Serangga kecil penggangu tidur. Itulah nyamuk. Yang setiap hari bernyanyi digendang telingaku membuat aku selalu sakit hati. Mau nutup mata, dia datang lagi bernyanyi. Dengan nyanyian-nyanyian yang tak jelas. Oh nyamuk. Ingin rasanya aku membuat perangkap untukmu. Ini kerajaan kecilku, tempatku bermeditasi, beristirahat, berkarya dan berkhayal. Tak boleh ada satupun makhluk yang masuk selama aku sedang berkegiatan, apalagi dirimu. Apa yang membuat kau senang berkeliaran di sini?


Aku membersihkan kamarku saja 10 kali dalam sehari, namun kau tetap tak mau mengerti. Nada-nada mu yang tak jelas selalu kau bawa-bawa kegendnag telingaku. Kau bahkan datang membawa rombongan. Mungkin kau sudah bosan untuk hidup dan akan mengakhiri kehidupanmu di sini. Maaf, dengan berat hati ku harus menaruh perangkap ini. Inilah jalan terkahirku untuk memusnahkan kalian dari kehidupan, dan kerajaan kecilku.

Sekarang rasakan tembakanku. “sssssssssssssssssssst.” Itu dia semprotan kematian untuk kalian. Kalian pikir kalian siapa? Yang seenaknya datang mengganggu kehidupanku. Huft. Legah sekarang aku bisa tidur bebas tanpa ada iringan lagu ngak jelas dari kalian.


“Dasar manusia jahat, teganya dia membunuh dengan sesuka hati, dia pikir dia siapa? Dia juga makhluk Tuhan, bukan? Padahal kita juga makhluk Tuhan seperti dia. Bahkan dia bisa saja mengusir kita dengan baik. Tapi dia malah membunuh saudara-saudara kita, ayah, ibu, semuanya dia matikan dalam sekejap. Dasar manusia tak punya hati.”

“Waduh, sepertinya, ada yang berbicara, aku ngayal kali ya? Masa ada serangga bisa ngomong? Atau jangan-jangan, mereka menghantuiku? Aaah masa bodo, yang penting malam ini aku akan tidur dengan tenang, menikmati mimpi yang indah.”

“lihat saja nanti, akan ku hantui dirimu manusia jelek. Tunggu balasanku!”

“Aduuuh, kok aku jadi takut gini, yang ku habisikan Cuma nyamuk, kok rasanya kaya telah menghabisi ribuan orang. Merasa bersalah banget deh, udah gitu kok jadi merinding gini.”

Mencoba menepikan diri ruang tidurku ini. Menghilangkan kecemasan yang tiba-tiba menghantuiku.

“tau ngak dek, kakak habis perang?”

Aku langsung membuka percakapan ngak jelas bersama adikku yang lagi asyi dengan bacaan dongengnya.

“aaah kakak ganggu aja, ceritanya nanti aja, perang apa cobak malam-malam gini? Perang ama tikus, atau hantu ?
“iiih, adek nih, malah sebut-sebut nama hantu segala.”

“habisnya kakak siih, bawa cerita ngak jelas gitu, sudah ah besok aja curhatnya aku mau lanjutin, lagi seru nih.”

Terpaksa deh mundur. Adikku memang gitu. Kalau sudah seru dengan bacaannya, mana mau dengerin orang lain.

“ya sudah, kaka mau tidur aja. Tapi di sini ya, ingat bangunin kakak, jangan tinggalin sedirian.”

“ia, ia.”

Akupun tepar di depan TV.

“nyeeeeeng, nyeeeeeeeeeeng,nyeeeeeeeeeeeeng.”

“iiiih, kalian lagi, kalian lagi.”

“hei manusia jelek, sekarang kami akan mengajarmu, kami akan mengajarmu sampai kapok.”

“nyeeeng, nyeeeng,nyeeeng.”

“iiiih, pergi, pergi, pergi, janagn hantui aku. Aku tak bersalah.”

“hahahaha, kau bilang apa? Kau tak bersalah? Kau sudah habisi ayahku, ibuku, kau habisi semua keluargaku, sekarang kami tak akan memberikanmu menutup matamu hanya sekejap.”

“pergiiii, pergiiii, pergiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.”

“kak, kak, kak,”

“huh”

“kakak kenapa sih, pake teriak-teriak segala, kaka mimpiin apa?

“hantu dek, ada hantu.”

“hantu? Hantu apa. Ada-ada aja emang. Dasar penakut.”

“kakak mimpiin hantu nyamuk. Ia hantu nyamuk,” jawabku ngosngosan.

“hahahahaha,,, mana ada hantu nyamuk,ini efek terlalu banyak meditasi dalam kamar, bertemannya sama nyamuk, kamarnya ngak pernah dibersihin kali, makanya dihantui nyamuk. Hahaha kakak ini. Hari gini buat cerita yang aneh-aneh aja.

TAMAT