Pastikan Harimau Jawa Belum Punah, Balai TNUK Terjunkan Dua Tim Survei
Rabu, 13 September 2017
PANDEGLANG - Untuk memastikan keberadaan Harimau Jawa yang sudah dinyatakan punah, Balai Taman Nasional Ujung Kulon menerjunkan dua tim survei. Nantinya, tim tersebut akan memasang kamera pengintai di beberapa titik di padang pengembalaan Cideo.
"Kita lagi survei untuk membuktikan. Jadi kita turun kan dua tim untuk melakukan ekspedisi kucing besar selama 10 hari. Untuk membuktikannya kami turunkan tim khusus bekerja sama dengan WWF. Tim menyusuri jejak (Harimau Jawa) untuk mengambil DNA nya," ujar Kapala Balai TNUK Mamat Rahmat, Rabu (13/9/2017).
Dia menjelaskan, wilayah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), merupakan habitat Harimau Jawa sebelum dinyatakan punah. Sebelumnya, petugas Balai TNUK sempat mengabadikan kemunculan Harimau Jawa sedang memakan bangkai banteng di padang pengembalan di semenanjung TNUK pada 25 Agustus 2017.
Sumber Berita
=================================================
Komen TS
"Kalau di hutan hewan itu secara umum kalau populasinya sudah sedikit kan susah untuk diketahui. Kalau populasinya banyak, nah sering dijumpai orang. Tapi harimau Jawa itu sudah jarang dijumpai, tidak berarti yang kita sebut punah itu punah betul,
Kalau wildlife itu susah, ada cara kalau kita mau betul yakin kita pakai pembiusan, ditembak bius. Tapi itu kita harus tunggu betul, misalnya setiap tiga hari sekali dia lewat di kamera trap, ya sudah tiga hari kita tunggu. Setelah dibius, dari karakter luar saja kita sudah tahu. Kan kita sudah tahu Harimau Jawa itu seperti apa, tampak luarnya seperti apa, cukup dengan begitu (tampak luarnya) saja kita akan katakan ini harimau Jawa,
Daerah jelajah (home range) dari harimau Jawa bisa mencapai 100 kilometer. Ada dugaan harimau itu berasal dari wilayah lain yang ada di pulau Jawa.
Kalau dugaan saya dia nggak soliter (sendiri), mesti ada temannya. Kalau kita mendengar cerita harimau Jawa ini kan di Merapi kita masih dengar cerita dia masih dijumpai, kemudian cerita di Gunung Wilis, Jawa Timur itu juga masih dijumpai masyarakat, kemudian di Gunung Lawu juga ada cerita yang sama, bisa saja ini home range semakin jauh, tetapi pasti dia nggak sendirian
Daya tahan hidup harimau Jawa bisa mencapai 40 tahun. "Jadi kalau kita bilang punah setelah 10 tahun ya itu karena ketidaktahuan kita saja. Cuma populasinya sudah terlalu kecil sehingga kamera trap tidak bisa lagi menangkap
Fix ini bener2 harimau Jawa
1. Ekornya meruncing
2. kepala terlihat kecil karena surai tipis
3. Bagian lung ga ada loreng
Quote:
Quote:
Catatan Investigasi dan Penelusuran Harimau Jawa
Catatan Didik Raharyono dalam penelusuran dan investigasi Harimau Jawa sudah dilakukan sejak November 1997 di Taman Nasional Meru Betiri (TMMB) yang dilakukan oleh BTNMB, PIPA dan MMB.
Platter cast harimau Jawa tahun 1997. Foto: Didik Raharyono
Tahun 1999, Balai Konservasi Sumber Daya Aalam (BKSDA) Jatim II, MMB, FK3I, merambah kawasan Gunung Merapi Ungup-ungup, Ijen, Rante, Panataran dan Raung. Penelusuran dilakukan oleh 8 regu, masing-masing regu beranggotakan 4 hingga 5 orang selama 15 hari di dalam hutan. Hasil penelusuran tersebut ditemukan bukti keberadaan harimau Jawa di Gunung Raung, Panataran dan Ijen berdasarkan temuan rambut yang terselip di luka cakaran dan kotoran.
Feses harimau Jawa tahun 1998. Foto: Didik Raharyono
Pada, April 1999Pendidikan Lingkungan Kapai membongkar kelebatan hutan Gunung Slamet sisi Barat dan Selatan selama 15 hari. Hasil temuan berupa cakaran di pohon dengan rambut yang terselip, juga kotoran dan jejak. Keberadaan harimau Jawa di Gunung Slamet diperkuat oleh penuturan masyarakat Pekuncen yang telah membunuh Harimau Loreng tahun 1997. Rambut dari kulit harimau Loreng sisa pembunuhan tahun 1997 berhasil diidentifikasi menggunakan mikroskop elektron sebagai rambut harimau Jawa.
Data lainnya didapat dalam pemantauan yang dilakukan bulan
Februari sampai Maret 2000 di Gunung Slamet selama satu bulan penuh. Meskipun perjumpaan langsung dengan Harimau Jawa belum terjadi, setidaknya cakaran dan rambutnya diklaim berhasil ditemukan. Keyakinan tersebut dikuatkan penduduk pengambil kayu di hutan bahwa harimau Loreng sering mengikuti jalan setapak yang dibuatnya. Saat berpapasan terlihat acuh, oleh penduduk Harimau Loreng disebut “Macan Budeg”.
Desember 2000 penelusuran informasi perjumpaan harimau Loreng di Gunungkidul bersama Jagawana dari BKSDA DI.Jogjakarta. Meskipun bukti temuan menunjukkan bekas aktivitas macan tutul, namun beberapa kepala dusun menyakini bahwa masih sering dijumpai harimau loreng saat musim kemarau atau ketika ada warga yang meninggal. Lama penungguan di makam yang baru dikubur berkisar dari 7 sampai 20 hari. Keberadaan Harimau Loreng di Gunungkidul dikuatkan oleh temuan cakaran di batu cadas penutup mulut song Bejono di Ponjong yang menjadi tempat persembunyiannya.
Agustus 2001, lewat informasi terbunuhnya harimau loreng di lereng Utara Gunung Muria Jawa Tengah, mandor PT Perhutani meyakini masih melihat tulang belulang loreng yang baru saja dibantai warga. Data penguat terakhir adalah penuturan dari Pecinta Alam UMK saat melakukan pengembaraan di lereng selatan Gunung Muria, berpapasan dengan harimau Loreng bertubuh besar dan sempat disaksikan oleh satu regu yang terdiri dari 6 orang. Pecinta Alam dari Solo (Dinamik Faperta UNS) melaporkan pernah berpapasan dengan macan loreng di Lawu tahun 1998 dan disaksikan semua anggota tim SRU sekitar 5 orang saat berlatih SAR.
Tahun 2004 juga dijumpai feses harimau Jawa dengan diameter sekitar 7 cm dan tahun 2006 ada kesaksian perjumpaan dari TNI.
Tahun 2008 ditemukan sampel kulit harimau loreng yang dibunuh dari Jawa Tengah. Tahun 2008 juga menjumpai sisa kuku yang masih ada darah milik harimau Jawa yang dibunuh dari Jawa barat.
Tahun 2009 didapat sampel kulit lagi harimau yang dibunuh di Jawa Timur. Secara mikroskopis, untuk rambutnya sudah menunjuk ke harimau loreng dan bukan tutul; tetapi perlu analisis lebih lanjut ke tingkat DNA, yang saat ini sedang dipersiapkan.
“
Tahun 2013 ini, bahkan kami mendapatkan potongan bulu Harimau Jawa, dari Jawa Timur” kata Pak Didik
Tahun 2017, Harimau Jawa ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon.