Pada dekade awal kehadiran Ponsel, Operator Seluler rata-rata memasang tarif nelpon ke sesama operator sebesar Rp.2.200,- (termasuk pajak) per menit, dan biaya SMS Rp.350,- per 160 karakter (1 SMS). Artinya, meski kita nelpon cuma 1 detik, tetap dikenakan biaya Rp.2.200,-

Dalam perkembangan selanjutnya, seiring lahirnya operator lain, persaingan untuk merebut hati pelanggan semakin ketat. Salah satu strategi marketing yang diterapkan adalah menurunkan tarif biaya nelpon menjadi per detik. Hal ini dipelopori oleh Telkomsel melalui Kartu As, dengan tarif Rp.25,- per detik.

Dan akhir-akhir ini, operator seluler makin “gila-gilaan” mempromosikan tarif nelpon murah. Dari Rp.1 per detik ke semua operator, hingga 0,1, bahkan ada yang gratis. Begitu juga dengan biaya SMS. Tarif itu, ada yang bersifat “berbatas waktu dengan syarat dan ketentuan tertentu”, dan ada pula yang bersifat mutlak tanpa syarat.

Lalu, benarkan tarif nelpon/SMS Rp.1, atau yang kurang dari itu, bahkan yang gratis itu murah? Dengan tegas Ane menjawab, “TIDAK!”

Berikut alasan-alasan dan penjelasannya:


1. Masa Aktif Berbanding dengan Isi Pulsa



Andai kita mengisi pulsa Rp.10.000,- maka rata-rata semua operator menetapkan masa aktifnya adalah 7 hari. Artinya, per hari kita dipaksa oleh sistem untuk menghabiskan pulsa sekitar Rp.1.500,-

Jika dalam seminggu itu kita hanya menghabiskan pulsa Rp.1.000,- karena tarif nelponnya yang sangat murah, lalu sisa pulsa Rp.9.000,- itu untuk apa? Tuh ia tak bisa digunakan pada masa tenggang, sehinga kita harus isi ulang lagi agar masa aktifnya diperpanjang. Walaupun sisa pula itu tidak hangus, dan terakumulasi dengan pulsa berikutnya, tuh untuk apa sisa pulsa yang berjubel, kalau yang terpakai cuma beberapa rupiah saja? Artinya sama saja dengan kita menelpon dengan menghabiskan pulsa Rp.10.000,- per minggu.

Kalaupun akumulasi pulsa itu dibelikan paket kuota internet, biasanya masa aktif kuota itu juga mengikuti masa aktif kartu. Anggaplah dengan akumulasi pulsa itu kita bisa beli 5 GB kuota dengan masa aktif satu minggu. Mampukah kita menghabiskan kouta sebanyak itu dalam tujuh hari? Jika tidak habis, maka kuota itu akan hangus.


2. Paket Gratis Nelpon/SMS Berbatas Waktu



Paket gratis nelpon/SMS yang diberikan itu juga pada umumnya berbatas waktu. Ada yang satu hari dan ada yang satu minggu. Jika kita tidak bisa menghabiskan paket gratis tersebut dalam waktu yang ditentukan, maka paket itu akan hangus. Anggaplah kita beli paket nelpon 500 menit seharga Rp.10.000,- berlaku satu minggu. Tapi yang terpakai hanya 50 menit, yang jika menelpon dengan tarif normal nilainya setara dengan Rp.10.000,- Artinya, sama saja kita nelpon dengan beli paket atau tidak, yaitu menghabiskan pulsa 10K per minggu.


3. Syarat dan Ketentuan Berlaku

Untuk mendapatkan gratis nelpon atau SMS biasanya harus memenuhi syarat, misalnya setelah menelpon dengan biaya Rp.3.000,- atau setelah mengirim 10 SMS denga tarif normal yang nilainya juga sekitar Rp.3.000,- Masa berlakunya hanya maksimal 24 jam yaitu sampai pukul 23.59. Jika kita mendapatkan paket gratis tersebut pada pukul 22.00, berarti dalam waktu 2 jam kita harus bisa menghabiskan paket gratis tersebut.

Apalagi jika mendapat gratis 1.000 SMS, rasanya tidak ada orang yang mampu menghabiskan sebanyak itu dalam satu hari. Mungkin paket gratis inilah yang sering digunakan oleh Spammer dengan mengirimkan SMS Fishing ke nomor HP secara acak.

Artinya, sama saja kita harus memakai pulsa minimal 3K per hari. Atau sama saja dengan tarif nelpon per menit.


Nah sekurangnya itulah tiga alasan mengapa tarif nelpon per detik itu tidak lebih murah dari per menit seperti dulu, menurut hasil pemikiran Ane.

Jika ada alasan lain, atau tidak sependapat dengan hal di atas, silakan komen, agar bisa kita diskusikan bersama!
**********