"putih kata bung karno, putih kata KKO. hitam kata bungkarno hitam kata KKO''
TS
berromaerro
"putih kata bung karno, putih kata KKO. hitam kata bungkarno hitam kata KKO''
"putih kata bung karno, putih kata KKO. hitam kata bungkarno hitam kata KKO''
mungkin sebagian dari agan2 sekalian masih asing dengan kata2 itu.. nahh ane mau sedikit kupas di balik kata2 yang melegenda itu gan.. hehe
Spoiler for Letjend (KKO) Hartono:
PUTIH KATA BUNG KARNO, PUTIH KATA KKO.. HITAM KATA BUNG KARNO HITAM KATA KKO... kata2 itu yang empunya adalah Letnan Jendral (KKO) Hartono, beliau adalah loyalis bungkarno, Hartono yang pada saat itu sebagai jendral pasukan elit KKO yang pada era sekarang di sebut marinir sangat loyal kepada Soekarno, apapun yang di perintahkan dan pikirkan bungkarno dia juga akan menjalankan nya. Beliau adalah salah satu tokoh yang bisa dikatakan sangat anti dengan suharto yang pada saat itu berkonflik dengan Bung Karno.
Tahun 1966 adalah tahun genting. Tahun transisi pemerintahan dari Bung Karno ke Soeharto. Dengan dukungan Kostrad (AD) serta back-up asing, Soeharto makin mengukuhkan dominasi politiknya. Melalui jalan merangkak, satu per satu kekuataan Bung Karno dipreteli. Kewenangan yang dikebiri, hingga penggantian sebagian besar anggota DPR-MPR dengan kader-kader karbitan yang pro Soeharto, sehingga memuluskan semua proses penggulingan Bung Karno, yang seolah-olah konstitusional.
Hartono adalah salah satu elite militer dari angkatan laut yang mengetahui gelagat tidak beres dari "tingkah laku" Pak Harto pada saat itu, Hartono sangat marah dan geram melihat dan mengetahui bahwa ada prajurit yang walopun beda kesatuan dengan dirinya, menentang atau bahkan ingin menggulingkan Presiden Soekarno pada saat itu, dia begitu marah melihat tindakan Soeharto pada saat itu.. Bukan itu saja, Hartono juga termasuk yang mencurigai Soeharto sebagai “master mind” di balik Gestok. Pernah suatu hari, dia bersama Waperdam Chaerul Saleh diutus Bung Karno untuk menyampaikan sepucuk surat kepada Soeharto sebagai pelaksana Supersemar. Intinya adalah, meluruskan hakikat Supersemar, termasuk melarang Soeharto mengambil tindakan-tindakan politik yang menjadi wewenang Presiden. Jawab Soeharto, “Sampaikan ke Bapak, itu tanggung jawab saya. mendengar perkataan Soeharto tersebut beliau berulang kali meminta izin kepada Bung karno untuk menyerang dan menghancurkan Soeharto dengan Kekuatan KKO, dan disitulah beliau berkata " PUTIH KATA BUNG KARNO, PUTIH KATA KKO. HITAM KATA BUG KARNO HITAM KATA KKO". dan kemudian hal tersebut di sambut dengan seluruh prajurit KKO pada saat itu berdemo dan membentangkan spanduk yang berisi "Pejah-gesang Melu Bung Karno”… yang artinya, Mati-Hidup Ikut Bung Karno. peta militer indonesia pada saat itu sangat memungkinkan Hartono berserta KKO dapat menghancurkan suharto dan elite militer di belakangnya, dikarenakan banyak kesatuan2 militer AD, dan AU yang sangat loyal kepada Bung Karno pada saat itu,namun Bung Karno melarang. Bung Karno tidak ingin persatuan dan kesatuan bangsa yang ia perjuangkan sejak remaja hingga menjadi presiden, kemudian hancur kembali oleh perang saudara, hanya demi membela dirinya. Bung Karno pasang badan untuk menjadi tumbal persatuan Indonesia.
Spoiler for gambar:
pada saat di lantik pak harto
Pak Harto yang saat itu telah mengetahui bahwa ada elite militer yang berpihak dan loyal kepada Bung Karno dan akan menjatuhkannya kemudian menjatuhkan satu persatu orang2 yang bisa disebut sebagai pengikut setia Bung Karno pada saat itu, banyak di antara mereka yang dengan mudah di "jebloskan" ke dalam penjara tanpa ada alasan yang tepat kecuali alasan untuk "menutup mulut" mereka, tak lain halnya dengan Hartono, beliau yang sangat setia dengan bungkarno dan sangat berani dengan Pak Harto di singkirkan agar dapat di bungkam oleh Pak harto pada saat itu.Pak Soeharto tidak berani berhadapan muka, kecuali dengan “membuangnya” ke Pyongyang, Korea Utara, dengan dalih tugas sebagai Dubes Luar Biasa pada tahun 1968, Saat menjadi Dubes Korea di Pyongyang ia dipanggil di Jakarta pada tahun 1971 dan kemudian dikabarkan bunuh diri. Tapi apa benar kabar Letjen KKO Bunuh diri? banyak yang meragukan termasuk Ali Sadikin. banyak berita yang mengabarkan hal ini, dan sepertinya pernah juga diangkat sebagai berita selidik kasus di Stasiun Televisi Swasta. Ini salah satu kabar tentang keraguan Letjen KKO bunuh diri. Kabar bunuh diri Jenderal KKO Hartono, begitu sulit dinalar akal sehat. Dua pentolan TNI-AL, seperti Letjen KKO Ali Sadikin dan Laksamana Madya Rachmat Sumengkar, Wakil KSAL, adalah sedikit dari sekian banyak orang yang meragukan Hartono meninggal bunuh diri. Kuat dugaan Hartono adalah korban pembunuhan.
Tak terkecuali, Grace, istri Hartono dan putrinya yang masih berada di Pyongyang. Betapa shock dan terpukul demi mendengar kabar suaminya meninggal akibat bunuh diri. “Suami saya meninggal 6 Januari 1971, tanggal di mana seharusnya dia kembali ke Pyongyang. Belakangan saya mendapat informasi, pagi sebelum meninggal, ada dua orang yang datang ke rumah,” ujar Grace. Nah, dua orang misterius inilah yang diduga membunuh Hartono di pagi buta itu, dengan cara menembak kepalanya di tempat tidur.
Spoiler for KEMATIAN LETJEN KKO HARTONO MASIH MISTERI:
istri LETNAN JENDRAL KKO HARTONO
LETJEN HARTONO DAN KELUARGA
Seandainya Pemerintah Orde Baru mau berterus terang lewat berbagai argumentasi ilmiah, mungkin kematian Letnan Jenderal KKo (sekarang Marinir) Hartono yang sudah terjadi puluhan tahun lalu tidak lagi menjadi bahan pembicaraan Negatif di kalangan rekan sejawatnya.
Korban yang dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan pada tanggal 7 Januari 1971 diduga meninggal di kediamannya jalan Prof Dr Soepomo akibat pembunuhan oleh orang tak dikenal.Bukan seperti yang dijelaskan secara tersembunyi oleh rezim Orde Baru sebagai bunuh diri dengan menggunakan senjata api pistol miliknya sendiri.
Beberapa sahabat korban belum yakin benar rekannya itu meninggal akibat bunuh diri adalah Letjen KKo (Pur) Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI Jaya dan Laksamana Madya Rachmat Sumengkar, mantan Wakil KSAL.
Kedua tokoh TNI AL ini menyebutkan, sulit untuk mengatakan Letjen KKo Hartono bunuh diri hanya dengan data yang ditemukan di kediaman korban pada waktu itu.
Ditambah lagi dengan data yang menyebutkan, korban tidak divisum oleh dokter Rumah Sakit Angkatan Laut ataupun RSCM yang waktu itu dinilai netral setelah ditemukan meninggal di rumahnya sekitar pukul 05.30. Tapi oleh petugas rezim Orde Baru, mayat korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat.
Baru setelah itu mayatnya disemayamkan di rumahnya untuk kemudian dibawa ke Taman Makam Pahlawan Kalibata untuk dimakamkan secara militer dengan inspektur upacara KSAL Laksamana Madya Soedomo.
Disebutkan, dari data yang mereka miliki terlihat korban bukan tipe manusia yang mudah putus asa. Apalagi mau bunuh diri hanya karena ada dugaan ia putus asa atas hasil pekerjaannya yang tidak berhasil sebagai Duta Besar Luar Biasa untuk Korea Utara. ” Saya masih ragu jika Letjen Hartono disebut sebagai bunuh diri”, ujar Rachmat Sumengkar yang saat ini berwiraswasta pada Pembaruan, Rabu lalu.