasih." ucap gadis itu setelah menerima kado dan sebuah surat ucapan yang kemudian pergi berlari entah kemana. Anak laki-laki itu pun hanya mengangguk membalas ucapan terima kasih dari gadis tersebut.

**Flasback end**




Mama Mei yang menyadari bidadari kecilnya melamun langsung menyadarkan Meifi dengan sebuah elusan di kepalanya.

"Kenapa sayang, apa kamu tidak suka dengan pesta ulang tahunmu tadi?" Tanya mama Mei setelah ia melihat gelagat sedikit aneh.

Meifi hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak mama, aku suka, aku sangat menyukai pesta ulang tahunku dan kado-kado yang aku dapatkan hari ini." Jawab Meifi tanpa menatap mama Mei.

"Lalu, itu kado dari siapa, kenapa tidak di buka?" Mama Mei kembali bertanya.

Seketika Meifi membuka kado dari anak laki-laki tadi, dan sesaat setelah kado itu terbuka Meifi langsung tersenyum bahagia. Ya, itu adalah sebuah gelang handmade yang sangat indah, di rajut sedemikian rupa dengan berbagai warna membuat Meifi saat memakai gelang itu terlihat sangat cantik.

Papa Angga dan mama Mei hanya saling pandang dengan tingkah laku anak sematawayangnya, mereka tak pernah melihat anaknya sebahagia ini.

"Itu hadiah dari siapa sayang?" Giliran papa Angga bertanya kepada Meifi. Dan Meifi pun memberikan sepucuk surat dari anak laki-laki tadi dan yang kemudian di baca oleh papa Angga.

Untuk bidadari kecil yang sedang berbahagia.

Selamat atas ulang tahunmu yang ke lima, semoga menjadi bidadari yang selalu membuat bahagia kedua orang tuamu.
Jangan pernah untuk membuat orang tuamu bersedih, aku merasa iri denganmu karena sejak lahir aku tak pernah merasakan bagaimana hangatnya dipeluk oleh seseorang yang kusebut mama dan papa.
Rumahmu begitu mewah, keluargamu terlihat begitu bahagia, jangan pernah kau membantah apa yang di perintahkan oleh kedua orang tuamu ya, karena aku di sekolah diajarkan oleh bapak guru bahwa aku tidak boleh membantah orang tuaku yang tidak lain adalah ibu pantiku.

Aku harap di usiamu yang baru saja menginjak lima tahun ini kamu selalu membuat orang tuamu bahagia sampai seterusnya.

Oh iya, Jangan lupa untuk minta kado ke orang tuamu, pasti kado itu lebih bagus daripada kado yang kuberikan hehehe.

Sudah dulu ya.


Salam dariku
Dimas


Setelah membaca surat dari Dimas, papa Angga dan mama Mei langsung bertatapan yang kemudian mereka mengangguk secara bersamaan.

"Kamu ingin kado apa dari mama dan papa?" Tanya mama Mei. Namun Meifi hanya menggelengkan kepalanya dan kembali murung.

"Kamu kenapa sayang?" Kini giliran papa Angga yang bertanya.

"Aku ingin itu pah, aku ingin itu." Jawab Meifi menunjuk surat yang di pengan oleh mama Mei.

"Ohh. Kamu cuma ingin surat ini kembali." Sahut mama Mei yang hendak mengembalikan surat itu kepada Meifi.

"Bukan ma, aku ingin Dimas menjadi kakak ku."

Entah Meifi mendapat jawaban darimana sehingga dia mengatakan hal itu, yang pasti setelah mendapatkan jawaban dari Meifi - papa Angga dan Mama Mei langsung syok dengan apa yang di katatakan Meifi.

"Meifi gak mau tau, Meifi ingin Dimas disini dan menjadi kakak Meifi." Ucap Meifi.

Satu bulan lebih setelah perayaan hari ulang tahun, Meifi masih mengurung diri di kamar, Meifi terus menangis dan mencaci kedua orang tuanya, Meifi marah, Meifi kesal, meifi terus menangis dan mengunci kamarnya dari dalam bahkan ia berkali-kali jatuh sakit dan masuk rumah sakit.

Terlihat mama Mei juga bersedih akan apa yang di lakukan bidadari kecilnya, sudah satu bulan lebih Meifi tak mau bertemu dengannya dan juga papa Angga kecuali Mbok Darsi yang sudah di anggap Meifi orang tua kedua.

Meifi tak menceritakan apapun kepada Mbok Darsi selain keinginan nya bertemu dengan Dimas dan Dimas, ia ingin Dimas tinggal disini sebagai kakaknya.

"Pokoknya kita harus segera mengadopsi dimas untuk kebahagian anak kita pa." Celetuk mama Mei yang masih menangis di pelukan papa Angga.

"Mama tenang dulu ya biar papa pikirkan terlebih dahulu." Sahut papa Angga.

"Papa itu dari kemarin cuma pikirkan mulu jawabnya, papa gak lihat anak kita sudah berkali-kali masuk rumah sakit gara-gara keinginanya yang ini." Sontak mama Mei melepaslan pelukan dari papa Angga.

"Mama gak kuat pa kalau didiemin terus sama anak kita, papa tau kan kalau mama sudah gak bisa melahirkan lagi setelah rahim mama di angkat, mustahil pa kalau kita memberikan Meifi adik, lagipula Meifi cuma ingin kakak laki-laki daripada seorang adik. Dan mau tidak mau kita memang harus mengadopsi Dimas sebagai anak kita dan sebagai kakak untuk Meifi." Lanjut mama Mei kepada papa Angga.

Jarum jam terus berputar langit sore kini semakin gelap menunjukkan bahwa waktu akan memasuki malam hari.

Mama Mei dan papa Angga berpesan kepada Mbok Darsi untuk memasakkan makanan spesial dan menjaga Meifi selagi mereka berdua keluar.

Di sebuah panti asuhan tak henti-hentinnya mama Mei berharap-harap cemas dengan tawaran yang telah ia tawarkan kepada Dimas yang akan dia adopsi, Dimas hanya diam menatap wajah Ibu panti yang sangat teduh dengan senyuman tipisnya yang selama ini telah merawatnya dari kecil, Dimas sudah tak bisa memilih, Dima Bingung dengan dua pilihan, Dimas akan memili mama Mei dan meninggalkan Ibu panti, atau Dimas memilih Ibu panti dengan melihat mama Mei sedari tadi terus menangis. Ibu panti pun mengajak dimas berbicara secara empat mata di ruangan Ibu panti, meninggalkan mama Mei dan Papa Angga.

Sebelumnya mama Mei sudah mengutarakan niatnya untuk segera mengadopsi Dimas dengan alasan karena Meifi ingin memiliki seorang kakak, dengan menceritakan latar belakang dirinya mama Mei terus membujuk agar Ibu panti mengijinkan Dimas untuk di adopasi.

Memang di panti asuhan ini peraturan untuk mengadopsi seorang anak sangat ketat, mereka harus tau track record seorang keluarga yang akan mengadopsi sorang anak. Ibu panti yamg memang sudah kenal baik dan mengetahui sepak terjang mama Mei langsung mengijinkan dengan senang hati untuk memilih siapakah yang akan dia adopsi. Dan Dimas lah yang ia pilih, namun dimas yang saat itu sedang gelisa akan pilihan nya kembali di yakinkan oleh Ibu panti bahwa keluarga mama Mei adalah keluarga yang sangat baik.

Dan keputusan yang dimas ambil adalah memili ikut dan bersesia menjadi anak angkat dari mama Mei dan Papa angga. Sontak tangis bahagia langsung pecah dari mama Mei yang kemudian langsung memeluk dan menciumi Dimas. Namun dengan satu syarat, jika dimas rindu dengan Ibu panti dimas diijinkan untuk pulang kepanti asuhan dan syarat itu dengan mudah di terima oleh mama Mei dan papa Angga.

Beberapa jam setelah kepulangan mama Mei dan Papa Angga mereka telah sampai di sebuah rumah lantai dua dengan kerlap-kerlip lampu, dimas yang sedari tadi hanya melihat suasana rumah yang megah nan mewah ini tak biasa sampai-sampai ia tertinggal di belakang.

"Ayo sayang masuk, rumah ini sekarang jadi rumah kamu juga." Ucap mama Mei yang menggandeng Dimas berjalan memasuki rumah.

"Dimas, ikut mama-papa ke lantai atas yuk ke kamar Meifi" ajak mama Mei kepada Dimas yang di jawab dengan anggukan.

"Meifi sayang, keluar sayang." Panggil mama Mei dari balik pintu.

"Gak mauk." Sahut Meifi dari dalam.

"Disini ada kak Dimas loh." Ucap mama Mei

"Enggak, mama bohong."

"Enggak sayang mama gak bohong, coba keluar dulu." Bujuk lagi mama Mei terhadap Meifi. Yang tidak lama kemudian terdengar suara kaki mendekat di balik pintu sana, dan saat pintu itu tebuka Meifi hanya diam memaku tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ya, Meifi melihat mama-papa berdiri di antara Dimas yang sudah menyambut Meifi dengan senyuman khasnya.

"Hai bidadari cantik..." Sapa Dimas. Senyuman yang sudah satu bulan lebih tak terlihat dari wajah Meifi kini sudah kembali terlihat.

"Yang cengeng." Imbuh Dimas lagi dengan senyuman jahilnya.

"Kak Dimas jahat, kenapa kaka lama kesini, padahal aku sudah menunggu jauh-jauh hari." Sahut Meifi yang kemudian bergelandotan manja terhadap Dimas.

Sunggu malam yang sangat membahagiakan untuk Meifi, selain Dimas yang sudah datang dia terus bercerita kenapa dia ingin Dimas menjadi kakaknya, Meifi tak canggung menceritakan apa-apa saja yang telah ia alami selama satu bulan ini sampai ia masuk rumah sakit berkali-kali karena psikologisnya drop.

Mama-papa pun hanya diam menyimak cerita demi cerita yang keluar dari putri sematawayangnya, ah tidak, sekarang bidadari kecil tersebut sudah memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Dimas.

Dimas merasa bahagia bisa di terima di keluarga ini, dia merasa beruntung karena bisa merasakan hangatnya pelukan dari seseorang yang ia sebut dengan orang tua atau mama-papa.

Beberapa bulan kemudian Meifi dan Dimas kini sudah masuk menjadi siswa sekolah dasar, umur Meifi dan Dimas hanya terpaut beberapa bulan dan Dimas sedikit lebih tua dari Meifi.

Hingga keduanya kini sudah memakai seragam putih abu-abu. Kecantikan Meifi kini semakin terlihat nyata seiring berjalan nya waktu, begitupun dengan Dimas yang semakin tampan dan banyak di gandrungi perempuan-perempuan yang ada di sekolahnya. Beberapa kali Dimas selalu memasang badan untuk bidadari kecilnya jika ada yang menggoda dan beberapa kali pula Dimas pulang dengan babak belur.

Terkadang cacian dan hinaan untuk Dimas tentang anak Angkat yang asal-usul orang tuanya tak jelas selalu terdengar dari mulut teman-teman nya, hal itu yang lantas membuat Meifi marah akan tindakan diskriminalisasi yang di tunjukkan terhadap kakaknya. Tak ayal Meifi sering keluar masuk ruang BP dan membuat teman-teman nya pulang lebih awal karena luka-luka yang di akibatkan kemarahan Meifi.

Meifi tak memandang Dimas sebagai kakak angkat, dia sudah menganggap Dimas sudah seperti kakak kandungnya sendiri, walaupun jelas mereka tumbuh dari keluarga yang berbeda namun Meifi tak ingin status anak angkat terus melekat dalam diri Dimas, Meifi ingin menganggap mama-papa sebagai mama-papa kandung dimas dan dirinya sebagai adik kandungnya. Meifi selalu menuruti apa kata Dimas karena Meifi yakin seorang kakak tak pernah menjerumuskan adiknya ke dalam hal-hal yang buruk.

Sudah bertahun-tahun dimas tinggal di rumah Meifi, namun dengan status sebagai anak angkat mama Mei dan papa Angga tek membedakan mereka berdua, mama Mei dan papa Angga memperlakukan dimas layaknya darah dagingnya sendiri sama seperti saat mereka berdua memperlakukan Meifi.

Saat dimana titik terendah sudah menghampiri Dimas, Dimas sangat rindu akan keluarganya, Dimas rindu mama dan papa kandungnya, bukan mama Mei dan papa Angga. Dimas sangat yakin kalau kedua orang tuanya masih hidup. Setiap hari dimas gelisa, setiap hari tidur Dimas tak terasa nyeyak, Dimas terus memikirkan keinginan nya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Hingga melupakan kesehatanya. Dimas drop, Dimas sakit. Tiap kali Dimas sedikit merasa capek pasti hidungnya akan mengeluarkan darah dan jatuh pingsan, bahkan saat pelajaran olahraga Dimas selalu pingsan jika mengikuti kegiatan olahraga dengan keras. Dan Dimas sudah bekali-kali masuk rumah sakit.

Tahun ini adalah tahun yang sangat menyedihkan buat dimas selain kondisinya yang sering drop Dimas juga tak ingin meninggalkan kewajiban nya sebagai seorang muslim, Dimas tetap berpuasa, dimas memang menjadi panutan untuk Meifi, karena semasa Dimas di panti asuhan, ibu panti sering menghukum anak yang tak mau sholat dan mengaji, karena hal inilah Dimas tak semena-mena meninggalkan kewajiban nya walaupun kondisi dimas sudah sangat memburuk. Hingga sepuluh hari sebelum memasuki hari lebaran Dimas kembali masuk rumah sakit untuk yang kesekian kalinya.

Saat dokter menfonis dimas dengan penyakit yang sangat mustahil untuk di sembuhkan kecuali akan mukjizat dari Tuhan, Dimas telah terserang penyakit kanker otak stadium akhir. Dokter bilang Dimas sudah sangat terlambat untuk di tangani, mendengar pernyataan dari dokter membuat Meifi sangat terpukul dan histeris, Meifi tak percaya akan apa yang telah di derita oleh Dimas, Meifi terus berontak menyalahkan dirinya karena tak bisa menjaga Dimas, mama Mei yang berusaha menenangkan Meifi pun kuwalahan sementara papa Angga terus berusaha menenangkan Meifi hingga meifi lelah dan pingsan.

Keesokan harinya di sebuah kamar yang lumayan besar dan dengan banyaknya alat bantu dari rumah sakit yang menempel di tubuh Dimas, terlihat wajah muram dari Meifi yang terus memengangi tangan Dimas, berharap Dimas bangun dan kembali sehat namun harapan Meifi seolah tak berujung. Dimas masih tetap memejamkan mata hanya terdengar suara detak jantung Dimas yang semakin melemah.

Sudah dua hari Dimas belum juga sadar dan sudah dua hari pula Meifi ijin ke pihak sekolah guna menunggu kakaknya yang sedang terbaring di kamar rumah sakit, Meifi pun berjanji jika Dimas bangun dia akan mengabulkan apapun permintaanya asal Dimas bisa sembuh dari penyakitnya.

"Aku berjanji kak, kalau kakak bisa bangun dan kembali berdiri seperti sedia kala aku akan mengabulkan apa yang menjadi keinginan kakak, asal kakak bisa sembuh dan kembali jagain Meifi." Gumam Meifi dalam hati, terlihat mata Meifi kembali berkaca-kaca, air mata yang sudah mengering kembalih mengalir melihat Dimas bangun dan mesespon genggaman tangan Meifi.

Meifi pun langsung memanggil dokter yang langsung menangani perkembangan Dimas, setelah beberapa jam berlalu dokter keluar dari ruangan Dimas dan memberikan kabar baik kalau kondisi dimas sudah sedikit membaik.

Sontak Meifi pun masuk dan melihat dimas sudah tersenyum melihat Meifi yang sudah setia menjaganya. Meifi pun berusaha menyuapi dimas dengan makanan yang sudah di sediakan oleh pihak rumah sakit. Sesaat setelah Meifi menghubungi mama-papa mereka berdua pun sudah sampai di ruangan dimas dan memeluk Dimas dengan begitu erat.

"Ma, pa, sebelum Dimas pergi Dimas boleh minta sesuatu gak?" Tanya dimas di sela-sela rasa haru.

"Hus, kamu gak boleh ngomong gitu sayang, kamu pasti akan sembuh." Sahut mama Mei.

"Tapi Dimas boleh minta sesuatu kan ma-pa." Ucap Dimas sekali lagi.

"Apapun permintaan kakak selagi kita semua bisa pasti bakal kita turuti kak" sahut Meifi.

"Dimas minta ketemu sama orang tua kandung Dimas." Pinta Dimas.

Mereja bertiga tebelak dengan permintaan Dimas, mau tidak mau mereka harus menuruti apa yang diminta oleh Dimas.





**Dikarenakan sudah hampir mencapai 20000 karakter dan cerita sedikit lagi selesai maka akan saya lanjutkan di bawah
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
3.4K
41
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan