nevertalkAvatar border
TS
nevertalk
Dipaksa makan kotoran kucing: Kisah pekerja domestik di negeri sendiri


Selama ini berita tentang tenaga kerja Indonesia yang diperlakukan tidak manusiawi di luar negeri kerap diangkat. Namun apakah para tenaga kerja ini telah diperlakukan dengan layak di negeri sendiri? Inilah keluh kesah mereka. Sri Siti Marni yang biasa dipanggil Ani, mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) begitu lulus SD pada 2007. Awalnya majikannya ‘M’, memperlakukannya dengan baik, bahkan memintanya untuk memanggil majikannya dengan ‘Mama’.

Namun sejak 2009, majikannya mulai memukulinya hingga dia sering lebam. Bahkan Ani pernah diperintahkan untuk menyantap kotoran kucing.

"Ani disuruh makan kotoran kucing. Dibilangnya Ani gak bersihin kandang kucing. Jadinya Ani dimasukin ke dalam kandang kucing. Terus disuruh makan kotoran kucingnya. Makanan kucingnya disuruh dimakan. Minuman kucing disuruh diminum," kata Ani.

Perempuan itu mengaku tinggal bersama majikannya hingga sembilan tahun karena takut. Selama periode itu, dia mengklaim pernah diseterika dan disiram air panas. Suatu waktu, saat majikannya ke luar kota, Ani ditinggal dengan keponakannya. Majikannya mendapat laporan bahwa Ani menghabiskan waktu di dalam kamar bersama keponakannya, padahal menurut Ani, dia hanya mengantarkan teh.

Ani pun dipukuli agar mengaku. “Ani dipukuli terus sama Ibu ‘M’ sampai berdarah-darah. Sampai kemaluan Ani dicabaiin, muka Ani dicabaiin. Dipukuli sampai berdarah-darah sampai nangis kejer. Kalau Ani gak ngaku, terus Ani dipukuli. Ani ngaku juga terus Ani dipukuli," cerita Ani.
Pada 2009, Ani diajak ikut ke Jawa Tengan oleh majikannya. Setiba di hotel, ‘M’ memaksa Ani mengaku jika dia menyukai suaminya. Karena tidak ingin dipukuli lebih banyak, Ani pun setuju. Suami ‘M’ pun memukuli dan menendangi Ani hingga mukanya berdarah.

“Mata Ani katarak, hidung Ani patah, mulut Ani sumbing. Ani juga kena penyakit TB karena kotoran kucing," tutur Ani.

Di rumah majikannya, Ani mengatakan bahwa dirinya hanya memakai satu baju.

“Baju sebenarnya yang dikasih banyak tapi yang boleh dipakai cuma satu. Mau basah, mau kering, mau kotor, mau gak, tetap saja itu satu. Kalau mau diganti, disuruh pakai kantong plastik, atau gak karung. Kalau gak koran atau telanjang bulat," paparnya.

Dipanggil 'anjing'
Bukan hanya perlakuan kasar, Ani pun kerap menerima perkataan kasar. Kata-kata seperti ‘anjing’ adalah panggilan yang biasa diterima Ani.
Meski demikian, Ami tidak berani mengadu ke orang lain.

“Ani ditekan. Kalau kamu berani cerita, kalau kamu berani keluar, melangkah sedikit saja, orang tua kamu akan masuk penjara. Kamu akan saya masukin ke septic tank, dipotong-potong”, kisah Ani.

Ani kemudian dititipkan ke kakaknya ‘M’, disana Ani mendapat perawatan. Keponakan majikannya kemudian menyuruhnya untuk kabur.


Sekembalinya ke rumah ‘M’, Ani kemudian nekat melarikan diri dengan menuruni tali kabel yang ada di lantai 3 rumah itu. Dengan bantuan tukang ojek, Ani akhirnya tiba di kantor polisi.

Saat ini, Ani ditempatkan di rumah aman (safe house). Kedua majikannya sedang menjalani proses hukum atas penyiksaan yang mereka
Di rumah aman ini, Ani dipersiapkan untuk memulai hidup baru. Ketika diwawancarai, Ani terdengar cerdas. Dia memiliki ingatan yang tajam dan runut ketika bercerita. Kisah Ani memang cukup ekstrem. Dianiaya selama bertahun-tahun, diperlakukan bak binatang.

Namun, banyak kisah PRT lain yang tidak dianiaya, namun tidak dianggap, baik oleh majikan maupun oleh masyarakat.
Ludiah misalnya. Dulu dia perrnah dilempar barang oleh majikannya jika berbuat kesalahan meski tidak sampai terluka. Gajinya juga pernah tidak dibayar dan mendapat PHK sepihak sekitar delapan bulan yang lalu.

“Saat itu saya sakit. Saya izin, biasanya sih gak apa-apa. Eh dia (bos) marah-marah. Saya pun datang. Ternyata dia cuman mau bilang bulan depan gaji dipotong separuh dan dua hari ini sakit tidak dibayar. Kan rasanya kecewa. Kita udah gak dibayar BPJS dari bos, sakit malah dipotong. Saya nangis, saya masa bodo, saya pulang”, kisah Ludiah.

“Harus lewat lift barang. Sementara kita kan mau menghemat waktu, kalau lewat lift barang jadi lama. Sementara nanti bosnya marah-marah kenapa lambat”, kata Ludiah.

Ada juga Insiyah, yang bekerja di rumah majikan lamanya pada Juli 2015 hingga Juli 2016. Pada saat dia mau pulang kampung, kedua majikannya sedang ke luar kota. Namun dijanjikan, gajinya akan dibayar setelah mereka kembali. Namun hingga saat ini, gajinya selama 11 bulan bekerja belum dibayarkan.

“Saya masih di sini (Jakarta) karena bapak (majikannya) masih ada janji katanya minggu ini, minggu ini, coba saya tungguin dulu”, kata Insiyah.

http://www.bbc.com/indonesia/berita_...esia_kisah_prt

0
4.2K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan