komunitasjalan2Avatar border
TS
komunitasjalan2
BERLAYAR KE KEPULAUAN SELAYAR, HARTA KARUN SULAWESI SELATAN

Pesona salah satu pulau di Kepulauan Selayar via tntakabonerate.com[

Nama Pulau Selayar mungkin sudah kalian kenal sebagai salah satu pulau dengan keindahan alam bahari. Pulau yang juga merupakan suatu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan ini merupakan kawasan kepulauan di selatan Pulau Sulawesi. Beribukota di Kota Benteng, Kepulauan Selayar kini mulai dilirik wisatawan sebagai alternatif baru destinasi wisata bahari di Timur Indonesia.

Kepulauan Selayar yang menjadi satu-satunya Kabupetan yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan sulawesi, menjadikannya memerlukan usaha ekstra mencapainya, cara paling umum tentunya ialah dengan berlayar mengarungi selat selayar.


Cara Berlayar ke Pulau Selayar

Pulau Selayar merupakan pulau utama dan menjadi pulau terbesar dari Kepulauan Selayar. Di pulau ini juga ibukota kabupaten berada sehingga kegiatan perekonomian utama berjalan termasuk pelabuhan utama yang menghubungkan Pulau Sulawesi dan Kepulauan Selayar.

Sebenarnya ada penerbangan dari Makassar ke Pulau Selayar, namun penerbangan hanya tersedia 3 kali seminggu. Untuk itu, lebih banyak orang memilih melakukan perjalanan darat lalu laut, meskipun akan memakan banyak waktu. Namun begitu, perjalanan melalui perbukitan selatan kaki Sulawesi serta berlayar mengarungi lautan akan lebih menyengkan.

Dari Kota Makassar, perjalanan ke Selayar dapat menggunakan mobil travel dengan biaya sekitar Rp 150 ribuan dan waktu tempuh 7-9 jam. Perjalanan darat diawali dengan menyusuri jalan poros selatan Sulawesi Selatan yaitu melewati Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan berakhir di Bulukumba tepatnya daerah Bira. Perjalanan sekitar 5 jam tidak akan begitu membosankan karena pemandangan alam dan lautan di sisi selatan akan menemani.

Di daerah Bira-lah, perjalanan kemudian dilanjutkan dengan berlayar. Melalui Pelabuhan Bira, kapal ferry tersedia setiap 2 kali sehari yaitu sekitar jam 9 pagi dan jam 4 sore, jadi perkirakan waktu kalian dengan baik agar tidak membuang waktu percuma. Jikapun terpaksa datang diwaktu jauh dari jadwal keberangkatan, menikmati pemandangan sekitar Bira sangat mungkin dilakukan. Sebagai pelabuhan kecil, Bira justru menarik untuk diekplore. Aktivitas kapal yang tidak begitu sibuk namun tetap hidup menjadikan Pelabuhan ini cukup menyenangkan dinikmati sembari bersantai.

Pelayaran menuju Pulau Selayar menggunakan ferry akan memakan waktu sekitar 2 jam. Kapal ferry sendiri cukup besar dan dapat menampung kendaraan mobil dan truk seperti hal nya kapal-kapal fery antar pulau besar. Menikmati waktu 2 jam terombang ambing di lautan selayar tidak akan begitu membosankan karena kalian bisa menikmatinya sembari melihat luasnya lautan yang jernih. Jika tidak, bersantai di dalam dek kapalpun sangat mungkin dilakukan termasuk menyewa ruang VIP seharga Rp 10 ribu saja.

Lepas 2 jam pelayaran, sampailah di Pulau Selayar tepatnya di Pelabuhan Pematata di sisi Timur Laut Pulau Selayar. Suasana khas bahari tentu sudah sangat terasa disini. Kalian bisa mengekplorenya terlebih dahulu sebelum menuju lokasi tujuan. Jika ingin langsung menuju ibukota di Kota Benteng, perjalanan akan ditempuh selama 1 jam lagi.


Harta Karun 1 : Karang Atol Terbesar Ketiga Di Dunia

kawasan atol di TN Takabonerate via wikipedia.co.id

Pernah mendengar Taman Nasional bernama Takabonerate? Mungkin banyak dari kita yang masih asing dengan nama tersebut, padahal disanalah salah satu Harta Karun bahari Indonesia dimiliki.

Takabonerate merupakan bagian dari Kepulauan Selayar, tepatnya di sisi Tenggara dari Pulau Selayar. Keunikan yang menjadi harta dari Takabonerate ialah bahwa kawasan tersebut menjadi Taman Laut Kawasan Atol terbesar ketiga di dunia setelah Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Maladewa.

Atol sendiri merupakan pulau koral atau kumpulan terumbu karang yang berbentuk sempurna melingkar seperti cincin atau hampir melingkar yang mengeliling laguna di dalamnya.

Mengunjungi TN Takabonerate harus melapor terlebih dahulu di Balai TN Takabonerate yang berada di Kota Benteng. Biaya restribusipun sangat murah yaitu sekitar Rp 2.500 untuk turis domestik dan Rp 20.000 untuk turis mancanegara. Dari Kota Benteng, untuk menuju Takabonerate dapat melalui Pelabuhan Pattumbukan yang berjarak 2 jam dari Benteng. Perjalanan dengan kapal kecil kayu akan diarungi selam 5-6 jam. Perjalanan yang cukup lama untuk menyebrangi lautan lepas memang.

Satu pulau yang bisa menjadi pilihan untuk mengawali perjalanan di Takabonerate ialah Pulau Tinabo, hal ini karena disanalah terdapat resort untuk pilihan menginap. Hanya saja perlu diperhatikan, sebagai pulau kecil, listrik di Tinabo hanya beroperasi dari jam 6 sore hingga 12 malam saja.


Pulau Tinobu via tribunnews.com


Kumpulan anak hiu di Pulau Tinabo via tribunnews,com

Lantas apa yang bisa dinikmati di kawasan Tanabonerate ini? Selain panorama berupa pasir putih, birunya lautan dan keindahan Atolnya, di sini juga terdapat harta karun lainnya. Di pesisir pantai Pulau Tinabo, masih sering dijumpai bayi hiu yang bebas bermain. Tidak perlu takut (namun tetap harus waspada dan bijak), karena bayi bayi hiu ini terbilang jinak bahkan tidak tertarik mendekat ke manusia.

Bagi kalian pecinta snorkeling dan diving, maka kawasan Takabonerate juga surganya. Tak perlu diragukan lagi, terumbu karang dan fauna laut lainnya sangat beragam di sini. Bahkan di salah satu spot diving bernama Taka Lamungan, terdapat fenomena unik berupa ‘sumur ikan’. Ya, di kedalaman sekitar 3 meter terdapat lubang yang didalamnya berkumpul ratusan bahkan ribuan ikan.


Harta Karun 2 : Gong Nekara Tertua di Dunia dan Terbesar se Asia Tenggara

Lokasi Gong Nekara via odphotoworks.blogspot.co.id

Bisa dikatakan sebagai harta karun sebenarnya, Gong Nekara yang ditemukan di Pulau Selayar ini menjadi bukti bahwa masa lalu Selayar sangatlah berharga. Gong Nekara sendiri merupakan gong dari perunggu buatan kebudayaan Dong Son, Vietnam Utara. Istimewanya Gong Nekara ialah bahwa dipercaya oleh para peneliti sebagai salah satu contoh terbaik dari budaya pengerjaan logam. Pada masanya, fungsi gong yang diproduksi tahun 600 Sebelum Masehi atau zaman perunggu tersebut diperuntukan untuk upacara keagamaan, simbol status sosial dan karya seni budaya, serta sebagai isyarat perang dan tanda bahaya.

Gong Nekara yang berada di Pulau Selayar ini, ditemukan pada tahun 1686 oleh seorang penduduk secara tidak sengaja. Keberadaanya kini sangat dijaga karena hanya terdapat dua gong nekara di dunia yaitu di Selayar dan di Tiongkok. Tidak hanya karena alasan itu, bagian tubuh Gong Nekara sendiri memang sangat bernilai seni, bahkan sisi-sisinya dihiasi dengan perhiatan mutu manikam dan beberapa bagian arcanya sempat dicuri.

Lokasi tersimpannya Gong Nekara sendiri berada di Mantalalang, Dusun Bontobangun, hanya sekitar 4 km dari Kota Benteng atau tepatnya di dekat kantor lurah. Untuk dapat melihatnya, pengunjung harus izin terlebih dahulu dari penjaganya yang merupakan keturunan raja-raja Selayar atau dapat dikatakan tetua adat.


Harta Karun 3 : Bitombang, Perkampung Tua dengan Rumah-Rumah Berarsitektur Unik
Warga dan rumah di Kampung Bitombang via nurislah.com

Mengunjungi dan menyapa warga lokal di lokasi wisata menjadi salah satu kegiatan yang menarik. Kita dapat lebih akrab dengan daerah tersebut karena akan mengenal lebih dekat segala aspek yang ada. Termasuk dengan kehidupan masyarakat di selayar terkhusus Pulau Selayar. Pulau ini sendiri terkenal unik karena keempat suku utama di Sulawesi Selatan ada di pulau ini namun justru membuat nilai-nilai budayanya sendiri yang menjadikannya khas. Dan jika membahas penduduk lokal, maka Pulau selayar tak bisa dipisahkan dari nama Bitombang, perkampungan tertua yang ada disana.

Bitombang berada hanya sekitar 7 km dari Kota Benteng. Selain menjadi kampung tertua di Selayar, keunikan yang dapat terlihat nyata sehingga Bitombang menarik sebagai tujuan wisata ialah arsitektur rumah-rumahnya yang memiliki tiang menjulang tinggi, bahkan ada yang mencapai 15 meter (umumnya rumah sisi belakang yang memiliki tiang tinggi).

Kondisi kontur tanah yang memang tidak rata karena berada di lereng bukit, menjadi salah satu alasan kenapa tiang-tiang tinggi ini dibuat. Hal ini menjadi bukti betapa arifnya nenek moyang setempat dimana pembangunan rumah sekalipun tidak berarti merubah kondisi fisik alam sehingga dipilihlah cara menopang rumah dengan tiang kayu tinggi dengan ketinggian kayu yang berbeda beda mengikuti kontur.

Sebagai perkampungan tertua, sudah tentu rumah-rumah unik yang ada juga berusia tua. Kesemuanya berusia diatas 100 tahun, bahkan ada yang sudah mencapai usia 200 tahun. Dengan kondisi arsitektur seperti gambaran tersebut, nyatanya rumah-rumah itu masih kuat berdiri.

Tidak hanya rumah-rumahnya yang mampu bertahan berusia tua, keunikan juga ada pada diri penduduknya sendiri. Banyak penduduk kampung ini berusia panjang hingga diatas 90 tahun, bahkan ada yang berusia lebih dari 100. Hal ini dipercaya berkaitan dengan hal-hal magis yang melekat bagi Kampung Bitombang sejak dahulu kala.


Harta Karun 4 : Jangkar Raksasa Terbesar di Abad ke 17

jangkar dan meriam tua via awalinfo.blogspot.com

Harta karun nyata berikutnya ialah sebuah Jangkar berukuran raksasa yang dipercaya peninggalan pedagang Tiongkok bernama Gowa Liong Hui di abad ke 17-18 yang mengadakan pelayaran dan singgah di Selayar tepatnya di Perkampungan Padang.

Saat inipun, Jangkar Raksasa ini masih tersimpang di Dusun Padang di sebuah bangunan rumah. Jangkar tersebut berukuran memang sangat besar dan dipercaya sebagai yang terbesar di zamannya. Terdapat dua jangkar yang ada, pertama berukuran panjang 2,26 meter dan panjang lengkungan 1,67 meter. Sedangkan jangkar kedua berukuran panjang 2,29 meter dan 1,17 meter untuk panjang lengkungan.

Tidak hanya kedua jangkar, terdapat juga meriam kuno berjumlah 3 yang dipercaya merupakan milik saudagar dari Gowa keturunan Tiongkok bernama Baba Desan. Ketiga merian juga berukuran cukup besar dengan panjnag masing-masing 1,17 m, 1,23 meter, dan 1,25 meter.


Harta Karun 5 : Masjid Tua Gantarang Lalang Bata, Bukti Sejarah Islam di Sulawesi yang Terpencil
via youchenkymayeli.blogspot

Islam memiliki sejarah panjang di Tanah Sulawesi. Tak terkecuali di kepulauan kecil seperti selayar. Terbukti dengan adanya bukti sejarah berupa Masjid Tua yang dibangun sejaka abad ke 16. Berada di Dusun Gantarang, Desa Bontomaranmu, Kecamatan Bontomanai, Pulau Selayar, atau sekitar 12 km dari Kota Benteng, masjid ini dipercaya pula sebagai yang tertua di Sulawesi Selatan dan menjadi cikal bakal penyebaran Islam di Selayar.

Tidak sekedar dari nilai historisnya, Masjid Gantarang juga unik secara konstruksi karena dibangun di atas sebuah sumur yang ditutupi dengan baki emas. Tiang kayu yang digunakan juga dipercaya memiliki khasiat tersendiri. Sebagai peninggalan sejarah, Masjid ini dijadikan sebagai cagar budaya Sulawesi Selatan yang juga dikembangkan sebagai destinasi wisata Pulau Selayar.

SUMBER





0
21.6K
170
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan