TS
ravelvet
Utopia

Utopia is an imagined place or state of things in which everythings perfect.
"Charsef! Kamu dimana?!"
"Charsef!"
Aku yakin itu suara Eve. Aku terus berlari menuju asal suara yang semakin memudar ditelan lautan manusia yang berlarian menuju bahtera.
Aku bagaikan mencari sebuah jarum diantara ditumpukan jerami, aku tau itu. Jarum berhargaku, hartaku satu-satunya. Hartaku yang paling berharga.
Kakiku terus kupaksa melangkah membelah kerumunan manusia ini. Mencari Eveku. Mataku menyisir sekitar, berharap menemukannya. Tak ada petunjuk lain selain suaranya yang kini tak terdengar.
Aku lelah. Kakiku sudah lemas. Perutku perih, Aku baru ingat semalam belum sempat mengisinya. Dengan terpaksa aku harus mengistirahatkannya sebentar, tak ada pilihan lain. Kurogoh saku celanaku sebelah kiri, mencoba kembali menghubungi Eve.
Aku selalu mendapat jawaban yang sama ketika menghubunginya. Mesin penjawab otomatis. Eve, maaf, maafkan aku.
Uluran tangan tiba-tiba datang di depanku. Entahlah, rasanya untuk sekedar melihat siapa si empunya aku tak kuat. Yang aku tahu pasti si empunya adalah laki-laki, dilihat dari ukuran tangannya.
Kemudian laki-laki itu berjongkok di hadapanku. Kini aku bisa melihat dengan jelas wajahnya. Sepertinya sudah berumur dilihat dari perawakannya.
"Saya sudah menebak kamu pasti masih disini. Tapi kenapa kondisimu kacau begini? Biar saya bantu." Laki-laki itu menepuk keras leherku. Kemudian seluruh pandanganku menghitam.
Aku terbangun dari pingsan. Mataku berpendar pada sekitarku. Aku tak mengenali dimana aku berada. Mungkinkah ini kediaman laki-laki itu?
"Ya, Charsef kamu ada di rumah saya. Lebih tepatnya di kamar saya." Seolah mengetahui isi hatiku, laki-laki itu kemudian duduk dipinggir ranjang, mencoba menjelaskan siapa dirinya.
"Saya Techlario, kamu boleh panggil saya Tuan Tech atau Tech saja."
Aku menatap meminta penjelasan lebih lanjut pada laki-laki itu, mari sebut Tuan Tech.
"Saya penantang ke-12, foto saya terpajang di dinding Porch loh bersama penantang sebelumnya."
Tuan Tech tersenyum, aku tau ia berusaha mencairkan suasana.
"Penantang ke-12? Porch?"
Aku semakin bingung dibuatnya. Aku tak mengerti kemana arah pembicaraan ini.
"Porch. The Supreme. Utopia. Penantang. Saya. Kamu. Eve."
Tuan Tech menatapku serius.
"Eve?" Ingatanku tentang Eve dan kami yang terpisah beberapa jam sebelumnya-sepertinya-kembali memutar di kepalaku.
"Dimana Eve?"
Aku panik. Aku meninggalkan Eve! Bagaimana keadaan Eve sekarang? Dimana Eveku?
"Dimana Eve? Aku harus mencarinya sekarang juga!" Aku berusaha bangkit dari tempat tidur Tuan Tech, namun kakiku tak bisa digerakkan. Sial!
"Tenanglah Charsef. Evemu ada di tempat yang aman sama seperti masyarakat lainnya."
Tuan Tech meremas tanganku, memberi ketenangan.
Tempat masyarakat lain? Dimana? Bahtera? Pengungsian? Tidak. Eveku pasti sendirian.
"Darimana kau tau Eveku aman Tuan Techlario?" Aku memberi penekanan pada akhir kata.
"Karena aku The Lighter."
Haiii! Gue bawa cerita fiksi hasil imajinasi liar serta inspirasi dari berbagai macam hal haha.
Utopia bakalan sedikit dialognya, jadi bagi yang biasa baca cerita yang hampir sebagian besar isinya dialog antar tokoh, mungkin cerita gue bakalan ngebosenin huu

Gue gabisa janjiin kapan update karena inspirasi gue datengnya suka tiba-tiba, perginya juga tiba-tiba hiks. Ditambah kesibukan gue lainnya

Yang pasti gue bakalan selesain ceritanya kok

Meninggalkan jejak merupakan salah satu bentuk penghargaan

anasabila memberi reputasi
1
1.5K
13
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan