Ilustrasi foto.
Robin Simon, seorang profesor dari Universitas Wake Forest, Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian pada 2015 dan menemukan fakta orang yang menikah memiliki risiko lebih kecil untuk terkena depresi.

Mengapa? Menurut Simon, pernikahan lebih memberikan dukungan sosial, termasuk dalam hal emosional dan finansial, yang lebih kuat ketimbang mereka yang hidup sendiri.

Selain itu, pada penelitian lain yang dilakukan oleh New York University Langone Medical Center pada 2014, menikah bagi lelaki maupun perempuan membuat kesehatan jantung lebih baik.

Dua penelitian tadi memang bisa memberikan kesimpulan dini akan pernyataan yang memuat menikah akan membuat orang menjadi lebih bahagia.

Sayangnya, dua penelitian dari lembaga prestisius Amerika Serikat itu tak berlaku di Indonesia. Setidaknya tidak menurut data Badan Pusat Statistik yang dirilis Selasa (15/8/2017).

Berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK), Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 berada di angka 70,69 pada skala 1-100.

Dari indeks itu, diketahui bahwa indeks kebahagiaan penduduk yang belum menikah cenderung lebih tinggi (71,53) dibanding penduduk dengan status pernikahan lain.

Hal itu ditunjukkan dalam pola yang terdapat pada Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia) yang menunjukkan penduduk yang belum menikah memiliki indeks yang tertinggi (74,93) dibandingkan penduduk dengan status perkimpoian yang lain.

Meski memang, pada Subdimensi Kepuasan Hidup, indeks tertinggi terdapat pada penduduk yang sudah menikah (76,47), dibanding mereka yang melajang (71,20).

Sementara, indeks terendah untuk seluruh subdimensi dimiliki oleh mereka yang telah bercerai hidup, dengan masing-masing indeks kebahagiaan 67,83, indeks dimensi perasaan 64,19, indeks kepuasan hidup 68,14, dan indeks dimensi makna hidup (70,85).

Selain itu, untuk kategori umur, indeks kepuasan hidup personal akan menurun seiring bertambahnya usia. Untuk kategori usia kurang dari 24 tahun, indeksnya mencapai 67,57, sementara rentang usia 25-40 mencapai 66,56, dan terus menurun untuk rentang 41-60 (65,84), dan usia 65 tahun ke atas (64,40).

Untuk kategori umur ini, data BPS tidak menjelaskan lebih jauh perihal apakah bertambahnya usia dengan penurunan indeks kebahagiaan berhubungan erat dengan status pernikahan.

Jika kembali lagi kepada Indeks Kebahagiaan Indonesia 2017, 24 dari 34 provinsi di Indonesia ternyata memiliki nilai Indeks Kebahagiaan di atas angka nasional, dengan rentang bervariasi antara 67,52 sampai dengan 75,68.

Tiga provinsi tertinggi secara berturut-turut adalah Maluku Utara (75,68), Maluku (73,77), dan Sulawesi Utara (73,69). Sementara yang terendah secara berturut-turut adalah Papua (67,52), Sumatera Utara (68,41), dan Nusa Tenggara Timur (68,98).

Untuk jenis kelamin, ternyata penduduk laki-laki Indonesia dinilai lebih bahagia dengan level indeks 71,12 dibandingkan perempuan yang sebesar 70,30.

BPS memang tidak memperinci laki-laki yang lebih bahagia daripada perempuan ini adalah mereka yang telah menikah atau masih lajang.

Namun, kembali lagi pada beragam penelitian yang dilakukan lembaga penelitian internasional, melajang atau menikah tetap memiliki kelebihan tersendiri.

Studi terbaru yang juga dilakukan New York University tetap menemukan orang yang menikah akan memiliki risiko lebih kecil terkena penyakit kejiwaan.

Tapi, dalam studi yang sama juga menyebutkan, mereka yang lajang akan lebih bahagia karena masih memiliki keleluasaan untuk menjaring dukungan sosial yang tak berbatas dari keluarga, saudara, teman, kolega, dan lainnya.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...idupnya-rendah

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Tak ada kewajiban untuk Full Day School

- Korea Utara tunda rudal Guam,beri posisi tawar ke AS

- Saat Jokowi menghadiri festival dan karnaval