skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Makna Sukses Bagi Orang Rantau


Terletak diantara perbatasan Sumatera Utara dan Pekan Baru, kota Rantau Prapat memiliki penduduk sekitar kurang lebih 472.215 berdasarkan hasil survey BPS tahun 2017. Kondisi wilayah yang identik dengan penghasil kelapa sawit dan karet sebagai komoditas utama, telah melahirkan sebuah mindset bahwa sukses bermula dari luas serta lebarnya kedua faktor tersebut.



Selain kelapa sawit dan juga karet, penduduk dikota yang dilintasi jalur utama lintas Sumatera ini, memiliki tolak ukur yang lazim dan sering dijadikan sebagai sebuah kesuksesan diantaranya:
1. ‎Naik Haji
2. ‎Memiliki Rumah
3. ‎JumlahTruk yang Dimiliki
4. ‎Menyekolahkan Anak Ke Jawa
5. ‎Menjadi PNS



***

Stereotype terkadang memarginalkan pemikiran yang luas menjadi terbatas. Saat kita berpikiran sedikit out of the box, maka orang akan menganggap kita aneh seperti alien yang muncul dari daratan entah berantah. Tentu, disonansi kognitif bisa saja terjadi dan tidak terhindarkan dalam pergulatan perspektif yang saling bertolak belakang.

Apa yang orang kebanyakan lakukan dan pikirkan belum tentu seiring dan sejalan dengan apa yang beredar dalam benak pribadi. Semua tergantung pada manifestasi pola pikir dan identitas mandiri setiap individu meski tak terlepas sepenuhnya dari pengaruh lingkungan sekitar juga.

Baiklah, mari berdamai dengan kenyataan dimana golongan muda yang "dirantaukan" keluar daerah belum tentu kembali dengan mindset yang serupa. Seperti halnya saya yang sudah lama berpisah jauh dari kampung halaman tanpa jeda. Lingkungan dan waktu sudah menggugurkan sebagian "pemikiran bersejarah" dari otak saya dan membelokkannya pada beberapa tolak ukur tentang kesuksesan lain seperti:

1. Hidup Sederhana dan Belajar Berbagi
Spoiler for Ilustrasi. Sumber www.google.com:


Pemikiran yg populis ini menyesuaikan dengan tataran dan kapasitas diri saya yang sederhana pula. Hidup dalam kondisi bersahaja dan mampu berbagi adalah makna kesuksesan dalam konteks berkehidupan sejati yang sukma-nya mulai luntur akibat tergerus paham hedonisme. Hidup secara sederhana bukan berarti berpasrah dengan keadaan. Namun sebuah kondisi yang dapat dengan bijak memilah tabir tipis antara kebutuhan dan keinginan. Berlalu-lalang mencari esensi dan perlahan melunturkan atribut hedonis yang melekat lebih erat dari lem di retakan yang bersemayam dan pulas dalam pemikiran.

Sedangkan belajar berbagi meski sekilas tampak mudah, akan tetapi tidak bagi mereka yang masih terbebat dan terpasung oleh kecintaan yang berlebih terhadap materi. Sebuah wujud idealis dari fungsi manusia sebagai makhluk sosial yang tidak mampu hidup seorang diri dan saling membutuhkan.

Pada dasarnya kita memang bukan orang hebat yang bisa mandiri. Mulai dari terlahir di dunia hingga akhir hayat, kita tidak akan pernah lepas dari intervensi manusia. Saat orang lain berbagi untuk kita, maka hal serupa lah yang patutnya juga kita lakukan.

2. Pendidikan Moralitas Pada Anak dan Pendekatan Spiritual yang tak Terpatahkan
Spoiler for Ilustrasi. Sumber www.google.com:


Sebagai anugerah dari Tuhan, anak adalah sebuah titipan yang harus kita asuh secara bertanggung jawab. Ia ibarat kertas putih dengan segala kesuciannya. Kita bisa menulis dan mencoretnya dengan tinta, atau apapun yang kita inginkan. Dan kelak, itulah hasil yang akan kita dapatkan.

Pendidikan moralitas adalah hal esensial yang harus ditanamkan sejak dini. Banyak orang berpendidikan tinggi namun mengenyampingkan nilai moral dalam keseharian hidupnya.

Jadi menurut saya, nilai moral inilah yang pantas ditanamkan dengan sepenuh cinta pada "titipan-titipan kecil dari Tuhan" yang dipercayakan sepenuhnya pada kita. Supaya kelak mereka menjadi manusia yang bermoral dan peka terhadap sesamanya di zaman yang penuh sesak dengan pergolakan emosi nantinya.

Kembali pada hakikat kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, secara naluriah ada keinginan untuk menggali lebih dalam dan memaknai sisi spiritual saya sebagai manusia. Agama sebagai rahmat dan pencapaian individu.

Hal yang tidak bisa dipisahkan dari agama yang saya yakini adalah proses pembelajaran. Dimana kita dituntut untuk selalu membaca dan belajar seumur hidup, lebih memahami setiap nilai dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari. Perlahan meniti pendekatan pada Tuhan adalah paramater pribadi saya untuk kesuksesan imateriil.

3. Menjadi Penulis yang tak Pernah Berhenti Belajar
Spoiler for Ilustrasi. Sumber www.google.com:


Saya menempatkan cita-cita menjadi penulis sebagai bagian dari sukses dengan tujuan memberikan kontribusi akan luasnya jendela dunia dalam karya berbentuk tulisan, dan wujud nyata ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cara tersebut meski dalam skala sederhana.

Banyak membaca dan menggali informasi sebagai referensi membuat kita selalu merasa kosong dan haus untuk belajar. Jangan pernah menganggap diri kita sudah terlampau pandai sehingga menepikan orang lain.

Saat mulut tak lagi mampu berkata, bisa jadi pena lah yang akan menggantikan perannya. Menjadi penulis yang mampu menginspirasi adalah versi pencapaian lain atas sukses bagi diri saya.

4. Berangkat Haji
Spoiler for Sumber www.google.com:


Keinginan ini sebenarnya berlaku secara universal bagi kaum muslim diseluruh dunia. Harapan mampu berangkat ke Mekah sebagai upaya penyempurna rukun Islam yang ke lima. Termasuk diri saya. Saya yakin Tuhan kelak akan memberikan kemudahanNya, In syaa Allah berangkat pergi Haji adalah inklusif dari kesuksesan ideal bagi saya. Sama persis dengan parameter suksesnya orang di kampung, terlepas dari prestise ataupun status sosial yang nantinya akan melekat pada diri seseorang.

***

Bila penjabaran sukses versi saya dikomparasikan dengan apa yang selama ini dianggap sebagai parameter dibenak masyarakat dikampung saya pada umumnya, beberapa seakan tampak berseberangan dan dinilai sebagai idealisme belaka yang abstrak. Namun, inilah impian saya atas sebuah kesuksesan yang mungkin berbeda. Sebab, kontemplasi atas makna sukses itu terletak pada pemikiran dan pencapaian personal yang tidak terikat hanya pada interpretasi tunggal.

Perbedaan maupun gesekan pastilah ada, namun bagaimana kita menyikapinya tanpa harus menyinggung hak masing-masing individu adalah yang terutama.

Seperti halnya hak asasi manusia yang dibebaskan asal tidak berbenturan dengan hak orang lain. Artinya bersikap bijak tanpa menjustifikasi adalah manifestasi kehidupan yang selayaknya bisa kita pikirkan sebagai kesuksesan bersama.

Salam sukses!!!
©Skydavee
Diubah oleh skydavee 14-03-2018 03:35
0
14K
155
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan