yadikankungAvatar border
TS
yadikankung
(PINDAH dari SEBELAH) NGERI!!! EMPAT TAHUN DALAM KEJARAN DEBT COLLECTOR...
Berhubung baru kali ini mencoba posting di kaskus, thread ane salah kamar dan atas saran agan Grepe.lovers ane pindah dimari. Mudah-mudahan ini kamar yang betul. Supaya (minimal) ane bisa sembunyi dulu dari kejaran (hiiiii takuttt)…

INGAT!!!

Semua kemudahan yang bisa kita peroleh dari kartu kredit, suatu saat bisa berubah menjadi terror yang berkepanjangan dan tidak berkesudahan. Kemudahaan hanyalah ilusi yang menjerat leher kita. Sampai akidah dan akal sehat kita bisa digadaikan.
Jangan pernah menganggap kartu kredit adalah tambahan penghasilan, disamping pamali juga bikin otak minus 40 derajat (bodohnya).
Hutang adalah hutang, yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya, supaya kalau kita mati nanti, arwah kita tidak masuk dalam “keluarga tak kasat mata” sehingga bikin agan ganta jadi tambah ganteng.

PROLOG
Kebanggaan ?! ya, mungkin itu yang ane rasakan ketika aplikasi kartu kredit pertama disetujui. Bayangkan njing, dengan penghasilan yang hanya 600.000 ane bisa mendapatkan dua kartu kredit dengan limit masing-masing 2.500.000. Nominal yang luar biasa bagi ane waktu itu. Bayangkan dengan dua kartu sakti itu rasanya dunia sudah ada didalam genggaman. Rasanya ane sudah bisa sejajar dengan bisnismen-bisnismen hebat yang biasa ane lihat di tipi-tipi itu.
Mulai hari itu, gaya hidup ane berubah brey…biasanya untuk pewangi ketek cukup bedak tabur, mulai hari itu juga sudah berganti dengan deodorant bermerek lengkap dengan parfumnya. Begitu juga dengan sepatu dan baju ane. Semua berganti dengan mudah, tinggal gesek…gesek dan gesek. Apalagi kalau pas gesek , terlihat ada pandangan kagum dari mbak-mbak SPG yang dengan jitu merayu nafsu belanja ane pada limit yang tertinggi. Rasanya bagaimana brey…. (kalau agan orang tajir dan tiap hari bergelimang harta sensasi ini tidak mungkin agan dapatkan, dijamin 100%, tapi kalau kedalaman kantongnya sama dengan ane, tentu sensasinya warbiasaaahh)
Dengan kartu kredit yang ane miliki itu rasanya dunia dalam genggaman. Apalagi, setelah itu banyak tawaran kartu kredit yang menggiurkan dari bank-bank lain. Dalam satu bulan ane sudah bisa memiliki lima kartu kredit dari bank yang berbeda, alias 10 kartu kredit baik visa maupun master dengan limit yang beragam mulai dari 5 juta sampai 10 juta…luarbiasahhhh rasanya. Karena dalam satu bulan ane merasa mendapat tambahan penghasilan hampir 100 kali lipat. Merasanya memang ane tebalin, karena jujur saja dengan gaji hanya 600.000 perbulan, ane bisa belanja hingga 50 juta rupiah ( tentu saja lewat gesek dan gesek). Tak aneh bila kerjaan ane, adalah ngluyur dari mall ke mall. Belanja dan belanja. Mulai dari makan siang, beli baju, deodorant sampai pijat dan pijat plus-plus semua serba gesek dan gesek, mudah.
Herannya semakin ane boros dalam menggunakan kartu sakti itu dan semakin sedikit ane membayarnya bahkan mefet-mefet tipis dengan minimum payment, limit kartu ane makin ditinggikan. Jadilah, hidup ane benar tergantung dengan kartu kredit itu.

Dari orang biasa menjadi serba Gesek….
Awalnya kehidupan ane biasa-biasanya saja brey…ke kantor ane cukup naik angkot atau bahkan sepeda angin. Maklum, sebagai pegawai baru gaji ane tidak lebih dari 600.000 per bulan. Gaji yang sangat pas-pasan untuk hidup di Surabaya. Oh, iya nama ane Yadi. Karyawan perusahaan penerbitan yang cukup berpengaruh di Indonesia timur. Lepas kuliah di Jogja, ane langsung keterima kerja di tempat itu. Isteri ane waktu itu masih calon pegawai negeri, gajinya 60.000 per bulan. Jadi bayangin brey dengan gaji total 660.000 ane berdua harus hidup serba ngirit dan tahan banting. Sampai-sampai furniture rumahpun ane belum bisa beli. Untungnya isteri ane cukup piawai dalam mengatur rumah kontrakan. Kerdus-kerdus bekas disulap menjadi furniture yang cukup berkelas. Sehingga banyak teman-teman ane yang merasa heran kitika melihat kondisi rumah kontrakan ane. Benar-benar home sweet home. Hidup yang benar-benar berkah dan mawardah pokoknya.
Atasan ane bikin ane berani mimpi ketinggian…
Karena ane paling muda sendiri di devisi marketing, jadilah ane sebagai orang yang paling dianggap sepaham dengan bos ane. Kalau ada kunjungan keluar kota tentu ane yang diajak. Kemana-mana ane dididik untuk menekuni dunia marketing yang sesungguhnya. Termasuk dalam melobby dan menemani calon-calon klien besar yang harus dijamu dengan baik. Mulailah ane mengenal dunia malam, mulailah ane kenal yang namanya pub dan juga panti pijat. Nah, dalam dunia loby meloby inilah ane merasa ada yang kurang. Karena kemana-mana ane harus bawa uang cash yang cukup banyak. Kadang-kadang merasa jengah juga karena harus membayar dengan uang tunai untuk kegiatan seperti diatas itu. Mulailah ane berfikir untuk memiliki kartu kredit, supaya praktis dan bebas repot.
Bos ane sebetulnya tidak setuju kalau ane apply kartu kredit, mengingat penghasilanku yang belum seberapa, dan dikantorku belum ada anggaran untuk itu. Namun, semuanya berubah ketika bosku sendiri dari yang sebelumnya old school, juga mulai apply kartu kredit. Karena bos, tentu saja permohonan kartu kreditnya cepat banget di acc bank yang bersangkutan, hanya kurang dari 20 hari bosku sudah bisa memiliki kartu kredit kategori Gold dari bank asing. Limitnya bukan main-main brey, 25 juta per kartu kredit (waktu itu kartu platinum belum muncul).
Karena ane dianggap sepaham, jadilah ane diajak belanja untuk pertama kali (tentu saja dengan kartu kredit nyis kinyis tak iye) ke mall electronic terbesar yang ada di Surabaya. Yang dibeli bos ane adalah satu set perangkat karaoke lengkap dengan TV layar datarnya 50 inchi ( benar 50, tidak dicicil inchi per inchi..), dan ane melihat dengan gampangnya barang itu berpindah tangan hanya dengan kartu yang tipis itu, itupun masih diberi fasilitas plus-plus sama bank pemilik kartu kredit, diantaranya bisa diangsur 12 x tanpa bunga. Ane merasa hidup tidak adil betul, karena untuk beli TV tabung ukuran 24 inchi saja ane harus bersitegang dengan abang kredit perobotan yang naruh bunganya ketinggian. Sehingga tiap bulan uang makan ane hampir tidak tersisa untuk mencicilnya (dan harus puasa senin kemis supaya tidak tengsin di kantor).
Dasar bos, melihat ane yang takjub seperti itu malah dengan bangga mengajak ane makan siang di sebuah rumah makan yang sangat mewah di komplek mall itu, dan lagi-lagi cukup dibayar dengan kartu tipis itu. Hebatnya lagi, masih diberi diskon hampir 50 %, gila betul. Karena ketika kita makan dan bayar dengan uang tunai, jangankan diberi diskon..pandangan pelayannya itu breyyy….bikin kita seperti warga kelas dua, masih untung kalau diberi tempat yang baik, bisa –bisa kita diberi tempat didekat toilet dan matanya mereka selalu mengawasi supaya kita tidak lari, bahkan kadang-kadang kita diberi menu yang murah-murah (itulah kontras yang harus ane saksikan dalam satu hari). Betapa tidak berharganya diri kita bila tidak memiliki kartu tipis itu (pandangan ane lho breyy..)
Mulai hari itu keinginan ane memiliki kartu sakti luar biasa besar.., bahkan sudah menjadi obsesi yang merusak akal bening ane.

Lika-liku memperoleh kartu kredit pertama…
Berkali-kali ane mengajukan dan mengisi formulir untuk bisa mendapatkan kartu kredit itu. Berkali-kali pula gagal dan tidak ada jawaban. Karena memang, ane terlalu jujur dalam mengisi formulirnya. Domisili selalu ane isi dengan jujur, kontrak. Nomor telpon, selalu ane kosongin karena memang tidak ada. Jadilah, berpuluh-puluh aplikasi tersebut tidak ada yang nembus. Ane sudah putus asa, dan memilih untuk mengubur impian memiliki kartu sakti itu. Hampir dua tahun ane Cuma bisa mimpi, sampai akhirnya bos ane diganti dan pindah tempat kerja.
Mulai hari itu, ane punya bos baru. Bos yang dari awal sudah sok jaim, bapernya luar biasa. Sedikit-sedikit memanggil ane, dan mencari-cari kesalahan pekerjaan ane. Tapi, ujung-ujungnya bos ane tersebut minta kerja sama ane, supaya problem hidupnya bisa diatasi. Karena ternyata bos ane ini hidupnya terjerumus dalam lilitan hutang kartu kredit dan KTA (kredit tanpa anggunan). Pantesan, hampir tiap hari ane selalu melihat tampang-tampang sangar, dengan badan hitam kekar selalu berganti-ganti mengunjungi ruang kerja bos ane.
Kadang-kadang terdengar gebrakan meja, dan juga kata-kata yang keras muncul sayup-sayup dari kamar bos ane. Bahkan pernah, ane lihat satu orang yang tinggi besaar lari terbirit-birit keluar dari ruangannya, dan dibelakangnya ane lihat bos ane dengan garang membawa clurit besar ditangannya (gini-gini bos ane berasal dari seberang Surabaya, yang sudah terkenal dengan tradisi cluritnya). Hebat betul bos ane ini pikirku.

Melihat ane bengong, bos lalu memanggil ane. Mulailah ane tahu problem yang menimpa bos ane itu. Ane juga Cuma bisa berempati, namun tidak bisa menolong banyak. Bos ane lalu spik-spik setan pada ane, dan berjanji akan menaikkan gaji ane tahun depan. Dengan syarat, ane harus mau ikut menanggung hutangnya. Jadi, kalau gaji ane naik jadi 2.500.000 maka bos ane minta bagian yang 1 juta untuk mengangsur hutang-hutangnya. Tanpa piker panjang ane oke-oke saja, toh permintaan bos. Ternyata bukan ane saja yang di spik-spik setan. Hampir semua kawan-kawan ane di devisi pemasaran juga mendapat SSI yang sama. Ada yang menolak dan ada pula yang mau seperti ane ini. Yang menolak, bulan depannya benar-benar pindah bagian, ada yang dipindah jadi driver ada yang dipindah jadi satpam. Nah, yang mau seperti ane dan kawan-kawan tentu dapat promosi jabatan. Ane sendiri jadi supervisor yang memegang barang-barang promosi, tempat paling basah di devisi ane.

Dengan jabatan baru, itu bos ane menyarankan supaya ane segera apply kartu kredit. Semua dia yang ngatur. Akhirnya betul, ane bisa memiliki kartu sakti itu. Dua kartu yang limitnya paling kecil, yakni 2.500.000 boleh ane miliki, sedang kartu-kartu berikutnya yang limitnya diatas 10 juta menjadi bagian bos ane. Kewajiban ane, tetap membayari kartu-kartu yang dipakai bos ane itu. Begitu juga teman-teman ane yang lain. Mungkin bos ane bisa memiliki lebih dari 10 kartu dengan limit diatas 10 jutaan atas nama kita semua. Problem bos teratasi, tidak banyak lagi ane jumpai tampang-tampang sangar yang hampir dua tahun selalu mengitari ruangan bos ane. Wajah bos juga semakin kinclong. Kariernya semakin naik, dari Manajer menjadi wakil direktur dan akhirnya menjadi direktur.
Ane dan teman-teman memang merasa berhutang budi sama bos, sehingga sumpah kita sumpah darah saling melindungi. Untungnya devisi ane selalu memperoleh hasil yang sangat baik, bahkan terbaik selama perusahaan ane itu ada. Sehingga kenakalan-kenakalan koleltif kita hampir tidak pernah terekspose keluar.
Hidup ane juga sangat berubah, dari orang yang benar-benar jujur menjadi orang yang hancur. Permainan komisi dan juga uji petik komisi menjadi santapan rohani setiap hari. Uang begitu mudah untuk ane dapatin. Bo sane juga sangat sayang sama kita semua, dari gaji 600.000 ane bisa mendapatkan gaji hampir 30 juta perbulan. Gaji yang cukup besar untuk ukuran Surabaya waktu itu. Gaji yang benar-benar berkah, karena gaji itu 100% menjadi milik isteri ane. Ane shari-hari hidup dengan memutar kartu kredit dan kartu kredit, yang terus berdatangan dan begitu mudah ane dapatkan. Sampai-sampai ane bisa dapat kartu kredit dengan limit 100 juta (bayangkan brey…100 juta).
Untuk membayar semua tagihan yang ada, hampir tidak ada masalah brey..karena bos yang mengatur semua. Bos memang hebat, dan kami betul-betul setia luar biasa. Bos besar pemilik perusahaan ane begitu percaya sama bos ane, dan bos ane memang betul-betul menunjukkan hasil pekerjaan yang luar biasa bagusnya. Jadi, semuanya jadi mudah. Everything is Ok, begitu kata bos besar. Apa yang diminta bos ane, semua diberi. Tugas ane tinggal tanda tangan. Lobby sana sini, semuanya ditanggung oleh kantor.

Lika-liku memperoleh kartu kredit pertama…
Berkali-kali ane mengajukan dan mengisi formulir untuk bisa mendapatkan kartu kredit itu. Berkali-kali pula gagal dan tidak ada jawaban. Karena memang, ane terlalu jujur dalam mengisi formulirnya. Domisili selalu ane isi dengan jujur, kontrak. Nomor telpon, selalu ane kosongin karena memang tidak ada. Jadilah, berpuluh-puluh aplikasi tersebut tidak ada yang nembus. Ane sudah putus asa, dan memilih untuk mengubur impian memiliki kartu sakti itu. Hampir dua tahun ane Cuma bisa mimpi, sampai akhirnya bos ane diganti dan pindah tempat kerja.
Mulai hari itu, ane punya bos baru. Bos yang dari awal sudah sok jaim, bapernya luar biasa. Sedikit-sedikit memanggil ane, dan mencari-cari kesalahan pekerjaan ane. Tapi, ujung-ujungnya bos ane tersebut minta kerja sama ane, supaya problem hidupnya bisa diatasi. Karena ternyata bos ane ini hidupnya terjerumus dalam lilitan hutang kartu kredit dan KTA (kredit tanpa anggunan). Pantesan, hampir tiap hari ane selalu melihat tampang-tampang sangar, dengan badan hitam kekar selalu berganti-ganti mengunjungi ruang kerja bos ane.
Kadang-kadang terdengar gebrakan meja, dan juga kata-kata yang keras muncul sayup-sayup dari kamar bos ane. Bahkan pernah, ane lihat satu orang yang tinggi besaar lari terbirit-birit keluar dari ruangannya, dan dibelakangnya ane lihat bos ane dengan garang membawa clurit besar ditangannya (gini-gini bos ane berasal dari seberang Surabaya, yang sudah terkenal dengan tradisi cluritnya). Hebat betul bos ane ini pikirku.

Melihat ane bengong, bos lalu memanggil ane. Mulailah ane tahu problem yang menimpa bos ane itu. Ane juga Cuma bisa berempati, namun tidak bisa menolong banyak. Bos ane lalu spik-spik setan pada ane, dan berjanji akan menaikkan gaji ane tahun depan. Dengan syarat, ane harus mau ikut menanggung hutangnya. Jadi, kalau gaji ane naik jadi 2.500.000 maka bos ane minta bagian yang 1 juta untuk mengangsur hutang-hutangnya. Tanpa piker panjang ane oke-oke saja, toh permintaan bos. Ternyata bukan ane saja yang di spik-spik setan. Hampir semua kawan-kawan ane di devisi pemasaran juga mendapat SSI yang sama. Ada yang menolak dan ada pula yang mau seperti ane ini. Yang menolak, bulan depannya benar-benar pindah bagian, ada yang dipindah jadi driver ada yang dipindah jadi satpam. Nah, yang mau seperti ane dan kawan-kawan tentu dapat promosi jabatan. Ane sendiri jadi supervisor yang memegang barang-barang promosi, tempat paling basah di devisi ane.

Dengan jabatan baru, itu bos ane menyarankan supaya ane segera apply kartu kredit. Semua dia yang ngatur. Akhirnya betul, ane bisa memiliki kartu sakti itu. Dua kartu yang limitnya paling kecil, yakni 2.500.000 boleh ane miliki, sedang kartu-kartu berikutnya yang limitnya diatas 10 juta menjadi bagian bos ane. Kewajiban ane, tetap membayari kartu-kartu yang dipakai bos ane itu. Begitu juga teman-teman ane yang lain. Mungkin bos ane bisa memiliki lebih dari 10 kartu dengan limit diatas 10 jutaan atas nama kita semua. Problem bos teratasi, tidak banyak lagi ane jumpai tampang-tampang sangar yang hampir dua tahun selalu mengitari ruangan bos ane. Wajah bos juga semakin kinclong. Kariernya semakin naik, dari Manajer menjadi wakil direktur dan akhirnya menjadi direktur.
Ane dan teman-teman memang merasa berhutang budi sama bos, sehingga sumpah kita sumpah darah saling melindungi. Untungnya devisi ane selalu memperoleh hasil yang sangat baik, bahkan terbaik selama perusahaan ane itu ada. Sehingga kenakalan-kenakalan koleltif kita hampir tidak pernah terekspose keluar.

Hidup ane juga sangat berubah, dari orang yang benar-benar jujur menjadi orang yang hancur. Permainan komisi dan juga uji petik komisi menjadi santapan rohani setiap hari. Uang begitu mudah untuk ane dapatin. Bo sane juga sangat sayang sama kita semua, dari gaji 600.000 ane bisa mendapatkan gaji hampir 30 juta perbulan. Gaji yang cukup besar untuk ukuran Surabaya waktu itu. Gaji yang benar-benar berkah, karena gaji itu 100% menjadi milik isteri ane. Ane shari-hari hidup dengan memutar kartu kredit dan kartu kredit, yang terus berdatangan dan begitu mudah ane dapatkan. Sampai-sampai ane bisa dapat kartu kredit dengan limit 100 juta (bayangkan brey…100 juta).
Untuk membayar semua tagihan yang ada, hampir tidak ada masalah brey..karena bos yang mengatur semua. Bos memang hebat, dan kami betul-betul setia luar biasa. Bos besar pemilik perusahaan ane begitu percaya sama bos ane, dan bos ane memang betul-betul menunjukkan hasil pekerjaan yang luar biasa bagusnya. Jadi, semuanya jadi mudah. Everything is Ok, begitu kata bos besar. Apa yang diminta bos ane, semua diberi. Tugas ane tinggal tanda tangan. Lobby sana sini, semuanya ditanggung oleh kantor. Apakah akan terus seperti itu brayyy…???

Tak Ada Pesta Yang Tidak Usai..

Bos yang baik hati itu akhirnya pensiun juga. Jadilah kami-kami ini sebagai pimpinan tidak resmi di devisi ane. Karena Bos besar belum menunjuk pimpinan baru. Dalam masa transisi itu kenakalan kami semakin menjadi-jadi bray. Karena kami berlima ( tim inti devisi kami Cuma lima itu) merasa punya wewenang untuk mengatur berputarnya organisasi sehari-hari. Permainan kamipun semakin canggih dalam mendapatkan kartu-kartu kredit baru. Kami tidak perlu lagi meminta approval dari bos kami untuk setiap aplikasi kartu kredit baru. Kamilah yang memberi approval itu. Kamilah Bos-bos itu, kami saling bertukar peran. Kadang ane yang jadi kepala bagiannya untuk permohonan teman ane, begitu juga sebaliknya kalau ane yang membutuhkan kartu kredit baru. Bahkan yang paling konyol kami juga bergantian berfungsi sebagai kepala HRD, karena nomor-nomor telpon yang kami sertakan adalah nomor-nomor yang ada di devisi ane. Kenakalan kami bahkan berlanjut dalam menerbitkan slip gaji, yang bisa kita up semaunya karena kamilah yang mengeluarkan surat keterangan penghasilan. Sesuatu yang tidak mungkin bisa kami peroleh ketika bos yang baik hati itu masih ada. Permainan itu semakin mudah , karena persetujuan kartu kredit oleh bank-bank sebelum tahun 2010 memang betul-betul longgar. Masing-masing Bank saling berlomba-lomba menerbitkan kartu kredit dengan segala pernak-perniknya. Ceking data hanya dilakukan via telpon, tidak lagi menganut asas prudenitas. Padahal sebelumnya, ceking data dilakukan on the spot, dengan mendatangi rumah dan juga survey yang ketat.

Kemudahan itulah yang membuat kami semakin lupa diri, bahkan kami sudah berani menolak dan mengembalikan kartu kredit baru yang limitnya dibawah 20 juta. Semakin besar limit yang kami miliki, berarti semakin prestis dimata teman-teman yang lain. Tidak aneh bray.., dalam zaman jahililyah itu kartu kredit yang ane miliki sampai 30 biji. Benar-benar waaarbiasahhhh (ngawurnya). Belum lagi tambahan kredit baru dalam bentuk Kredit Tanpa Anggunan, yang benar-benar hanya ditawari melalui telpon, kemudian lima hari kemudian sudah langsung ditransfer ke rekening kami. Mungkin bank menganggap kami nasabah yang paling bodoh, atau paling menguntungkan untuk meraih penghasilan yang tinggi. Karena umumnya kartu kredit ane memang tidak pernah telat, selalu tidak pernah full payment melainkan mefet-mefet minimum payment dan selalu aktif untuk dipakai belanja.

Ane lanjut nanti ya bray..
anggaharun
dgrunge
prestige
prestige dan 5 lainnya memberi reputasi
4
315.4K
861
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan