Dinamika kehidupan saat ini begitu pelik. Berbagai problema kehidupan mewarnai keseharian orang-orang di dunia ini. Drama kehidupan terus bergulir setiap waktu, ibarat aliran air sungai yang menganak. Sebagian besar orang-orang menganggap semua dinamika dan problema itu sebagai penghias diri. Besar kecilnya problema yang mendera janganlah dihindari, akan tetapi dihadapi. Kesalahan yang telah diperbuat baik sengaja ataupun tidak, hendaknya selalu menjadi pembelajaran di kemudian hari. Jika berbuat kesalahan hendaklah diklarifikasi dan meminta maaf. Jika orang lain berbuat salah, berlapang dadalah dalam menyikapinya. Tapi jika orang berbuat salah, namun ngeyel bagaimana? Ya harus kuat sabar dan bijak dalam bertutur kata dan bertindak. Seperti kejadian antara penjual dan pembeli yang akan dibeberkan. Dengan kekuatan kuota sekarat, so CEKIDOT.

Pembeli mengkomplain penjual akibat barang pesanan tak sesuai yang diharapkannya. Dia memesan tas berwarna "blue", tapi yang sampai tas berwarna biru bukan hijau. Sangat jelas jika kesalahan terletak di pihak pembeli, tapi anehnya sudah salah malah ngeyel. Penjual pun berusaha bersikap tenang dan menjelaskan kepada pembeli jika "blue" itu biru bukan hijau, tapi si pembeli tetap kekeh dengan pendiriannya. Si penjual pun memberikan solusi agar si pembeli membuka kamus Bahasa Inggris untuk mencari tahu arti "blue" sebenarnya, tapi si pembeli tetap ngeyel bahkan mengatai si penjual harus "semar" (semar mesem kelees, padahal yang benar SMART). Penjual menyikapi santai, jika dia terpancing emosi bisa dipastikan dari awal akan terjadi Perang Baratha Yudha.

Kenapa si penjual begitu ngotot jika "blue" itu hijau? Asal Gansis tahu aja, Indonesia terdiri dari banyak pulau, dan suku. Setiap pulau dan suku memiliki budaya/kebiasaan yang unik. Seperti di Madura, jika bermaksud warna HIJAUmaka mereka mengatakan BIRU. Ini merupakan kebiasaan unik daerah tsb. Sama juga seperti daerah asal TS di Aceh. Di Aceh kebiasaan orangnya bermaksud warna BIRU dengan mengatakan HIJAU. Ya memang unik Negara Indonesia ini yang dirangkai begitu banyak pulau dan juga suku.

Saat berinteraksi dengan orang lain, hendaklah perhatikan dimana tempatnya dan orang tsb berasal darimana. Jika sesama daerah/suku yang sama, mungkin mereka masih memahaminya. Tapi jika yang bukan dari daerah yang sama, sudah pasti kejadian serupa terulang kembali. Saat berdebat pun jangan langsung mengklaim yang paling benar, mungkin bagi kita benar tapi belum tentu bagi orang lain. Jika salah, jangan sungkan untuk meminta maaf dan tidak mengulanginya. Semoga semua ini bisa menambah pengetahuan Gansis akan dinamika kehidupan, juga khasanah pengetahuan suku di Indonesia.

Bagaimana Tanggapan Gansis?