AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Begini Nih Sulitnya Menerjemahkan Puisi


“Menerjemahkan” yang saya maksud di sini bukan memahami atau menafsirkan makna yang terkandung dalam puisi, melainkan mengalihbahasakan (translation) dari satu bahasa ke bahasa yang lain, dari Inggris ke Indonesia misalnya.

Saya pernah menikmati Sayap-Sayap Patah karya Kahlil Gibran yang disajikan oleh dua penerjemah yang berbeda. Yang satu terasa begitu renyah dan gurih, sementara yang lain terasa kering dan hambar. Saya sempat berpikir, apakah The Broken Wingspunya dua versi yang berbeda? Tidak, The Broken Wings hanya ada satu versi, namun metode penerjemahannyalah yang membuat “rasanya” jadi berbeda.


Atmajeur.com

Tidak mudah memang, menerjemahkan sebuah naskah ke bahasa lain. Terlebih yang diterjemahkan itu adalah karya sastra, terkhusus lagi puisi. Sebab, dalam puisi ada 3 hal yang harus dijaga: Makna, Gaya, dan Rasa. Jika puisi dialihbahasakan, maka salah satu, atau salah dua dari 3 hal tersebut akan ada yang hilang.

"Makna" menyangkut pesan yang ingin disampaikan. Misalnya, kata “blue” tidak mesti diterjemahkan “biru”. Ia bisa saja bermakna “sedih”. Atau “rain” tidak mesti bermakna “hujan”, tapi bisa berarti bencana, atau rahmat.


On-the-news.blogspot.com

"Gaya" berhubungan dengan pola kalimat dan diksi. Misalnya bahasa asal berpola a/b/a/b, maka idealnya terjemahannya juga harus berpola begitu. Ini bagian yang tersulit dalam penerjemahan puisi, sebab kata setiap bahasa itu berbeda. Jika mempertahankan gaya, maka maknanya yang akan hilang, atau sebaliknya.

Sedangkan "rasa" adalah sesuatu yang dapat dinikmati dan dibayangkan oleh penikmat puisi. Misalnya kata summer jika diterjemahkan sebagai Musim Panas, maka akan kehilangan “Rasa” sebab summer dalam bahasa Inggris adalah kondisi di mana matahari bersinar cerah dan bunga-bunga serta daun-daun berjatuhan.

Nah, untuk mempertahankan ketiga hal tersebut, seorang penerjemah puisi dituntut minimal menguasai bahasa asal, dan bahasa sasaran, teori sastra, dan menggunakan metode terjemah yang berganti-ganti sesuai teks yang diterjemahkan. Namun bagaimanapun, salah satu atau lebih dari ketiga unsur tersebut, pasti ada yang hilang.

Agung Prasetyo dalam blognya menyebutkan, setidaknya ada 7 buah metode terjemah puisi, yaitu fonemik, literal, rima/sajak, metrikal, prosa, terjemah bebas, dan interpretasi.

Namun dari ketujuh metode tersebut, saya menyimpulkannya hanya menjadi dua, yaitu metode harfiah (literal, kata perkata) dan bilmakna (terjemah bebas, yang penting maknanya sama).

Solusinya, seorang penerjemah puisi harus pandai menggunakan ketujuh metode tersebut secara berganti-ganti dalam menerjemahkan sebuah puisi, sehingga, untuk mengurangi adanya “rasa atau makna” yang hilang.(*)
***
Spoiler for Referensi:
Diubah oleh Aboeyy 22-03-2020 16:05
0
10.1K
70
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan